"Kakek, lihat apa yang aku dapat!" Seorang bocah berumur 9 tahun berlari mendatangi kakeknya. Bersama beberapa ranting pohon yang telah mengering di tangan kiri dan setangkai bunga berwarna putih di tangan kanan. Antusias hendak ditunjukan.
Yang dipanggil tersenyum. Menumpuk beberapa batang pohon yang telah dipotong kecil di satu tempat. Pria paruh baya yang Seokmin panggil dengan sebutan kakek itu terduduk di dekatnya. Senyum itu pun melebar untuk menyambut keceriaan sang cucu. Mengambil alih ranting, ikut ditumpuk bersama batang pohon hasil pemburuan hari ini. Setelahnya, ia juga mengambil alih bunga yang Seokmin dapat. "Wah... Cantik sekali. Boleh Kakek memintanya?"
Seokmin mengangguk. Namun sambil tertawa. "Memangnya hendak kakek apakan bunga itu?"
"Untuk diberikan kepada nenekmu. Sudah lama sekali kakek tidak memberikannya hadiah."
Tawa Seokmin terdengar semakin nyaring. "Kakek sudah tua tapi masih seperti anak muda saja."
"Ei... Kamu jangan salah," kakek Seokmin coba mencari pembelaan. Berusaha menjelaskan bahwa menjadi romantis tidak tergantung kepada umur. Menarik cucunya agar ikut duduk. Beristirahat sejenak. "Justru karena kakek dan nenek sudah semakin tua. Rasa cinta kami harus terus dipertahankan karena sekarang sudah tidak sanggup melakukan apa-apa lagi selain berbagi kasih sayang. Supaya red string yang ada di jari kelingking kakek dan nenek semakin terikat kuat hingga malaikat maut menjemput."
"Red string?" Kening si kecil Seokmin mengerut tidak mengerti. Ini adalah kali pertama ia mendengar istilah red string. "Apa itu? Nama makanan?"
Kakek Seokmin menyentil hidung mancung cucunya dengan gemas. Membuat si pemilik hidung tertawa. "Yang ada dalam pikiranmu hanya makanan. Red string itu garis takdir. Cepat atau lambat, red string-mu akan muncul begitu bertemu dengan perempuan yang akan menjadi jodohmu di masa depan."
Seokmin sangat ingin bertanya lebih banyak tentang apa itu red string. Namun nampaknya alam sedang tidak mengizinkan. Tiba-tiba saja petir menyambar, padahal langit belum terlalu gelap. Sesegera mungkin pasangan kakek dan cucu itu beranjak dari tempat. Mengakhiri sesi istirahat pencarian kayu bakar mereka. Pulang ke rumah di mana wanita paruh baya yang sedari tadi menjadi salah satu topik pembicaraan mereka menunggu. Sayangnya, alam kembali tidak mengizinkan. Belum sempat keluar dari hutan yang lebat, hujan telah turun. Beruntung mereka berdua menemukan satu gubuk tanpa penghuni.
"Seokmin, sini duduk," tegur sang kakek. Menyusun banyak dedaunan kering untuk diduduki cucunya sebagai alas. Ia harus melakukan sesuatu agar cucu kesayangannya itu tidak merasa bosan selama menunggu hujan reda. "Kakek punya dongeng yang sangat seru untukmu. Mau dengar?"
Melihat cucunya menganggukan kepala laju, si kakek memulai kisahnya.
Sama seperti bumi, langit pun memiliki kehidupan. Dari beberapa kasta, banyak generasi, juga ribuan peraturan yang wajib ditaati. Akan tetapi, ada satu kejadian yang sangat menggemparkan kehidupan dunia langit. Salah satu peraturan yang sama sekali tidak boleh dilanggar telah dilanggar oleh makhluk yang tidak boleh melanggar apa pun. Bingung?
Kasta tertinggi adalah Raja Langit dan Ratu Langit. Bersama keturunan-keturunannya. Di bawah mereka, ada dewa dan dewi. Pada saat itu, musim semi dipimpin oleh seorang dewi. Perempuan yang sangat cantik dan santun. Suara halus bak angin yang berembus di musim semi. Dan di saat yang bersamaan, musim dingin dipimpin oleh seorang dewa. Laki-laki yang sangat kuat dan gagah. Mereka berdualah yang telah menggemparkan dunia langit.
"Kalian berdua sudah tahu bahwa masing-masing dari kalian para pemimpin musim, tidak ada yang boleh saling jatuh cinta. Apalagi sampai memiliki hubungan. Kenapa kalian malah melanggarnya?" Pemimpin dunia langit, Raja Langit, sungguh marah dibuatnya. Saking marahnya, kemarahannya ini berimbas besar. Terjadi tsunami di bumi. Bahkan tidak ada yang berani mengeluarkan suara walau sekadar untuk menenangkan. Termasuk Ratu Langit. "Kalian tahu apa konsekuensinya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
White Castle (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin kecil tidak percaya red string. Bahkan ia sempat menertawakan istilah yang terdengar konyol ini. Dan seiring berjalannya waktu, sebagai Si Pemuda Pencari Kayu Bakar, kepercayaannya berubah sejak menemukan sebuah kasti...