Salah Paham (1)

5.2K 613 28
                                    

Entah sudah berapa lama Tanjirou akan menjaga jarak dengan Giyuu. Di ruang musik pun, setelah jadwal selesai, dia tidak menemukan Tanjirou tengah berlatih dengan keras. Bahkan, ditempat yang sering mereka datangi berduapun tidak ada. Walaupun begitu, ketika berlatih bersama di klub musik, semua biasa saja. Seolah tidak ada yang terjadi antara Tanjirou dan dirinya selama ini.

Tanjirou, kau di mana?

Ketika Giyuu hendak berbelok ke lorong kanan, ia bisa mendengar suara Tanjirou. Giyuu hendak menemuinya. Menanyakan beberapa hal. Namun, hal itu ia urungkan ketika tahu ada suara lain bersama Tanjirou. Suaranya begitu lembut dan ramah. Menanggapi segala ucapan Tanjirou, bahkan Giyuu bisa mendengar suaranya yang sangat manis ketika tertawa. Giyuu bersembunyi di samping 4 box yang tersusun rapih di sampingnya.

"Ceritamu mengenai adikmu yang membuat kue lucu sekali." Ujar sang gadis.

"Benarkah?" Tanjirou menyahut sumringah.

Kanao—sang gadis mengangguk. Senyuman manisnya terpatri. Tanjirou pikir, mendekati Kanao itu susah. Karena gadis itu terlihat seperti anak yang penyendiri juga pendiam, serta sulit di ajak berbicara. Pernah beberapa kali Tanjirou melihat Kanao sedang di hampiri seseorang, mungkin di ajak berbicang. Tapi, yang dilakukan Kanao diluar dugaannya. Saat itu, Tanjirou melihat Kanao melemparkan sebuah koin dan barulah ia berbicara dengan seseorang itu.

Tanjirou yang penasaran pun mencoba menghampiri Kanao untuk mengobrol ringan. Dan apa yang dilakukan Kanao sama persis seperti yang Tanjirou lihat sebelumnya. Ketika Tanjirou bertanya, Kanao menjelaskan bahwa koin yang dimilikinya itu adalah penentu baginya untuk memutuskan sesuatu. Namun, Tanjirou mengatakan bahwa memutuskan sesuatu harus sesuai dengan kata hati.

Sejak saat itu, Tanjirou dan Kanao sering bersama. Bahkan, hampir menghabiskan waktu istirahat bersama. Entah itu latihan bersama sambil memakan bento masing-masing atau mengerjakan tugas.

"Bagaimana kalau kapan-kapan kau datang ke rumahku untuk mencoba kue di toko keluargaku, Kanao-chan?" Tawar Tanjirou dengan senang.

Kanao tersenyum, "Jika tidak keberatan."

"Kalau begitu, aku akan mengabarimu nanti, ya."

Ketika suara Kanao dan Tanjirou menjauh, Giyuu keluar dari tempat bersembunyinya. Wajahnya yang dingin semakin dingin, bahkan menjadi suram. Setelahnya, Giyuu berjalan menuju ruang olahraga. Bermain basket sendirian. Tidak peduli dengan kelas, ia hanya perlu melampiaskan kekesalannya.

Tapi, ngomong-ngomong kenapa ia begitu kesal dengan kedekatan Kanao dan Tanjirou?

.

.

.

.

.

.

"Tanjirou-kun."

Tanjirou menoleh ke arah sumber suara, begitu pula Zenitsu dan Inosuke yang ikut menoleh.

"Ada apa, ya, Shinobu-senpai?" Tanya Tanjirou.

Senyuman merekah terpatri diparas cantik Shinobu. Ia mendekati Tanjirou dengan langkah lebar, meninggalkan Kanroji dan Iguro yang masih di belakang sembari membawa dua buah tas. Yang satu di pundak dan satunya ia jinjing.

"Syukurlah kau ada di sini." Ujar Shinobu dengan riang. Tanjirou hanya menatap heran, begitu pula Zenitsu dan Inosuke. "Apa kau tahu Tomioka-san berada?"

Tanjirou menggeleng. "Tidak, senpai. Sejak pagi aku tidak bertemu dengannya."

"Duh."

Shinobu mengeluh. Ia menatap teman-temannya sembari menggeleng, mengatakan secara tidak langsung bahwa Tanjirou pun tidak melihatnya.

"Jadi Tanjirou juga tidak tahu, ya?" Gumam Kanroji yang sudah di sebelah Shinobu.

"Aku sangat malas membawa tas Tomioka-san dan mengantarkan ke rumahnya."

Tanjirou memperhatikan percakapan kecil ketiga kakak kelasnya dengan bingung.

Apa yang terjadi?

"Senpai, jika boleh aku bertanya, apa yang terjadi pada Tomioka-senpai?" Zenitsu menginterupsi ketiga kakak kelasnya, sekaligus mewakili pertanyaan Tanjirou yang tidak bisa ia katakan.

"Dia tidak kembali sejak jam istirahat pertama usai." Jawab Iguro.

Shinobu dan Kanroji mengangguk mengiyakan.

"Tidak seperti biasanya Tomioka-san seperti ini." Ujar Kanroji. "Maksudku—dia tidak pernah membolos tanpa izin. Biasanya mengabari salah satu dari kami atau dia akan telat masuk kelas. Tapi... Ini pertama kalinya Tomioka-san bolos hingga jam pulang sekolah."

"Eh?" Tanjirou merespon dengan ekspresi terkejut dan khawatir. Bagaimanapun, Giyuu adalah kakak kelas terdekatnya.

Iguro mencoba menghubungi. Namun, ponsel itu berbunyi di dalam tas Giyuu.

Shinobu dan Kanroji menghela nafas.

"Shinobu, jika begini adanya. Mau tak mau kau membawa tasnya." Iguro berujar. "Lagi pula, aku dan Kanroji ada urusan."

"Aku ada kumpul dengan klub penyuka serangga, tahu." Balas Shinobu.

"Senpai," Tanjirou memanggil. Ketiganya menoleh. "Aku akan membantu mencari Giyuu-senpai. Kebetulan setelah pulang sekolah senggang."

"Eh? Tidak apa-apa, Tanjirou-kun?" Tanya Shinobu meyakinkan.

Tanjirou menggeleng pelan, kemudian tersenyum hangat. "Tidak, kok."

Shinobu memberikan tas milik Giyuu pada Tanjirou, yang tentu saja Tanjirou terima dengan senang hati.

"Terima kasih, ya, Tanjirou-kun." Ujar Shinobu. "Maaf merepotkanmu."

Setelah Iguro, Kanroji dan Shinobu pergi. Zenitsu menatap Tanjirou untuk meyakinkan. Sedangkan Inosuke sudah berjalan menuju gerbang sekolah dengan tergesa-gesa untuk membeli camilan. Oh, dan jangan pernah lupakan teriakannya yang khas dan caranya yang kasar untuk bertanya dan membeli.

"Kau yakin Tanjirou?" Tanya Zenitsu. "Kau baru saja cerita padaku kalau Shinobu-senpai dan Tomioka-senpai itu dekat sekali?"

Tanjirou tersenyum. "Iya, kau dan Inosuke pulang saja duluan."

"AYO CEPAT PULANG, MONITSU! TENTAROU!"

"BERISIK!"

Tanjirou tertawa melihat kedua rekannya. Padahal, kalau mereka sedang akur, mereka itu lucu sekali. Sungguhan.

"Inosuke, pulanglah duluan bersama Zenitsu, ya? Aku ada urusan." Ujar Tanjirou sedikit teriak.

"TERSERAH KAU, GONPACHIROU! AKU AKAN PULANG!" Balas Inosuke sembari berjalan menuju ke arah Zenitsu dan Tanjirou berada, kemudian menarik kerah belakang seragam sekolah Zenitsu. Diperlakukan seperti itu tentu saja Zenitsu meraung-raung minta dilepaskan dan diselamatkan.

Tanjirou hanya menatap miris pada Zenitsu, sebenarnya dia merasa kasihan dengan Zenitsu yang ditarik semena-mena oleh Inosuke. Tapi apa boleh buat? Itu adalah sikap alami mereka, ah tak lupa melambaikan tangan pada kedua sahabatnya yang tak pernah akur itu.

MODUS [GiyuuTan: END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang