Kamu berkali - kali mengelak bahwa semuanya telah rusak.
Ini bukan lagi mimpi, tapi ini duniamu yang harus selalu kau bawa sampai nanti kau tak lagi merasakan denyut nadi.Sayang, jangan pandai membohong diri sendiri. Lihat lah sesekali tubuhmu baik - baik, matamu lusuh sudah bepuluh malam.
Aku ada disini, untuk apa? ya untuk jadi belikat yang kadang tersekat, yang nanti kau ganti dengan tulang rusuk. Aku disini untuk alih - alih yang kau sebut rumah, untuk menjadi hal dihidupmu yang tak lagi ingin kau hidupi.Kau pandai dalam segala hal, termasuk pergi. Sedangkan aku hanya bisa terpuruk saat kau pergi. Aku tau bahasaku itu gagu, karena aku bisa hanya mampu menyampaikan rupamu dalam frasa yang tak akan pernah kau baca. Menyembunyikan rahasia yang hanya tersirat lewat lagu - lagu yang orang bilang menyedihkan.
Dengan tangan yang gemetar, sekuat tenaga sudah aku menahanmu, dalam mimpi yang entah ingin kusebut indah atau buruk.Apa aku selama ini lebih buruk dari hal - hal buruk dihidupmu, sayang?
Sebab aku mencintai burung merpati yang kehilangan tempat pulang
mencintai jiwa yang setianya telah lama dibuang jauh entah oleh siapa
merawat sayang yang logikanya entah menyelinap pada masalalunya yang mana
aku mempercayai tubuh yang tak lagi bisa menemukan dirinya sendiriKarena aku masih terpaku pada malam - malam beratapkan ramai cahaya, entah karena langit sedang senang atau mengalihkan diri dari kesepian.
Aku telah terbiasa menatap matamu yang kusut.
Yang aku temukan hanya tawa yang pura - pura.
Tubuhmu sudah jauh terpuruk, sejauh itu pula aku menyentuhmu, sejauh itu juga kamu mencintai kekosongan yang tak lagi butuh teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Io
PoetryBanyak hal yang ingin sekali dimuntahkan, tapi terpaksa harus ditahan. Untuk menjadi sebaik - baiknya peran yang hanya bisa disampingmu. Selamanya.