Video Call Hans

180 70 25
                                    

"Iringi perjuanganmu dengan sebuah doa, Tuhan-Mu pasti akan menjabah meski di waktu yang belum diketahui."

Langit petang dalam shyam, bintang-bintang bertaburan. Gadis manis berambut pendek sedang mengerjakan beberapa tugas di dalam bilik kamar.

Gadis itu menutup bukunya setelah selesai, mengemas buku yang berserakan di atas kasur dan merapikan ke dalam rak buku. Memasukkan buku sesuai schedule.

"Huh, semua sudah siap. Ngerjain tugas sudah, masukin buku ke tas sudah, nyetrika dinas sudah, nyemir sepatu sudah, braso atribut juga sudah, yang belum chattingan sama Hansip."

Firda terkekeh kecil, pipinya memerah. Hatinya bergetar setelah mengucap dan memikirkan hansipnya.

Firda menengkurapkan tubuhnya, menyalakan ponsel. Firda melihat pesan yang sudah terkirim, tidak ada balasan. Namun pesan tersebut sudah beralih centang dua, ia mencoba melihat terakhir dilihat online-nya Hans. Nihil! Tidak ada keterangan.

Tiba-tiba dada Firda sakit seperti dihantam tombak. Firda mencoba mengirim sebuah pesan lagi, jika pesan tersebut tidak dibalas oleh Hans, Firda tidak akan menghubunginya.

Firda : Hans, kemarin aku tuh gak online
             karena habis dihukum sama
             Danpol. Di jungkir sama Danpol,
             makanya aku gak online. Aku capek
             jadi tidur langsung, maaf telah
             membuatmu gundah:)

Firda menunggu sebuah balasan dengan sabar, sesekali ia mengeceknya. Tetapi masih sama, Firda ingin mengirim pesan lagi tapi ia urungkan. Ia benar-benar dilema.

"Mungkin dia sibuk, kan Taruna."

Firda mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Hans kali ini sedang sibuk. Banyak kemungkinan-kemungkinan prasangka tercetak di pikirannya.

"Ah, Fir. Ingat, Hans itu Taruna berarti dia ada kesibukannya sendiri."

"Eh, ngapain gue jadi mikirin dia. Lupain, Fir, lupain!"

Firda tidak tahu mengapa ia segundah ini, memikirkan seseorang yang belum pasti. Hans berhasil menambatkan hatinya sekedar beberapa hari.

***

Di seberang sana–Banten, Hans lagi-lagi mencari celah untuk memberi kabar kepada Firda sang pujaan hati. Jangkar pelabuhannya.

Hans melakukan hal yang sama seperti hari kemarin, memindik-mindik menuju barak yang diekori oleh Diki.

Mereka berdua mudah masuk ke dalam barak itu karena barak selalu tidak di kunci. Hanya mereka berdua yang berani melakukan hal itu tanpa memikirkan konsekuensinya jika tertangkap basah.

"Hans, lo gak takut ketahuan?"

"Aelah, sans ah, bro. Nih HP, lo!" Hans melemparkan ponsel milik Diki dari loker.

Hans menyalakan ponsel pribadinya, pasti banyak notifikasi karena Hans dari pagi tidak online. You know-lah, Taruna dilarang menggunakan ponsel saat jam pembelajaran dan wajib menyimpannya di loker. Itu pun harus diam-diam memainkan ponselnya, jangan sampai ketahuan Staf Senior.

"Buah Pir? Dia baper amat, yak? Jadi seneng gue." Hans tersenyum melihat pesan jujur yang terkirim oleh Firda.

Hans mencoba membalas pesan dari Firda,

The Difference Between Us [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang