04

27 1 0
                                    

Sudah seminggu lebih cia menjadi keluarga baru ini. Cia masih nampak malu malu dan gugup, namun setidaknya tidak sekaku saat ia baru datang. Hubungannya dengan gabriel pun sudah membaik, kala waktu itu cia langsung meminta maaf atas kejadian di hari pertamanya menginjakkan kaki dirumah ini. Namun, tetap saja sikap mereka masih kaku. Malam ini semua orang tengah berada di ruang tengah sambil menonton berita yang tengah panas dibahas.

" gabriel lusa kamu bisa kembali kesekolah lagi, ayah sudah bicarakan sama guru guru dan kepala sekolah kamu " ucapan heru mengalihkan atensi mereka dan terfokus padanya.

" emang masih di bolehin yah? " tanya gabriel

" iya, tenang aja ayah udah urus semuanya. Kamu fokus saja, jangan pikirkan perkataan mereka nantinya" nasehat heru pada gabriel dan gabriel mengangguk patuh.

" kamu sendiri cia, ingin ambil paket c nya kapan? " kini heru bertanya pada cia. Cia nampak berfikir beberapa saat lalu menjawab...

" mungkin nanti aja yah, abis lahiran " heru menganggukkan kepalanya tanda setuju, dan gabriel yang lagi lagi hanya mengangguk

" bunda setuju, sekarang kamu fokus saja sama kehamilan kamu. Jangan kelelahan " cia mengangguk sebagai jawaban dari pernyataan mertuanya.

" udah malam sekarang waktunya kamu istirahat " gabriel menarik tangan cia lembut menuju kamar.

Sesampainya dikamar mereka berdua, cia langsung berbaring di kasur. Entah selama ia hamil rasanya ia ingin terus rebahan. Cia berbaring menatap langit langit kamar, Tangannya terangkat mengelus perut ratanya itu. Bibirnya sedikit terangkat keatas kala ia membayangkan sosok bayi kecil yang tumbuh didalam tubuhnya, akan menjadi sosok yang sangat menggemaskan.

Tangan cia terus mengelus perutnya dan dengan pikiran yang jauh berkelana, itu semua tidak lepas dari penglihatan gabriel. Melihat cia terus mengelus perutnya, gabriel merasa ada dorongan yang sangat kuat ingin menyentuh tempat tumbuh bayinya itu.

" jangan jangan gue ngidam? "

" tapi, emang ada ngidam kayak gini? "

" lo nggak usah aneh-aneh deh, gabriel "

" tapi, gue pengen... "

" tapi, nanti kalau gue nanti lakuin itu, terus cianya nggak mau gimana dong ama harga diri gue "

" nanti cia-nya juga nggak nyaman "

" tapi, gue beneran nggak tahan " - batin gabriel berperang dengan logikanya.

Tak tahan dengan perasaan itu, gabriel memberikan diri menaiki kasur dan bergabung dengan cia. Tangannya mulai terangkat keatas perut cia dan mulai mengelusnya. Merasakan ada tambahan tangan yang mengelus perutnya, membuat cia tersadar dari lamunannya dan menoleh kearah gabriel. Mata mereka bertemu, jarak mereka juga bisa dibilang sangat dekat. Cia bisa mencium aroma citrus dari tubuh gabriel.

" iel... " lirih cia

" jadi, ini rasanya ngidam yah.." gabriel sedikit terkekeh, menyadari tingkahnya. Cia sedikit terkejut melihat kekehan gabriel. lelaki itu terlihat sangat tampan, padahal itu hanya kekehan kecil dan mampu membuat cia berdebar debar.

" kenapa? Ada sesuatu di wajah gue? " cia gelagapan setelah tertangkap basah oleh gabriel yang terus menatapnya. Ia segera memalingkan wajahnya kearah lain.

" ng...nggak kok "

" terus kenapa muka lo merah? " cia refleks memegang wajahnya.

" it.. Itu pasti karena panas, iya karena panas " gabriel tertawa geli melihat tingkah menggemaskan cia.

" panas? Yang benar aja ac-nya udah disuhu yang dingin loh!! " ujarnya menggoda cia. Sedangkan cia jangan ditanya lagi, wajahnya semakin memerah.

" atau lo baru sadar kalau gue ini lebih tampan saat gue ketawa! " cia melihat kearah gabriel lagi, ia tidak menyangka ternyata gabriel itu narsis. Tawa gabriel pecah saat melihat wajah cia yang sangat imut.

Tawa itu kembali membuat cia terlamun, mungkin ada benarnya ucapan gabriel. Cia baru sadar ternyata kadar ketampanan gabriel meningkat saat tertawa. Tawa gabriel mereda dan cia kembali ke alam kesadarannya. Mereka diam beberapa saat, dengan tangan gabriel yang masih mengelus perut cia.

" kamu sukanya anak cowok atau cewek iel? " cia memecahkan keheningan diantara mereka.

" gue nggak masalah anaknya cowok atau cewek, Yang penting sehat "

" tapi, jujur gue suka anak cowok. Biar ada teman main bola " sambung gabriel. Cia menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

" yaudah, ini larut malam tidur gih " perintah gabriel. Ini memang sudah jam 10.00 malam, waktunya cia beristirahat. Cia mulai menutup matanya, tapi kembali terbuka saat tangan gabriel beralih dari mengelus jadi memeluk cia.

" tidur cia " perintah gabriel lagi. Ia tau cia pasti kaget karena ia tiba tiba memeluknya. Tapi, mau bagaimana lagi gabriel sangat ingin posisinya seperti ini. Nyaman. Mata cia mulai terpejam kembali mencoba tidur. Merasa tubuh yang dipeluknya sudah tidak menegang gabriel tersenyum dengan mata terperjam, tak butuh waktu lama ia menyusul cia ke alam mimpi.






TO BE COUNTINUE




Kayaknya feelnya nggak dapat deh 😞
Beneran otak aku nggak nyampe buat nulis sesuatu yang romantis. Ditambah lagi otaknya jarang diasah, jadi tumpul deh.

ALICIA & GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang