Sudah tiga hari semenjak itu, Hyunjoon masih setia menunggu Hyunjae siuman. Ia duduk di samping brankar Hyunjae, sesekali mengusap matanya. Tubuhnya lelah, pulang sekolah dia langsung kesini, bahkan dia mengerjakan tugasnya di ruangan ini.
"Hyunjoon-ah, kau masih disini?" suara Juyeon mengejutkan Hyunjoon. Hyunjoon membuka matanya lebar-lebar, rasa kantuknya hilang seketika tergantikan debaran jantung yang semakin meningkat karena terkejut.
Dia mendengus, mengapa 'mereka-mereka' itu selalu mengejutkan ketika datang? Tidak bisakah mengucapkan permisi atau memberi salam; selamat pagi, siang, sore, malam atau semacamnya?
"Tentu, kalau bukan aku siapa lagi? Tidak mungkin kan aku meninggalkan Hyunjae hyung sendiri di sini?" ucap Hyunjoon.
Juyeon mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan ucapan Hyunjoon, "Ada aku disini yang menjaganya" ucapnya.
"Ya memang, tapi hyung hanya bisa melihatnya tidak bisa memanggil dokter ketika dia kenapa-napa" ujar Hyunjoon.
Juyeon terdiam, benar apa kata Hyunjoon. "Tapi aku bisa menunjukan diriku untuk memanggil dokter"
"Iya bisa, tapi setelah itu kau terduduk lemas tidak memiliki energi sama sekali"
Juyeon terkekeh, lagi-lagi membenarkan ucapan Hyunjoon. Dia memang bisa menampakan dirinya agar bisa dilihat banyak orang. Tapi setelah itu, energinya akan habis.
Baru saja Juyeon ingin membuka suaranya lagi, tapi tertahan karena mendengar suara lenguhan dari pemuda yang terbaring di atas brankar.
"Hyung?!" pekik Hyunjoon saat mendengar suara lenguhan dari bibir Hyunjae.
Segera Hyunjoon memencet tombol nurse call yang ada disisi kasur. Tak lama, seorang dokter datang bersama seorang perawat yang berjalan di belakangnya. Dokter itu langsung memeriksa Hyunjae yang perlahan membuka matanya.
"Syukurlah, dia sudah sadar setelah melewati tiga hari komanya. Dia baik-baik saja, tapi mentalnya masih down." ucap dokter kepada Hyunjoon, agak jauh dari Hyunjae agar Hyunjae tidak mendengarnya.
"Terimakasih, dokter" Hyunjoon membungkuk sembilan puluh derajat. Dokter pun mengangguk sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Hyunjoon dan Hyunjae didalam ruangan. Oh ya, ada Juyeon juga yang masih tetap berdiri di sana.
Setelah perginya sang dokter, Hyunjoon berjalan mendekati Hyunjae yang masih menatapnya dengan pandangan campur aduk.
"Hyung-"
"Kau siapa?" potong Hyunjae.
Hyunjoon terdiam dahulu, dia sedikit melirik Juyeon. Juyeon yang dilirik Hyunjoon pun tidak bergeming, dia hanya menggedikan bahunya.
"Aku temannya Juyeon hyung" jawab Hyunjoon.
Hyunjae memiringkan kepalanya masih sambil menatap Hyunjoon, "Juyeon?" ulangnya. Hyunjoon mengangguk. "Setau aku dia tidak memiliki teman yang masih sekolah sepertimu" sambungnya.
Hyunjoon diam, memikirkan jawaban. "Aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu"
Hyunjae menyerkit, lalu tak lama dia tertawa seraya mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. "Mana mungkin, dia sudah meninggal satu minggu yang lalu"
"Memang, aku bertemu dengannya dalam wujud arwah. Dia memintaku untuk menyelamatkan hyung dari percobaan bunuh diri itu" jelas Hyunjoon.
Hyunjae memandang Hyunjoon lagi, detik selanjutnya dia terkekeh dengan senyum meremehkan. "Haha.. Aku tidak percaya"
Hyunjoon menghela napas, cukup sulit memang berbicara pada seseorang yang tidak percaya bahwa arwah itu ada. "Aku diberi kelebihan oleh tuhan, aku bisa melihat makhluk tak kasatmata seperti Juyeon hyung. Aku juga bisa berkomunikasi dengan mereka" jelas Hyunjoon lagi.
Hyunjae diam, dia menatap langit-langit kamar rumah sakit. Pikirannya berjalan-jalan tak tentu. Suasana semakin hening, hanya ada suara dari elektrokardiograf yang terdengar nyaring.
Setelah beberapa saat hening Hyunjar kembali membuka suaranya, "Lalu mengapa kau menyelamatkanku?"
"Juyeon hyung memberitauku bahwa hyung ingin mencoba bunuh diri" jawa Hyunjoon.
"Mengapa kau menyelamatkanku? Seharusnya biar kan saja aku mati!" ucap Hyunjae dengan sedikit bentakan di akhir kalimatnya.
"Itu tidak mungkin. Juyeon hyung tidak akan membiarkanmu meregang nyawamu. Dia tidak ingin kau pergi menyusul dengannya. Dia ingin melihat kau bahagia tanpanya, menjalani hari-harimu seperti biasa"
"Bagaimana mungkin?! Dia bahkan pergi meninggalkanku selamanya karena kesalahanku!"
Hyunjoon merasa dejavu, Hyunjae mengatakan kalimat yang sama saat masih di kamarnya.
"Jangan meyalahkan dirimu seperti itu, hyung. Dia pergi karena takdir tuhan, bukan salah siapa-siapa" Hyunjoon memegang tangan kiri Hyunjae yang tertancap jarum infus.
Hyunjae tidak menjawab, dia menunduk. Tak lama suara isakan tangis terdengar di telinga Hyunjoon. Hyunjoon melihat bahu Hyunjae baik turun sedang menangis.
"Jangan menangis..." cicit Hyunjoon sembari memeluk tubuh bongsor Hyunjae yang sudah terduduk di atas kasur.
"Maaf... Hiks..." gumam Hyunjae sambil mengelap pipinya yang sudah basah air mata.
"Jangan meminta maaf seperti itu. Berhentilah menangis, hyung. Hyung harus istirahat" Hyunjoon menepuk punggung Hyunjae, menenangkannya.
"Maaf membuatmu repot, seharusnya kau membiarkanku mati saja. Aku sudah merepotkan banyak orang" ucap Hyinjae begitu tangisnya mereda.
"Hyung sudah kubilang jangan berkata seperti itu. Juyeon hyung di sini, dia melihatmu dengan pandangan sedih" ucap Hyunjoon.
"Ju-juyeon? Kau berbohong?"
Hyunjoon senyum lalu menggeleng kepalanya, "kan aku sudah bilang, aku bisa melihat 'mereka' "
"Begitukah?"
Hyunjoon mengangguk lagi.
"Dimana Juyeon?" tanya Hyunjae.
"Di sampingmu" Hyunjoon mendongak menatap Juyeon yang berdiri di seberangnya.
Hyunjae ikut mendongak ke samping kanannya, terlihat kosong. "Di sini?" tanya Hyunjae.
"Iya"
Hyunjae diam terlebih dulu, tak lama kemudian dia mengucapkan beberapa kata maaf. "Juyeon-ie maafkan aku. Aku sungguh menyesal telah mengkhianatimu. Jangan pernah membenciku, kumohon..." ucap Hyunjae disertai tetesan air mata yang kembali mengalir.
Juyeon tersenyum, "Aku tidak pernah membencimu. Kau tidak perlu meminta maaf, Hyunjae, aku sudah memaafkanmu sebelum kau meminta maaf"
Hyunjoon yang mendengar kalimat Juyeon pun berniat memberitau Hyunjae, "kata Juyeon hyung, dia tidak pernah membencimu sehingga kau tidak perlu meminta maaf" ucap Hyunjoon seingatnya.
Juyeon tersenyum, "Dan aku minta padamu, jangan lakukan seperti ini lagi. Berbahagialah tanpa diriku. Coba ikhlaskan aku" ucap Juyeon lagi.
"Kata Juyeon hyung lagi, dia tidak ingin kau melakukan seperti ini lagi, dia ingin kau bahagia tanpa dirinya. Coba ikhlaskan dia" ucap Hyunjoon menjelaskan.
"Maaf..." Hyunjae menunduk, "aku butuh waktu untuk mengikhlaskanmu" ucap Hyunjae lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender ✓
Fanfiction-ˏˋ⋆ Juric ft. Jaehwall ⋆ˊˎ- 🍁 ❝Bersama lah dengan ku di kehidupan berikutnya❞ - ❝Terimakasih telah datang di hidupku dan mengobati semuanya❞ 🍁 Start : 080620 Finish : 010720