Menemani

7.3K 966 222
                                        

Sudah dua bulan lamanya Tanjirou, Inosuke dan Zenitsu berlatih. Bertahap demi tahap ketiganya mulai pandai memainkan satu alat musik yang dimainkan. Karena, Shinobu bilang akan mengadakan penampilan kecil-kecilan untuk anggota baru dan memperlihatkan hasil latihan mereka selama ini. Yang mana semua anggota baru akan tampil di atas panggung.

Tanjirou memainkan alat musik gitar biasa. Zenitsu memainkan alat musik piano. Sedangkan Inosuke, ia memainkan alat musik drum.

Seperti biasa, demi menampilkan yang terbaik di hadapan kakak kelas dan teman-temannya, Tanjirou berlatih sendirian di klub musik ketika jadwal klub selesai. Hingga tak ia sadari, seorang pemuda dengan rambut hitam serta sepasang manik biru mendekat dari belakang. Salah satu tangan yang memegang susu kotak dingin di arahkan pada salah satu pipi Tanjirou, hal itu membuat sang empu berbalik untuk melihat siapa pelakunya.

"Tomioka-senpai?!" Serunya.

"Untukmu." Kotak susu itu masih digenggam. Tanjirou yang melihat itu tersenyum cerah, ia menerimanya dengan senang hati. Hal itu membuat pemuda bernama lengkap Tomioka Giyuu sedikit berjengit. Dia masih tak terbiasa untuk melihat senyuman itu.

Masalahnya, senyuman yang diperlihatkan Tanjirou itu mampu membuat jantung Giyuu ingin loncat dari tempatnya.

"Terima kasih, senpai."

Giyuu duduk di samping Tanjirou sembari meminum nesukafe kaleng miliknya.

"Kau belum pulang, senpai? Padahal yang lain sudah pulang." Tanjirou mulai berbasa-basi.

"Belum."

"Oh, begitu." Tanjirou mengangguk pelan. Kemudian kembali terfokus pada gitar yang ada di pangkuannya. Mulai berlatih kembali lagu yang akan ia mainkan. "Ada yang masih harus dikerjakan, ya?"

"Iya," ujarnya. "Hal yang harus aku kerjakan itu menemanimu berlatih." Ujar Giyuu dengan cepat.

"Eh?" Tanjirou langsung menoleh ke arah Giyuu. "Tomioka-senpai mengatakan sesuatu?"

"Tidak ada."

Tanjirou kikuk sendiri. "Be-Begitu, ya."

Kemudian, keheningan menyelimuti keduanya. Hanya suara gitar Tanjirou yang dimainkan.

"Giyuu."

Mendengar itu, Tanjirou melongo. Ia tak paham dengan kakak kelas satunya ini sejak dekat sebulan dengan Giyuu.

"Eh?"

"Panggil aku Giyuu."

Tanjirou yang mendengar itu tersenyum dengan ramah. Bahkan sepasang manik merah kehitamannya sampai menyipit. "Baik, Giyuu-senpai."

Giyuu langsung meminum kembali nesukafe-nya dengan terburu-buru hingga membuatnya tersedak dan secara reflek membuat Tanjirou khawatir.

Tanjirou itu kalau senyum, gulanya berapa sendok, sih? Manis banget. Suara hati Giyuu yang tidak pernah kuat dengan senyuman Tanjirou.

MODUS [GiyuuTan: END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang