7. Dibuangnya Dewa-Dewi Musim Kemarau, Gugur, dan Hujan

520 105 83
                                    

Gembok itu meleleh. Tangan Seokmin gemetar dibuatnya. Panik. Namun sebisa mungkin ia berlaku biasa. Hati-hati menoleh ke belakang. Seungcheol dan Soonyoung masih sibuk berdiskusi. Sedangkan Jeonghan dan Jihoon fokus menenangkan yang lebih muda. Perhatian Seokmin kembali ke kondisi sel penjara yang telah kehilangan gemboknya. Sejenak ia memejamkan mata. Berpikir cepat. Apa yang harus ia lakukan atas kejadian ini?

"Seokmin," panggil Seungcheol. Menghampiri. Kepanikan Seokmin meningkat tajam. Bergegas menyembunyikan kondisi pintu sel tanpa gembok dengan membelakanginya. Tentu gelagat tersebut sedikit mencurigakan. "Kenapa?"

"Hng? Bukankah kamu yang memanggilku? Kenapa?" Di belakang, tangan Seokmin terus menggenggam erat pintu sel penjara. Sangat erat. Lalu keajaiban berikutnya terjadi. Seokmin berhasil mengembalikan gembok seperti sedia kala.

Karena terlalu curiga, langsung saja Seungcheol menggeser tubuh Seokmin yang kalah besar dari tubuhnya. Memperhatikan kondisi gembok sel penjara dengan jeli. Sama saja. Tidak ada bedanya dengan kondisi gembok sebelumnya. "Tidurlah dulu. Besok keputusan kapan sidang kita dilaksanakan akan diberitahu. Biasanya tidak terlalu lama. Jawab seluruh pertanyaan sesuai dengan apa yang kamu tahu. Jangan berbohong. Satu kebohongan saja, hukumannya akan ditambah. Ceritakan kalau di bumi sedang berkeliaran seorang penyihir jahat. Aku yakin Raja Langit akan mengirim para pekerja langit untuk membantumu mengalahkannya."

Raja Langit akan mengirim para pekerja langit untuk membantu Seokmin mengalahkan penyihir jahat. Kalimat itu sungguh membuat Seokmin merinding entah kenapa. Khawatir Raja Langit tahu dengan kenyataan bahwa Seokmin dapat mengeluarkan kekuatannya meskipun berada dalam penjara. Dihukum mati? seokmin menelan ludah dengan susah payah. Niat hati menyelamatkan Jisoo, malah Seokmin sendiri yang menjadi korban.

Tidak... Itu tidak boleh terjadi. Sekarang ini, tidak ada yang bisa Seokmin lakukan selain menganggukan kepala. Menghampiri di mana Soonyoung duduk, bersama Seungcheol yang mengikutinya di belakang. Seokmin harus berpikir sendiri. Mencari celah agar bisa kabur dari sini, tanpa ada seorang pun yang menyadari. Kecuali Chan tentu saja.

"Hyung..." Chan menghampiri Seokmin. Membuat Seokmin terkekeh geli. Sifat manja anak ini akhirnya keluar. "Kita bisa bebas dari sini, kan?"

"Tentu saja. Aku yang membawamu ke sini. Aku juga yang akan bertanggung jawab membawamu keluar dari sini," kata Seokmin. Berusaha menenangkan. Meski sejujurnya hatinya pun ikut gelisah. "Cepat tidur. Kamu pasti sangat lelah berpetualang sepanjang hari."

Seokmin tidak tidur. Dan nampaknya tidak akan pernah bisa tidur. Sementara yang lain telah tertidur pulas, mata Seokmin malah masih bersinar terang. Berpikir. Tidak ada waktu bahkan sedetik pun ia lalui tanpa berpikir. Kini pikirannya tidak lagi semata-mata bagaimana cara mendapatkan mutiara hitam untuk menyelamatkan Jisoo. Namun juga memikirkan bagaimana caranya ia bisa keluar dari penjara tanpa ketahuan. Lalu, ingin tahu identitas kedua orangtuanya. Dewa dan dewi di musim apa mereka berdua bertugas? Kenapa Kakek Seokmin menyembunyikan poin terpenting ini?

Terlalu lama berdiam diri dalam posisi rebahan, akhirnya Seokmin menyenderkan badan ke dinding. Memperhatikan mereka yang nampak sangat nyenyak tertidur. Menimbang sejenak. Apakah sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk kabur?

"Chan-ah..." panggil Seokmin dengan hati-hati. Berbisik pelan. Sangat pelan. Tepat di telinga.

Dengan wajah mengantuk, Chan berusaha membuka mata. "Ya, hyung?"

White Castle (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang