🍁WAWANCARA🍁

256 20 25
                                    

Happy Reading~
.
.
.
.
Tokyo, Jepang.

Edward terlihat merapihkan bajunya sebelum wawancara dimulai, tentu saja Edward perlu tampil rapih kan dalam wawancara ini?

"Tuan Edward, sebelumnya terimakasih telah meluangkan waktu anda, saya sangat tertarik sekali untuk mengobrol dengan anda" Sarah membuka sesi wawancara mereka dan menunjukkan ketertarikannya pada Edward.

Edward dapat mengetahui ketertarikan Sarah padanya lewat tatapan Sarah padanya.
'Hm walaupun usiaku terlampau tua, tapi ternyata aku tetap menawan' pikir Edward.

"Terimakasih Sarah, tapi aku tidak ingin menambah istri hehe" Edward tertawa kecil.

Sarah yang mendengarnya tersenyum kikuk. "Em.. Maksud saya tidak seperti itu tuan, saya tertarik untuk mengobrol dengan anda karena anda adalah seorang seniman yang sangat berbakat"

Edward yang mendengarkan penjelasan Sarah langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Begitu ya? Syukurlah" Edward bernapas lega sekaligus malu karena melontarkan pernyataan seperti itu.

"Iya, di usia anda yang ke 35 tahun ini, anda sudah banyak menorehkan prestasi dalam bidang seni, terutama musik" Sarah mengucapkannya dengan antusias.

Edward merasa tersanjung dan bahagia karena karya nya banyak di lihat oleh banyak orang, Edward tersenyum kecil."Terimakasih telah melihat karya-karyaku"

"Saya ada beberapa pertanyaan untuk anda, ini topik yang akan kita obrolkan dalam beberapa waktu terdekat" ucap Sarah yang mulai membuka lembaran pertama pertanyaannya.

"Pertanyaan pertama,ini banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh penggemar karya anda mengenai karir anda, kapan anda pertama kali mulai melukis dan bermain piano?." Tanya Sarah.

Edward mencoba mengingat kapan dirinya mulai melukis dan bermain piano. "Saya tidak tahu pasti kapan.Tapi saya melukis sejak kecil, dan melukis itu sudah seperti bagian dari hidup saya" Jawab Edward.
"

Awalnya saya melukis karena bosan,dan aku selalu menunjukkan hasil gambarku pada seseorang, dan orang itu selalu memuji saya" lanjut Edward.

Sarah menuliskan sesuatu di lembar laporannya."Menarik sekali, melukis karena bosan? Mungkin itu memang anda sudah berbakat tuan?dan lagi orang-orang sampai sekarang juga mengagumi karya anda"

"Ya...Sepertinya saya menjadi sering menggambar berkat pujian orang itu, walaupun ayahku selalu melarangku untuk menjadi pelukis dan melanjutkan karirnya.Namun,semakin aku dewasa aku semakin sadar bahwa memang inilah takdirku"Lanjut Edward, terbesit rasa yang pernah ia rasakan di masa lalunya, perasaan yang tidak ingin Edward rasakan lagi.

"Orang itu sepertinya sangat berarti bagi anda ya?"Tanya Sarah kembali.

"Tentu hingga saat ini,dia akan selalu menjadi orang berharga untukku"Edward tersenyum tipis.

"Kalau boleh tahu, siapa orang yang anda maksud tuan Edward?"

Edward tampak malu-malu mengatakan kebenarannya."Dia istriku, Anna. Dan juga mendiang ibuku"

"Sepertinya peran nona Anna dan ibu anda sangat berpengaruh dengan karir anda ya, mendiang ibu anda pasti bangga dengan anda"

Edward menatap keluar jendela dan memandang langit sore yang sudah berwarna jingga kemerahan.

EDWARD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang