Insiden di lampu merah🌈

46 11 7
                                    

              "Kenapa keringat dan air mata rasanya asin?, karena gak ada perjuangan yang terasa manis."

Dibawah teriknya matahari, seorang gadis tengah mengayuh sepeda bututnya, sesekali ia mengusap keringat di dahinya yang mengucur dengan deras, ia merasa hari ini cuaca sangat panas tidak seperti biasanya yang kadang mendung mungkin efek dari pemanasan global ataupun memang akan memasuki musim kemarau.

"Semangat, tisunya cuman sisa 3 lagi habis ini baru bisa beli makanan deh buat ibu sama dini" katanya menguatkan dirinya sendiri. Sesekali ia bersenandung kecil untuk mengurangi rasa lelah yang menyergap tubuhnya.

Dia Nona, seperti jam jam sekarang ia tengah sibuk menjajakan tisu di perempatan lampu merah di kota nya.
Dia tidak seperti gadis pada umumnya, ia harus bersusah payah  berpanas-panasan hanya untuk bisa bertahan hidup.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore namun tisu jajanan nya masih tersisa 3 buah, yang berarti dia belum bisa pulang jika tisu tersebut belum ludes terjual.

"Ya Allah, susah banget cari uang 30 ribu, muter muter kesana kemari kayak lagu ayu ting ting aja gak ada yang mau beli" ujarnya sambil menghela nafas berat. Ia lelah sangat.
Namun menyerah bukan pilihan yang tepat, dirumah ada dua orang yang sangat dia sayangi sedang menunggunya pulang membawa makanan.

"Eh udah lampu merah tuh, bisa kali ya jualan ditengah jalan, toh mobilnya pada berenti", katanya dengan senyum mengembang.
Ia berlari kecil menawarkan tisu dagangannya, menghampiri satu persatu mobil disana berharap ada yang membeli tisunya. "tisunya pak bu, cuman sepuluh ribu",  ucapnya dengan senyuman tulus.

Dia beralih dari mobil satu ke mobil yang lainnya, terkadang ia bahkan dicaci pengguna jalan karna dianggap menganggu. Tak apa pikirnya, orang lain tak pernah mengerti tentang kita, kehidupan kita, perjuangan kita dan usaha kita.

Tinnnn tinnnn tinnnnn

Klakson mobil dan motor pun bersahutan, membuyarkan lamunannya tadi, ia terkejut karna ia menghangi salah satu mobil disana.
"maaf, maaff", katanya sambil berlari menepi ke trotoar di pinggir jalan.

Ck, minggir sana lo, ngalangin jalan gue aja!
Minggir woi, mau mati lo?
Ya elah ngapain ditengah jalan coba, bikin sakit mata gue aja lo.

Begitulah.
Setiap ia menjajakan tisunya di lampu merah, ada saja pengguna jalan yang memakinya lah mencibirnya lah.
Tak apa, ia akan terbiasa nantinya, pikirnya menenangkan hatinya. Belum sampai di trotoar tiba-tiba..

Bruuukk

Dia terjatuh, dengan posisi nyungsep di pinggir jalan.
"Aduh, pake acara jatoh segala lagi", katanya sambil berdiri dari acara jatuhnya tadi, ia celingak celinguk sendiri melihat keadaan sekitarnya, kira kira kenapa ia bisa nyungsep seperti tadi.

Malu, karna ia dijadikan bahan tertawaan orang orang disana, ingin rasanya ia menghilang saat ini juga dengan pintu kemana saja milik doraemon.

"Eh mbak mbak, kalo nyebrang liat liat dong jangan asal lari", tegur bapak bapak pengendara sepeda motor disampingnya, lalu menge gas kembali motor nya tanpa berniat meminta maaf pada nona.

"issh, bapaknya juga kalo bawa motor pelan pelan dong, huh sabar sabarr", ujarnya seraya mengelus dadanya. Tisu ditanganya pun nampak sudah tak layak untuk dijual karna ikutan kotor.

"Ya Allah gimana ini,,uangnya belum cukup biat setoran ke bu diah, gimana mau beli makanan buat ibu sama dini?", matanya berkaca kaca, mengingat ibu dan adiknya yang kelaparan menunggunya pulang membawa makanan.

Ia merasa bersalah apabila nanti ia pulang tanpa membawa makanan, tak apa ia kelaparan asal ibu dan adiknya merasa kenyang.

"Nih"
"Kamu ngomong sama aku?",
"Hmmm",kata cowok bertubuh jangkung itu, ia memberikan selembar uang berwarna biru pada nona.

"Kamu mau beli tisuku ya? semuanya apa satu doang?,tanya nona pada cowok itu.
"Semua", jawabnya dengan wajah datar serta  merampas tisu ditangan nona, tak lupa ia juga memberikan uang lima puluh ribu itu.

"Makasih, tapi ini kelebihan, tisunya cuman tiga puluh ribu, jadi kembaliannya dua puluh ribu ya?", ucap nona sambil merogoh saku rok nya, tanpa sadar bahwa si cowok tadi sudah pergi dari hadapannya.

"Ini kembalian......nya, eh kok udah ilang aja sih, issh dikasih kembalian masa gak mau, yaudah deh buat aku aja hehe alhamamdulilah rejeki anak solehah"

🌈🌈🌈


"Assalamualaikum", ucap nona seraya membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumussalam, eh kak Nona udah pulang sini kreseknya biar aku yang bawa kak", ucap Dini, adik satu satunya nona yang sekarang berusia sepuluh tahun.

"Makasih adeknya kakak yang paling baik, ibu mana?", tanya Nona, sambil melangkah menuju dapur, ia haus.

"Ada kok kak, ibu lagi dikamar sholat magrib", Dini mengikuti langkah nona yang menuju dapur untuk mengambil piring serta sendok.

"Eh Nona udah pulang, kok sampek magrib gini pulangnya nak?", ucap Ratih, ibu Nona yang baru saja keluar darI kamarnya usai mendengar orang mengobrol.

"Hehe iya bu, tadi agak sepi pembelinya makanya Nona pulang sampek magrib gini, tapi alhamdulilah buk, tadi ada orang baik banget beli tisuku yang harganya tiga puluh ribu eh dibayar lima puluh ribu.", ucapnya dengan senyum mengembang.

"Alhamdulilah, Allah masih baik sama kita nak masih memberi kita rezeki untuk bisa makan, kamu jangan lupa sedekah ya, kita memang miskin tapi jangan lupa juga berbagi sama orang lain", Ratih berucap seperti ktu sambil mengusap kepala nona yang terbalut jilbab warna hitam itu.

Ya seperti itulah Ratih, penyayang, sabar, dan pengertian, Ratih selalu menanamkan nilai nilai agama kepada Nona dan dini.
Pantas saja jika nona tumbuh menjadi remaja yang baik budi pekerti nya, serta ia menjadi wanita yang kuat dan tak mudah berputus asa.

"Hehe siap pokoknya bu, yaudah ibu sama dini makan aja aku tadi udah makan kok sekarang mau mandi abis itu solat magrib", ucap Nona berbohong, ia bahkan rela tak makan demi keluarganya, padahal ia hanya makan nasi tadi pagi itupun hanya sedikit karna ia hanya diberi oleh teman nya di sekolah.

Ia pun tak pernah jajan seperti teman-teman nya di sekolah dengan alasan hemat, saat waktu istirahat tiba ia memikih ke mushola sekolah untuk sholat dhuha, tak jarang ia pun berpuasa senin-kamis.

TBC

Assalamualaikum.
Gimana menurut kamu cerita ini?
Absurd?, gaje?, jelek?,
Hehe..
Mohon maaf ya karna ini my first story, jadi harap maklum kalo ceritanya ga jelas.
Kalo suka jangan lupa klik bintangnya.
Kalo typo, bilang yah..
Follow juga akun wattpad author ya, akun ig juga boleh hehe @nisaa_wld ini akun ig aku yah
Pokoknya jangan lupa vote sama komen biar authornya tambah semangat..

Happy reading guys❤❤❤

D E V A N OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang