"Bagaimana menurutmu, Jin-ah?"
"Eh? I- iya terserah kau saja."
"Kok terserah padaku?"
"Ya maksudku bisa dicoba. Suruh saja dia datang."
Taehyung menghela napasnya. Saat ini ia sedang berdiskusi dengan Seokjin mengenai kenalannya untuk kandidat pegawai baru. Taehyung punya kenalan yang sedang butuh pekerjaan paruh waktu. Sebagai gantinya, Taehyung akan bekerja full time di kedai.
Tapi sepertinya Seokjin tak fokus dari tadi. Ia tak mendengarkan lagi.
"Kenapa, hm? Kenapa melamun terus?" tanya Taehyung yang tak tahan Seokjin mendiaminya. Ia meraup kedua pipi Seokjin dengan tangannya lembut.
"Ani." Seokjin menggelengkan kepalanya cepat.
Bukan tanpa alasan Seokjin menjadi error seperti ini. Itu karena sebelumnya ...
"Seokjin-ah."
"Mwo?"
Taehyung selesai makan dan minum obat. Ia kemudian berdiri dengan susah payah, berjalan menuju pintu. "Menginaplah." Ia lalu mengunci pintunya.
"Menginap?"
Seokjin menatap heran sekaligus kaget. Bukan tentang ajakan menginap yang ia permasalahkan. Tapi mengapa Taehyung mengunci pintunya?
"Aku ingin melakukan berbagai hal denganmu malam ini."
"Apa maksudmu?" tanya Seokjin gugup. Ia menatapi Taehyung yang berjalan ke arahnya, mengambil bekas piring yang ia gunakan tadi dan membawanya ke dapur.
"Merencanakan kedaimu akan seperti apa. Siapa yang memasak, butuh berapa pegawai baru, dan juga menyiapkan brosur untuk lowongan kerjanya. Oh iya, aku juga punya satu kenalan yang sedang butuh pekerjaan. Dia kerjanya bagus, kok."
Dari arah dapur, Taehyung bicara di sela kegiatan mencuci piringnya.
'Jadi ini yang ia maksud melakukan berbagai hal? Bodoh, aku memikirkan apa tadi.' Seokjin merutuki dirinya sendiri. Rasanya sangat malu. Saking malunya raganya seperti lepas dari tubuhnya sendiri, pergi meninggalkan kebodohan Seokjin entah kemana.
Merasa tidak ada sahutan, Taehyung bertanya sekali lagi. "Bagaimana, Jin?"
Tapi tetap Seokjin tak menjawab.
Khawatir, Taehyung segera menuntaskan kegiatannya yang sedikit lalu kembali ke kamarnya. Di sana Seokjin sedang mematung dengan wajah bengong, lucu.
"Seokjin-ah?"
Seokjin mengerjap. Ia menatap Taehyung dengan wajah kebingungan. Bibirnya terbuka, tapi malah mengucapkan hal yang tidak nyambung. "Mengapa kau mengunci pintu?"
Taehyung mengernyitkan alis. Ia duduk di hadapan Seokjin, masih memandang heran pria itu. Kenapa pertanyaannya jadi kesana?
"Karena sudah malam dan kita akan tidur? Memangnya kau akan keluar lagi? Kenapa bertanya seperti it--"
Tunggu.
'Seokjin-ah, apa kau jangan-jangan sedang berpikiran ke arah sana?'
Seringai Taehyung tersirat. 'Astaga. Apakah Seokjin memikirkan hal yang lain ketika aku mengunci pintu? Hahaha.'
Pipi Seokjin memerah begitu mendapati seringai Taehyung. Ia sudah sangat tertangkap basah.
"Ya sudah. Bisa mendengarkanku sekarang?" tanya Taehyung pada akhirnya. Seokjin mengangguk, ia berusaha mendapatkan fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
into me. (TAEJIN) ✔️ - REVISI
Fanfiction[Completed] Taehyung ingin mati, ia sudah tidak mau melanjutkan hidupnya. Namun, saat ia hendak menjatuhkan diri pada sungai, orang asing datang dan menahannya begitu saja. "Kalau kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, kau tidak boleh melompat." *** ...