Sebuah Rahasia

14 1 0
                                    

Anak mana yang tidakrindu sosok seorang ayah yang dia sayang

Indira Velycia Hadiningrat

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, aku masih berkutat dengan laptop untuk menyelesaikan laporan yang harus kuserahkan kepada Pak Juna besok pagi. Jujur saja aku tidak fokus mengerjakannya, biasanya dalam waktu tiga puluh menit aku bisa membereskan semuanya tetapi sudah dua jam dan pekerjaanku belum juga selesai. Ragaku mungkin di sini, tetapi pikiranku melayang ke kejadian kemarin di rumah Gilang. Baiklah aku menyerah.

Aku mematikan laptop, lalu beranjak menuju tempat tidur. Seluruh otot di dalam tubuhku sepertinya membutuhkan istirahat, dengan menuruti permintaan mereka mungkin aku akan sedikit lebih baik.

Kupejamkan mata, namun yang terlihat adalah obrolan singkatku dengan tante Tara di rumahnya kemarin persis seperti film yang diputar kembali.

Dulu tante menikah dengan papanya Gilang atas dasar cinta, sedangkan papanya Gilang menikah dengan tante atas dasar harta. Cinta itu membutakan tante sampai-sampai tante tidak pernah mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecilnya. Awal pernikahan masih berjalan dengan Indah, sampai akhirnya dia mendapat kekuasaan dari papa tante untuk melanjutkan bisnisnya, karena papa tante sudah tidak sanggup lagi menjalankannya. Dia begitu cakap dalam menjalankan bisnis, bertambah kagum lah tante kepada suami tante. Tante berusaha keras untuk menjadi sebaik-baiknya isteri untuknya. Apalagi saat tante melahirkan Gilang, buah cinta tante dengan Dia. Rasanya kebahagiaan kami begitu sempurna. Tante selalu berharap agar selamanya kami selalu seperti ini. Tetapi Tuhan berkata lain.

Suatu ketika, tante memergoki papanya Gilang sedang menelepon seseorang. Tante pikir itu adalah rekan kerjanya, jadi tante tidak ingin suudzon kepadanya. Tetapi setiap malam Dia terus saja menghubungi entah siapa dia, tetapi yang jelas itu seorang perempuan. Tante mulai menaruh curiga. Apalagi Dia tidak seperti dulu lagi, perhatiannya, kasih sayangnya, ucapannya kepada tante seperti sudah terasa hambar.

Tante mencoba mencari tahu siapa perempuan yang sering Dia telepon, ternyata itu adalah sekretarisnya. Benar kecurigaan tante, kalau dia ada main dibelakang. Ketika tante menanyakan itu kepadanya langsung, malah membuat kami jadi sering bertengkar, dan Dia sering sekali menampar tante. Demi Gilang yang saat itu masih duduk di bangku SD, tante tidak ingin melihatnya bersedih. Jadi tante berusaha memendam rasa sakit itu sendirian.

Ketika Gilang sudah masuk SMP, dia sering memergoki kami bertengkar. Gilang juga sering gantian memarahi papanya lalu mendekap tante. Gilang malah yang menyarankan tante untuk lebih baik berpisah dengan papanya. Waktu itu, tante merasa Gilang sudah cukup dewasa untuk mengerti permasalahan kami. Akhirnya kami berpisah, papanya Gilang pergi dari rumah entah kemana. Tidak ada kabar darinya selama bertahun-tahun, tetapi setiap kali Gilang ulang tahun atau ketika Gilang menang dalam lomba, dia selalu memberinya kado. Satu tahun yang lalu, papanya Gilang muncul kembali dengan mengatakan kalau dia ada di Paris dan telah menikah lalu hidup bahagia. Kemunculannya seperti membuka kembali luka yang sudah tante tutup. Tante tidak ingin lagi berurusan dengannya. Tetapi Gilang selalu memaksa tante agar memberinya izin untuk menemui laki-laki itu. Bukannya tante tidak ingin mempertemukan mereka kembali. Tante hanya takut, kalau Gilang, maksud tante kemarahan yang ada di dalam diri Gilang membuatnya melakukan sesuatu hal yang buruk terhadap papanya. Walau bagaimanapun dia tetaplah papanya.

Dira sayang, tante tahu banyak hal yang mungkin ingin kamu tanyakan, dan mungkin itu tadi sedikit yang bisa tante ceritakan untuk menjawab tanyamu. Tante minta satu hal, tolong kamu jaga Gilang, dan bantulah ia pelan-pelan memaafkan papanya.

Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Aku tidak yakin bisa memenuhi permintaan tante Tara. Tapi aku akan berusaha.

Tiba-tiba mama masuk ke kamarku, lalu berjalan menghampiriku. Seperti ada telepati diantara kita, dia merasakan apa yang aku rasakan. Mama langsung memelukku. Aku bisa merasakan kehangatan yang mencoba mama hadirkan.

Waktu yangMembawamu PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang