Vanya turun dari motor Radit,sepulang sekolah cewek itu terus memaksa untuk pulang bersama dengannya.Mungkin tadi pagi kepalanya kejedot pintu.Jadinya agak aneh gitu hari ini.
"Kenapa malah ngeliatin gue?"
Radit yang tertangkap basah sedang mengamati Vanya pun menjadi salah tingkah sendiri.Ia cepat cepat melepas helmnya dan berlari mendekati cewek itu."Lo kok salting gitu sih?" goda Vanya.Terlihat jelas perubahan sikap Radit semenjak mereka tiba di tempat tujuan.
"Kagak,gue biasa aja kok"
"Hai Radit!" Serempak Vanya dan Radit langsung menatap ke arah suara berasal.
Tepat di depan pintu toko,berdiri seorang gadis yang melambaikan tangan ke arah mereka.Senyumannya terus mengembang dengan lebar."Gimana kabarnya,baik? Udah lama ya gak ketemu?"
Gadis itu berjalan mendekat sambil mengulurkan tangannya.Yang akhirnya disambut juga oleh Radit."Baik kok"
"Oh,iya tumben dateng ke sini sendirian?"
"Emang biasanya sama siapa!?" celetuk Vanya tiba tiba,membuat gadis itu terkejut dibuatnya."Ehhmmm....sama sepupunya" jawabnya canggung.
"Amel?" tanya Vanya memastikan."Iya" jawab Radit mencoba menengahi keadaan canggung di antara keduanya."Aurel kenalin ini namanya Vanya,Vanya kenalin ini namanya Aurel" Radit menarik tangan keduanya untuk saling berjabat tangan.
"Oke udah selesai,sekarang kalian udah saling kenal" Radit tersenyum manis kepada keduanya."Rel,nih bocah mau beli bunga mawar" Radit menunjuk Vanya,lalu melanjutkan perkataannya."Masih ada kan?"
"Kayaknya sih masih,coba aku cek dulu ya" selesai mengatakannya Aurel pun langsung melenggang pergi masuk ke dalam toko."Lo ngomong sama dia pakek aku-kamu?" langkah Radit terhenti.Dia pun berbalik."Iya"
"Dia siapa?"
"Mantan gue,ema—" belum selesai Radit meyelesaikan ucapannya,Vanya telah berjalan melewatinya,meninggalkannya begitu saja.
"Tuh bocah kepalanya bener-bener kejedot pintu atau gimana sih?" gumamnya keheranan.
***
Dengan sedikit kesusahan Vanya membawa dua ikat bunga mawar ke meja kasir.Merepotkan saja.
"Mbak ini totalnya 180 ribu"
"Iya"Sebelah tangannya meraih tiga lembar uang seratus ribu dari dompetnya dengan sedikit sedih.Uang tabungan yang selama ini susah payah dikumpulkannya pun berakhir sia sia karena dua ikat bunga mawar seharga seratus delapan puluh ribu itu.Entah kenapa dia melakukan hal yang sama sekali tidak diminta darinya,hanya untuk seseorang.Yang belum tentu akan melakukan hal yang serupa.
"Ini kembaliannya 120 ribu ya"
"Makasih" selesai mengambil kembaliannya Vanya pun keluar dari toko bunga.Dia sedikit kesusahan mencari keberadaan Radit.Hingga akhirnya dia menemukan cowok itu sedang asyik berbicara dengan Aurel di teras toko,sambil menyeruput secangkir teh.Nostalgia kalik,pikirnya berlalu menuju motor Radit yang terparkir tak jauh darinya.
Dari kejauhan Vanya hanya bisa mengamati apa yang dapat dilihatnya,mereka sangat terlihat akrab,saling berbincang bincang seakan ada saja topik pembicaraan di antara mereka.Melihatnya membuat Vanya tanpa sadar tersenyum hambar.Membandingkan dengan apa yang terjadi dengannya.
Selama ini tanpa sadar dia menjadi seseorang yang pendendam.
Kenzo,katanya dalam hati.
Semenjak kejadian lalu hubungannya dengan cowok itu sangatlah buruk,benar-benar buruk.
"Udah selesai?" entah sejak kapan tiba tiba Radit sudah berdiri di hadapannya."Kita pulang sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STALLED
Teen Fiction"Jika ditakdirkan bersama kelak pasti akan bersama" Bukankah begitu? Meskipun bersembunyi di daerah kutub utara yang tak berhuni sekali pun,jika memang ditakdirkan bersama pasti dapat ditemukan juga oleh pasangannya.Karena takdir,tak ada yang bisa...