Selama perjalanan pulang Vanya terus memandangi pergelangan tangannya dengan senyuman penuh arti.Hari ini bukan hanya hari terindah untuk Radit,namun juga dirinya.
Namun,tiba tiba mobil yang ditumpanginya berhenti.Vanya menoleh ke sebelahnya,"Kenapa berhenti?"
"Hehe hp gue ketinggalan"
"Terus?"
"Iya diambil dong.Lo kan tau seberapa pentingnya hp itu bagi hidup gue" ucap Febi memelas.
"Dah kayak surat sama perangko aja" cibir Vanya.
"Tanpa hp gue gak bisa ngapa ngapain Van.Gimana coba caranya gue dapet contekan tugas dari lo kalau gak ada hp? Gimana caranya gue kalo mau hubungin lo saat gue butuh?"
"Oke,fix balik"
"Berangkat..."
***
Selesai makan malam Radit langsung berlari ke kamar.Cowok itu melompat kegirangan ke atas kasurnya,lalu merebahkan tubuhnya menghadap langit langit.Kejadian tadi berputar di otaknya.Jujur,Radit tak menyangka akan mendapat kejutan di hari ulang tahunnya kali ini.Apalagi dari Vanya.
"Cieee yang lagi seneng dapet suprise...."
Kedua matanya membulat sempurna.Radit menoleh ke sebelahnya.Tepat tak jauh darinya berdiri seorang gadis yang menatapnya sambil menunjukkan deretan gigi putihnya tanpa dosa.
"Lo ngapain di kamar gue!!"
Radit merubah posisinya menjadi duduk.Bagaimana gadis itu bisa masuk ke dalam kamarnya? Seingatnya gadis itu masih berbincang bincang dengan Oma di bawah,ketika dia berlari ke kamarnya.Dan sekarang gadis itu sudah ada di sini?
Atau jangan jangan yang kunti itu Amel.
"Dit" panggilnya menyadarkan Radit yang terdiam.Amel berjalan mendekati Radit."Lo udah jadian sama Vanya?"
"Kapan?" tanya Radit bingung.
"Terus kapan lo mau nyatain perasaan lo?"
"Gue masih cari waktu yang tepat"
"Kapan? Pas Vanya udah jadi pacar orang lain?" Perkataan Amel membuat Radit sedikit terkejut.Terlebih selama ini Amel tidak pernah ikut campur dalam kehidupannya.Namun,kali ini gadis itu bersikap aneh.
"Lo kenapa sih?"
"Lo yang kenapa! Kenapa gak nyatain aja tadi waktu di rooftop"
"Tapi kan..."
"Tapi apa!? Lo gak berani ngomong!?"
Radit bungkam,perkataan Amel terjadi secara tiba tiba dan membuat Radit bingung sendiri membalasnya apa.Sedangkan Amel terdiam setelah puas melontarkan semua pertanyaannya.
Mereka hanya saling menatap satu sama lain.
"Permisi den"
Suara Kang Aren barusan membuat keduanya tersadar."Di bawah ada temennya den Radit.Katanya mau ngambil barang"
***
Tak lebih dari satu menit sambungan telepon pun terputus.Dengan segala jurus alasannya dia mampu mengelak dari pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan si Kembar kepadanya.Kini dia ingin menyusul Febi yang terlebih dahulu sudah pergi.
Tak butuh waktu lama dia sudah sampai di ruang tamu.Vanya memelankan langkahnya,tiba tiba saja lampunya mati.
"Hai"
Itu suara Radit,berasal dari ruang sebelah.Vanya pun mendekati sumber suara berasal.
***
Dalam waktu sekejap saja,ruangan yang tadinya terang benderang kini berubah gelap gulita.Febi bersusah payah mencari meja tempat dimana ponselnya tertinggal.Setidaknya dia sedikit mengingat di mana letak meja itu darinya.
Sialnya dia malah tersandung.Namun,seseorang langsung mendekapnya,mencegahnya terjatuh.
"Hai" sapanya dengan lembut.
"Gue sayang lo"
Bertepatan dengan itu tiba tiba saja lampu kembali menyala.Membuat semuanya terlihat begitu jelas.Kini Febi hanya membisu.Gadis itu masih sangat syok dan tak percaya dengan apa yang terjadi barusan.
Sedangkan di sisi lain,Vanya terpaku di tempat,menatap apa yang terjadi di hadapannya.Kedua matanya memanas,hatinya seperti dihantam sesuatu yang tak berwujud.
Semudah itu kah?
Dengan susah payah dirinya memahami apa yang sebenarnya diinginkan hatinya.Tetapi,saat dia menyadarinya saat itu juga semuanya dihancurkan dengan mudahnya.
Gue sayang lo Dit,ungkapnya dalam hati.
Pelan,tetapi pasti,Vanya melangkahkan kakinya mundur,kemudian dia pun berbalik seraya berlari kencang.Sekencang - kencangnya.
****
"Lo dah bosen hidup?" Faishal meletakkan kain kompres di dahi Vanya,kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.Tengah malam seperti ini,gadis ini datang mengunjungi rumahnya dalam kondisi kacau.Pasti terjadi sesuatu.Apalagi di luar hujan turun dengan derasnya.
Sangat mudah menebak apa yang terjadi padanya.Faishal yakin pasti ini mengenai masalah percintaan,kemudian dia patah hati,pergi dari sana ataupun berlari,lalu tiba tiba turun hujan,dan gadis ini pun basah kuyup karena hujan hujanan.Bagian terakhir yang paling penting,Vanya akan pergi ke rumahnya seperti sekarang.
"Lain kali kalau lagi patah hati jangan hujan hujanan dong,kan demam lo jadinya"
"Tiba tiba hujan" ucap Vanya lirih.
Yap,sesuai dugaan Faishal.
"Ya,neduh dong kan bisa.Bukanya malah hujan hujanan"
Tok...Tok...Tok...
Bu Arumi masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan yang berisi semangkuk bubur hangat dan gelas berisi air."Udah jangan dimarahin Vanya nya,kan lagi sakit" ucapnya sambil meletakkan nampannya di atas nakas.
"Faishal ngasih nasihat buk,biar gak jadi kebiasaan,lagian kan yang rugi dia sendiri"
Vanya memanyunkan bibirnya,menatap bu Arumi dengan tatapan memelasnya,"Di luar kan hujan tante,masak Vanya suruh nunggu sampek hujan reda? Udah malem lagi"
"Iyaa deh.Tapi,lain kali jangan diulangin ya" Bu Arumi membelai pelan rambut Vanya lalu pergi dari sana.
Sedangkan Faishal menatapnya garang seperti emak - emak."Makan tuh makanannya.Nanti keburu dingin!"
Vanya hanya diam menatap Faishal."Kenapa ngeliatin gue?"
"Gue gak mau makan" keluhnya sambil memalingkan wajahnya."Terus? Harus ya gue suapin??"
"Kalo lo mau sih"
"Hmm,kebiasaan deh"
//Salam Author//
Buat yang udah nungguin,maaf ya, udah lama banget gak publish 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
STALLED
Teen Fiction"Jika ditakdirkan bersama kelak pasti akan bersama" Bukankah begitu? Meskipun bersembunyi di daerah kutub utara yang tak berhuni sekali pun,jika memang ditakdirkan bersama pasti dapat ditemukan juga oleh pasangannya.Karena takdir,tak ada yang bisa...