Kim Seokjin tengah memeriksa laporan keuangan harian di depan mesin kasir dengan teliti. Pemuda bersurai coklat ini memeriksa dan mencatat pemasukan kedai hari ini--kedai miliknya sendiri. Kedai Bangtan House, tempat makan sederhana yang cukup ramai pengunjung.
Jam menunjukan pukul 09.00 malam. Hanya tersisa Seokjin dan beberapa teman yang membantunya. Ah, ada juga tamu spesial yang masih duduk di sana.
"Seokjin-hyung, aku sudah selesai membersihkan kedai," ucap lelaki yang mengenakan seragam hitam dengan bordir nama kedai berwarna ungu di bagian sudut kiri atas. Terdapat name tag bertuliskan Park Jimin di sudut sebelah kanannya.
"Kerja bagus, Jimin." Seokjin menepuk pelan puncak kepala Jimin, lalu kembali pada catatan keuangannya.
"Aku juga sudah membersihkan dapur, hyung. Kau akan langsung pulang atau tidak?" tanya seseorang yang muncul dari arah dapur. Ia mengenakan apron dengan warna dan bordir tulisan yang sama, menandakan bahwa ia adalah juru masak di kedai ini.
"Aku sepertinya akan di sini dulu, kau pulang bersama Jimin, ya."
Sang juru masak bertampang manis itu mengangguk paham. Ia melepas name tag bertuliskan Jeon Jungkook, berikut apron yang sudah ia pakai seharian. Kemudian ia kembali ke dapur untuk menyimpan barangnya.
Jimin dan Jungkook berpamitan pergi pada hyung mereka. Mereka keluar melewati satu meja yang masih ditempati satu pengunjung. Orang berpakaian kaus hitam terdiam sedari tadi, sepertinya sedang menunggu sang pemilik kedai ini. Jimin dan Jungkook membungkuk singkat saat melewatinya.
Selang beberapa menit, Seokjin selesai dengan laporan keuangan miliknya. Ia merapikan semua catatan tersebut ke dalam laci di bawah mesin kasir. Matanya kemudian memandang ke depan, tepat dimana tamu khususnya berada. Segera Seokjin melangkah menghampiri orang tersebut.
Tamu yang sudah menunggunya itu hanya tersenyun tipis saat Seokjin datang menghampiri. Di depannya tersaji secangkir kopi yang disiapkan Jungkook sebelumnya. Tapi Seokjin dapat melihat bahwa orang tersebut tidak menyentuhnya.
"Maaf membuatmu menunggu lama," Seokjin duduk berhadapan, membuka pembicaraan. Lawan bicaranya langsung menggelengkan kepala cepat.
"Tidak apa-apa, malah aku ingin meminta maaf karena sudah mengganggu."
"Namamu?"
"Kim Taehyung."
Seokjin mengulurkan tangan menawarkan untuk berjabat, "Aku Kim Seokjin. Sepertinya kau seumuran dengan Jimin dan Jungkook, adik-adikku."
Taehyung membalas jabatan tangan Seokjin. Sesungguhnya ia sudah tahu nama Seokjin, ia mendengar nama itu berkali-kali disebut oleh yang lain sedari tadi.
"Jadi ada apa?"
Taehyung tak langsung menjawab. Ia memainkan jemarinya gugup.
Seminggu yang lalu, Taehyung ingin mengakhiri hidupnya di Jembatan Mapo. Kejadian pahit itu berhasil dicegah oleh seoran pria yang diyakini Taehyung adalah orang yang kini ia lihat di depannya. Taehyung mengingat betul surai coklat dan wajah itu.
Dua hari setelahnya dalam keadaan tidak tau sama sekali identitas orang yang menolongnya, akhirnya Taehyung menemukan Seokjin. Kala itu Seokjin sedang menerima distribusi bahan makanan ke dalam kedai. Taehyung yang sedang kerja untuk mengantar makanan langsung mengenali orang yang sudah menolongnya itu. Ia berhenti sejenak untuk memerhatikan Seokjin yang akhirnya masuk ke dalam sebuah kedai.
Dalam beberapa hari Taehyung selalu berusaha untuk masuk kedai tersebut, namun selalu gagal. Mengingat ia tidak berniat untuk mengeluarkan uang dan membeli makanan di kedai ini. Taehyung tidak memiliki uang untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
into me. (TAEJIN) ✔️ - REVISI
Fanfiction[Completed] Taehyung ingin mati, ia sudah tidak mau melanjutkan hidupnya. Namun, saat ia hendak menjatuhkan diri pada sungai, orang asing datang dan menahannya begitu saja. "Kalau kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, kau tidak boleh melompat." *** ...