* * *
Dalam rangka menyambut kedatangan Kak Nathan dari Bandung aku mengumpulkan teman-temanku di rumah. Ada Albert cs, Edward, Bryan, Alvaro, Michelle, Alicia, dan Caroline.
Aku sangat merindukan Kak Nathan, tak henti-henti kupeluk erat tubuh Kak Nathan sampai dia kesulitan bernapas. Oh, aku sungguh merindukan seorang Nathan Milano.
"Mir, Kakak susah napas." keluh Kak Nathan.
Aku terkekeh dan melepaskan pelukan itu.
"Albert juga mau dipeluk, dong!" ucap Albert.
"Gue gak kangen lo, wlee."
"Lo mau Mira kangen lo? Pergi ke Bandung sana." sahut Kak Nathan.
"Enggak mau, ah. Nanti Mira gak mau makan karena kangen gue" balas Albert.
Kak Nathan terkekeh. "Mira laparan, kangen atau enggak sama lo, dia tetap makan."
"Kakak!" Aku memelototinya.
Alvaro menertawakanku, sial sekali. Dia mendapati tatapan tajam dariku dan hanya dibalas bahu yang terangkat tak acuh.
Aku melihat sekitar. Alan, Stefan, dan Bryan asyik membicarakan game online. Edward dan Michelle asyik berpacaran begitu pula Mike dan Caroline. Alicia dan Alvaro hanya diam.
"Michelle dan Caroline udah punya pacar, ya? Alicia mana pacarnya?" tanya Kak Nathan pada Alicia.
Wajah Alicia merah merona. Kak Nathan memang sangat gemar menggoda Alicia. Katanya Alicia itu gadis yang jinak-jinak merpati alias malu tapi mau.
"Kakak nanya yang mana pacarnya Alicia?" sahut Michele.
"Emang yang mana? Alan, ya? Atau Stefan?" tanya Kak Nathan.
"Yang nanya, Kak." jawab Michelle.
"Hah? Maksudnya?"
Memang kakakku ini sulit berpikirnya. Tentu saja yang dimaksud Michelle adalah Kak Nathan sendiri. Aku saja yang masih kelas sebelas SMA mengerti, masa, dia yang setahun lagi jadi sarjana tidak mengerti. Tunggu, mengapa Michelle mengatakan bahwa pacar Alicia adalah Kak Nathan? Memangnya benar?
"Gak usah dengarin Michelle, Kak!" sungut Alicia.
Kak Nathan tertawa. "Sama Bryan aja, nih! Masih lajang, baru patah hati dari Gracia."
"Enak aja! Walau lajang gini, gue terhomat! Gak suka dicomblangin." Bryan tak terima.
Edward melempar kripik kentang ke arah Bryan. "Lo minta dicariin cewek ke gue dan Mira. Direkomendasiin Tamara malah gak mau!"
Semua yang ada di ruangan ini tertawa. Alan bahkan tertawa terpingkal-pingkal dengan tangan memegangi perut. Bryan memasang wajah kesal, tentu tidak ingin diejek. Edward memang adik yang tercela, mengejek kakaknya di depan banyak orang.
"Tamara, kan, pacarnya Albert." celetuk Stefan.
"Merusak keturunan!!" teriak Albert dramatis.
"Jangan gitu lo! Dulu pernah nembak Tamara di kantin" sahut Alan.
"Pegang tangannya lagi." timpal Mike.
Kak Nathan menepuk bahu Albert. "Gagal sama adik gue, lo lari ke Tamara? Gak nyangka aja gue."
"Astaga! Udah jangan bahas si Tamara lagi." ketus Albert.
Kasihan Albert. Tadi Alicia, lalu Bryan, sekarang Albert. Aku harus berhati-hati, bisa jadi nanti aku yang akan menjadi korban kejahilan Kak Nathan, Edward, dan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Miracle [ON GOING]
Teen FictionAku yakin, Tuhan tak pernah menghadirkan seseorang dalam hidupku hanya karena kebetulan. Seperti menghadirkan dirimu. Kau mengajarkanku banyak hal; cinta, hidup, mimpi, bahkan takdir. Terima kasih untuk kisah cinta yang begitu menakjubkan. Aku tak p...