Ting. Tong. Ting. Tong.
"Iya, sebentar!" teriakku yang sedang berada didapur.
Aku berlari kecil untuk membukakan pintu.
Ternyata Alfa yang datang,
"Ngapain kesini?" tanyaku,
"Gak boleh?" balik Tanya Alfa,
"Nggak gitu, kamu kan belum pulih lukanya besok juga ada ujian. Kenapa gak istirahat dirumah saja?" ucapku,
"Bosen,"
"Yayayayayayaaaa... seperti biasa."
"Kamu udah makan?" tanyaku,
"Belum," jawabnya,
"Masuk! Aku buatin bubur aja ya," suruhku.
Alfa akhirnya masuk dan duduk menungguku diruang makan, sementara aku melanjutkan acara masakku tadi.
"Ini, makanlah!" kataku,
"Hm," sahutnya singkat, tidak perlu menunggu Alfa langsung melahap buburnya yang masih panas. "Sshh... Aww...!" teriaknya kesakitan,
"Aku bilang apa, jangan makan yang panas-panas Al... lukamu itu belum sembuh total!" tegasku. Aku mengambil tisu dan obat merah untuk mengobati ulang luka Alfa.
"Kemarikan wajahmu!" perintahku, Alfa memajukan wajahnya dan memperlihatkan mulutnya agak sobek. Aku mencoba untuk mengusap pelan mulutnya-
Ting. Tong. Ting. Tong.
"Sshh... aww..., Ra!" pekik Alfa, ketika aku menekan sedikit lukanya karena terkejut.
"Lanjutin sendiri ya!" ucapku sambil memberikan tisu yang aku gunakan untuk mengusap mulutnya tadi.
Aku segera beranjak dari kursi dan berlari membuka pintu.
"Ra!" sapa kak Ro,
"Iya, ada apa kak?" tanyaku to the point,
"Mmm...,"
"Masuk dulu kak!" ucapku sambil mempersilahkan kak Ro untuk masuk kedalam rumah.
Kak Ro sepertinya kaget bukan main saat melihat Alfa yang sedang duduk diruang makan, begitu juga sebaliknya. Alfa langsung menaruh tisu dimeja dan menghampiriku dengan kak Ro,
"Siapa dia, Ra? Ngapain dia disini?" Tanya kak Ro, aku menengok ke belakang kea rah yang ditunjuk oleh kak Ro.
"Ooo... dia, dia Alfa teman sekelas Raya. Dia kesini soalnya-,"
"Kenapa? Masalah?" potong Alfa tiba-tiba yang sudah berada disampingku. Aku lanngsung menginjak kaki Alfa, "Apa, Ra?" Bisik Alfa.
"Kak Ro, ada apa malam-malam datang kesini? Tidak biasanya," tanyaku untuk mengalihkan topik pembicaraan,
"Orangtua-ku menyuruhku untuk mengajakmu merayakan ulang tahunku," jawab kak Ro,
"Ooo..., iya setelah ini aku akan kesana," sahutku,
"Yah sudah, aku balik dulu ya! Jangan sampek gak datang!" tegasnya sambil mengusap puncak kepalaku. Aku yang diperlakukan seperti itu rasanya ingin melayang saja.
Kak Ro meninggalkan kami berdua di rumah,
"Ra, jangan ikut!" larang Alfa tiba-tiba,
"Apa sih, Al?! Kamu ingin ikut?" ujarku,
"Lalu bagaimana dengan luka-ku, Ra?" alasan Alfa,
"Makanya cepetan! Aku mau ke atas dulu," tegasku sambil meninggalkannya diruang tamu sedirian.
* * * *
Tok. Tok. Tok. Tok.
"Iya!" teriak seseorang dari dalam rumah.
Saat pintu terbuka ternyata tante Kia alias mama kak Ro yang membukakan pintu,
"Eh... ada Raya! Ayo, masuk!" ajak tante Kia sambil mempersilahkan kami masuk, tapi saat kami hendak masuk sepertinya tante Kia memperhatikan Alfa dari tadi.
"Ini teman Raya tante, namanya Alfa. Tadi kebetulan tadi dia lagi main ke rumah Raya, jadi sekalian Raya ajak kesini. Boleh kan, Tante?" tanyaku,
"Ooo..., kirain siapa tadi. Boleh kok, makin rame makin seru!" ujar tante Kia.
Pesta segera dimulai, dimulai dari bernyanyi "Selamat Ulang Tahun" hingga makan bersama.
Aku melihat kea rah kak Ro yang sekarang menggunakan sweater tebal warna putih dengan tulisan dibagian dadanya "MINE", "Sungguh, idaman sekali orang ini..." ucapku dalam hati. Sekilas aku melihat Alfa yang tengah memakan kue-nya,
"Masih sakit?" tanyaku saat melihat Alfa yang sepertinya kesusahan saat makan,
"Lumayan," jawabnya,
"Mana! Aku potongkan kue-nya." Alfa memberikan piringnya kepadaku beserta sendoknya. Aku membantu Alfa memotongkan kue-nya menjadi kecil-kecil agar dia mudah untuk memakan kue-nya.
Saking fokusnya aku, sampai-sampai aku tidak sadar bahwa aku sedang diperhatikan oleh kedua orangtua kak Ro dan kak Ro juga. Aku yang mulai menyadari bahwa ada yang memperhatikanku, aku langsung tersenyum kikuk.
"Kalian teman, kan?" Tanya tante Kia yang berhasil membuatku diam,
"Iya," jawabku,
"Rasanya dekat sekali," curiga tante Kia. Aku hanya bisa membalasnya dengan tersenyum.
* * * *
Akhirnya aku dan Alfa sampai dirumahku.
"Al, pulanglah!" suruhku,
"Ya ampun, Ra. Baru saja kita sampai dirumahmu," protes Alfa,
"Besok masih ada ujian," ucapku,
"Iya-iya," sahutnya,
"Ra!" panggil Alfa saat aku hendak masuk kedalam rumah,
"Ada apa?" tanyaku,
"Kamu suka dengan kak Ro?" to the point Alfa,
"Mmm... iya mungkin," jawabku,
"Mungkin???" Ulang Alfa,
"Sudah Al, pulangah! Luka-mu juga belum sembuh, cepat pulang lalu belajar kemudian tidur." Cerca-ku,
"Iya-iya, Ra" sahut Alfa.
Alfa akhirnya meninggalkan rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (RAYA'S SIDE)
Teen FictionHidup untuk akhir yang bahagia itu memang butuh perjuangan. Sebuah kebahagiaan hanya bisa diperjuangkan bukan dipaksakan. Hidup seperti sebuah puzzel yang menghilang sementara itu ternyata juga penting. -Raya- Menemukan bagian yang hilang itu, terny...