Salah Paham (2)

5K 643 16
                                    


Tanjirou sudah mencari ke tempat-tempat yang sering mereka kunjungi bersama atau yang sering Giyuu kunjungi. Namun, tetap saja hasilnya nihil. Wajahnya begitu resah ketika tak menemukan sosok kakak kelasnya itu. Kedua kakinya melangkah lebar tiap kali berjalan menyusuri lorong sambil membawa tas milik Giyuu dalam dekapan.

"Duh, Giyuu-senpai ke mana, sih?" Tanjirou bermonolog sembari celingak-celingu

Hingga ketika ia berjalan melewati ruang olahraga. Ia bisa mendengar suara decitan antara sepatu dan lantai, kemudian suara sesuatu yang enah itu apa. Rasa penasaran Tanjirou menguar dalam diri. Siapa gerangan yang masih latihan? Apakah salah satu klub di sekolah karena ada pertandingan?

Kedua kakinya melangkah mendekati pintu dan membukanya secara perlahan. Takut-takut menjadi tontonan banyak anggota klub di dalam yang sedang berlatih. Pintu terbuka sedikit, kepalanya menyembul ke dalam. Nihil. Ruangan ini kosong. Rasa heran juga takut bercampur menjadi satu. Mana mungkin ada hantu di ruangan ini?

Ketika manik merah kehitaman mengobservasi ruangan dari ujung ke ujung. Ia bisa melihat seesosok makhluk hidup tengah membaringkan tubuh di atas tenpat duduk yang panjang. Terlihat lengan seragam lelaki itu digulung hingga siku dan salah satu tangannya menutup sebagian wajah. Tanjirou berjalan masuk dengan pelan tanpa ingin membangunkan sosok yang sedang tertidur. Setidaknya sosok itu bisa ditanya di mana keberadaan Giyuu.

Langkah demi langkah mendekati sosok itu. Manik Tanjirou sedikit bulat. Wajahnya bercampur lega juga kesal. Lega karena sudah ditemukan, kesal karena lelaki itu melakukan hal bodoh dengan cara bolos kelas hingga jam pulang sekolah. Namun, melihat bagimana dada itu bergerak naik turun dengan teratur membuat Tanjirou tidak tega untuk membangunkannya. Tapi, dia harus membangunkannya.

Tanjirou berjongkok di samping Giyuu. Tasnya sudah ia simpan di sampingnya. Salah satu tangan terjulur menggoyangkan tubuh Giyuu dengan pelan.

"Giyuu-senpai."

Tak ada respon.

Tanjirou masih berusaha membangunkan.

"Giyuu-senpai!"

"Apa aku masih berada di mimpi? Aku merasa Tanjirou memanggilku." Gumam Giyuu masih dengan lengan menutup mata.

Tanjirou kesal panggilannya tidak digubris sama sekali. Kedua pipinya menggembung kecil.

"GIYUU-SENPAI!"

Mendengar namanya dipanggil dengan suara keras membuat Giyuu langsung menurunkan tangannya dan kepalanya menoleh ke arah Tanjirou dengan kedua iris biru yang membulat. Terkejut. Giyuu bisa melihat raut kesal di wajah Tanjirou.

"Tanjirou?"

"Aku sudah memanggilmu sampai tiga kali, kenapa tidak menyahut?" Tanjirou berujar dengan dengan kesal.

"..."

Giyuu terdiam. Sekilas percakapan antara Tanjirou dan Kanao terlintas dalam pikirannya. Wajah yang sempat terkejut menjadi datar. Tatapannya mengarah ke langit-langit ruangan olahraga, tangan yang sempat menutup sebagian wajahnya, kini dijadikan bantal.

"Giyuu-senpai, kenapa, sih?" Tanjirou keherenan melihat sikap Giyuu. Biasanya kakak kelasnya ini akan tetap menyahut atau menatapnya seperti biasa walaupun Tanjirou mendengus kesal padanya atau berceloteh panjang. "Shinobu-senpai bilang kalau Giyuu-senpai bolos, ya? Kenapa?"

"Bukan urusanmu."

Tanjirou terdiam. Kata-kata itu ditunjukan untuknya?

Seriusan?!

Ini bukanlah Giyuu-nya yang Tanjirou kenal.

Tu-Tunggu! Kenapa aku menyebut Giyuu-senpai seperti itu?!

Tanjirou kesal. Kedua tangan terjulur menggapai kedua pipi Giyuu, menangkupnya dan membuatnya untuk menatap Tanjirou. Iris biru dan iris merah kehitaman saling tatap.

"Apa yang terjadi padamu?"

Giyuu sempat terkejut namun tak berlangsung lama. Tangan Tanjirou hangat. Ia tak ingin tangan itu lepas. "Tidak ada."

"Bohong."

"..."

Tanjirou sadar dengan apa yang dia lakukannya. Seharusnya dia tak melakuakan hal itu, karena Tanjirou tahu jika Giyuu dan Shinobu itu memiliki hubungan diam-diam. Tanjirou tahu itu. Kemudian menarik kedua tangannya.

"Maaf. Aku tidak seharusnya begitu pada Giyuu-senpai. Jangan pulang kemalaman, ya? Tasnya aku simpan di sini. Sampai jumpa."

Tanjirou berdiri dari posisinya. Giyuu memperhatikan. Ketika kedua kaki Tanjirou hendak melangkah, salah satu tangan menahannya. Itu tangan Giyuu. Tanjirou tak menoleh, ia tak mengerti dengan kakak kelasnya yang satu ini.

"Aku tidak suka kau dengan Kanao."

Tanjirou terdiam. Kepalanya langsung menoleh. Tidak mengerti.

"Pokoknya aku tidak suka kau dekat-dekat dengan Kanao."

"Kenapa begitu? Giyuu-senpai kan sudah punya Shinobu-senpai. Kenapa aku tidak boleh dekat dengan Kanao-chan?"

Giyuu terkejut. Untuk kali pertamanya Giyuu memperlihatkan wajah melongo. Tanjirou yang melihat itu terkejut karena melihat perubahan ekspresi Giyuu.

"Siapa bilang?"

"...Aku."

Soalnya aku melihat kau dan Shinobu-senpai itu saling tertawa di bawah pohon!

"Aku dan Shinobu tidak ada hubungan apapun," jeda Giyuu. "Kau salah paham. Aku justru tidak menyukainya karena menyebalkan."

Jadi aku salah paham?!

Tanjirou gelagapan. Dia sudah salah paham. Berarti aksi dirinya menjaga jarak itu salah paham?

"Jadi.. Kalian tidak ada hubungan apapun?"

Giyuu mengangguk. Ada rasa senang dalam diri Tanjirou. Dia tidak tahu kenapa bisa senang hanya mendengar hal itu.

"Jadi itu alasanmu menjaga jarak denganku?"

Tanjirou gelagapan. Kedua pipinya memperlihatkan semburat merah tipi. Malu. Kepalanya di kesampingkan.

"... Iya."

Giyuu menghela nafas. "Kalau begitu jangan dekati Kanao."

Tanjirou menggeleng kuat. "Tidak bisa!"

"Kenapa?" Giyuu bertanya dengan raut kesal.

"Aku baru saja bisa berbicara dengan Kanao-chan. Aku mencoba membuatnya berbaur dengan yang lain. Tidak ada maksud lain!"

"Kalau begitu jangan melakukan lebih dari itu."

Tanjirou tersenyum riang. "Baik!"

Tanpa mereka sadari, jari jemari mereka saling bertaut dengan cukup erat. Tak ingin melepas satu sama lain. Yang satu tersenyum dengan riang, sedangkan satunya tersenyum tipis.

MODUS [GiyuuTan: END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang