Satu Bulan

95 43 6
                                    

"Waktu akan mengajarkan kita sebuah rasa sabar yang sesungguhnya. Dibalik kesabaran yang luar biasa, terdapat hikmah yang beruntun."

Waktu berjalan begitu cepat, tidak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, begitu pun Firda.

Firda tidak menyangka hubungannya dengan Hans berjalan begitu cepat. Sudah satu bulan Firda berpacaran dengan Hans.

Firda sudah merasakan getar-getir pahitnya liku cinta, bukan hanya pahitnya saja yang ia rasakan, tetapi rasa manis juga ia rasakan.

Nama Hans sudah terukir di lupuk hati terdalamnya Firda. Setiap Firda melakukan kegiatan apa pun selalu teringat pada sang pacar.

Setiap sujud doa Firda menyebutkan nama Hans, setiap doa terselip nama Hans. Firda selalu berdoa kepada Allah agar selalu menyukseskan hubungannya dengan Hans sampai ke hakikat cinta sesungguhnya, yaitu pernikahan. Sebuah janji suci yang terucap untuk hidup bersama.

Firda sudah terbiasa dengan keadaan bahwa Hans sulit dihubungi. Firda sudah terlatih untuk bersabar, ia sudah terbiasa menanti Hans sampai larut malam.

Langkah yang di ambil oleh Firda belum di ketahui oleh sang papa dan mama, Papa Reno hanya mengetahui bahwa sang anak sudah memiliki kekasih, beliau tidak tahu perjuangan Firda menjalani hubungannya.

Mungkin jikalau sang papa mengetahui, Firda sudah disuruh untuk mengakhiri hubungan itu.

Firda tidak menunjukkan perjuangannya kepada orang tuanya tersebut. Firda tidak mau jika disuruh pisah dengan pelabuhan hati jangkarnya.

***

Hari sudah mulai petang, tetapi gadis itu masih di dalam kamar, enggan untuk bergegas mandi.

Dirinya sedang setia menunggu Hans, padahal Firda tahu bahwa Hans tidak akan online, dikarenakan hari ini Hans belum diperbolehkan pesiar. Dengan itu, Hans hanya online pada malam hari.

Yang dilakukan Firda hanyalah membaca pesan-pesan lama yang terkirim oleh Hans. Pipinya terasa panas, ia tak tahan malu. Betapa dirinya sangat masa bodoh pada Hans saat pertama kali berpesan.

Senyuman manis mengembang begitu saja, membaca pesan lama yang terkirim oleh Hans sudah menjadi hobi gadis itu.

"Pirda, kamu gak mandi?" tanya seseorang lelaki di ruang tamu. Sosok tersebut adalah sang papa.

Firda mendengkus, "Iya, Pa. Bentar lagi."

"Cepet mandi terus salat asar, doakan pacarmu itu supaya lekas online."

Gadis itu keluar dari kamar. "Iya, Pa. Ini mau mandi."

Papa Reno hanya mengangguk, rupanya ucapan beliau mampu membuat sang anak bergairah untuk menyentuh air.

Firda melakukan apa yang diperintah oleh sang papa, setelah usai ritual mandi sore, ia segera memenuhi panggilan untuk melaksanakan kewajibannya.

Firda seperti biasa, selalu mendoakan Hans. Tidak lelah Firda menyebut nama Hans dalam setiap doanya. Semoga Allah selalu mengamini doanya.

"Mama di mana, Pa?" tanya Firda menghampiri sang papa yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Lagi arisan katanya. Tumben nyari, ada apa?"

The Difference Between Us [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang