🍁LUKISAN YANG GAGAL🍁

117 15 23
                                    


Edward sudah selesai membersihkan dirinya dan mulai memakai pakaiannya. Edward memilih bajunya asal dan mulai memakainya. Lalu mulai mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk dan menyisirnya dengan jari-jari tangannya agar terlihat rapi.Edward sudah siap dengan semuanya. Sebelum turun kebawah, Edward menyempatkan diri bercermin melihat penampilannya.

'Hm,tidak terlalu buruk' pikir Edward. Edward tidak terlalu pusing memikirkan penampilannya mengingat dirinya hanya homeschooling. Toh, tidak ada yang melihat penampilannya selain orang-orang di rumahnya.Edward menuruni anak tangga menuju ruang makan yang dimana ayah dan ibunya menunggunya.

Sesampainya di ruang makan, Edward melihat ayahnya yang memandangnya dengan tatapan tidak suka. 'Pasti ayah akan memarahiku' Edward mengerucutkan bibirnya sambil berjalan cepat kearah meja makan. Edward tahu kesalahannya, pasti dirinya telat.

Sesampainya di meja makan Edward mulai membungkukkan badannya untuk meminta maaf pada ayah dan ibunya yang membuat mereka menunggu dirinya.

Belum sempat Edward melakukan itu, Edward mendapat makian dari ayahnya. "Lama sekali kamu! ayah bisa telat gara-gara menunggu kamu.Apa kamu tahu soal disiplin waktu,Hah? Seharusnya di usiamu sekarang kamu sudah bisa mengatur waktu."Keluh Ayah Edward, memarahi Edward lantaran dirinya penyebab ayahnya telat untuk datang ke perusahaannya.

'Mengapa tidak sarapan duluan saja kenapa harus menunggunya?' pikir Edward pada saat itu tidak habis pikir dengan ayahnya yang selalu mencari perkara dengannya.

"Sayang, jangan memarahinya,dia hanya telat beberapa menit saja, kau sudah memarahinya saja, lagipula Edward juga sudah datang. Lebih baik kita sarapan sekarang." Hillary mencoba melerai mereka.

"Sama saja, jika dibiasakan seperti ini, dia tidak akan bisa memanfaatkan waktunya dengan baik." Sarkas ayahnya. "Dan kamu selalu saja membela anak itu." ucap Arthur menunjuk Hillary lalu mulai memakan sarapannya.

Hillary yang mendengarnya hanya menghela napasnya. 'Hanya hal sepele seperti ini,suaminya murka pada anaknya.Ayah dan anak tidak pernah akur, ia khawatir keluarganya akan semakin rumit'

"Edward duduklah, ibu memasak sarapan kesukaanmu." Hillary membuka suaranya ketika melihat Edward masih diam tak berkutik di tempat ia berdiri dan masih menundukkan kepalanya.

Hillary iba dengan putranya yang selalu mendapat didikan keras dari ayahnya sejak kecil. Hillary pernah merasakan berada di posisi Edward, di didik dengan keras oleh orangtuanya untuk mengikuti tata krama dan peraturan yang ada. Dan itu tentu saja membuat Hillary jengah.

Ia paham itu, dan Hillary pernah berharap jika suatu saat anaknya tidak akan merasakan apa yang sudah ia rasakan. Tapi harapannya tak sebanding dengan ia harapkan dulu. Karena itu sudah peraturan untuk orang kalangan atas seperti dirinya untuk mendapat pendidikan lebih agar bisa berguna untuk kedepannya.

Padahal menurut Hillary sendiri, semua kalangan bisa berguna tergantung cara mereka berperilaku saja.Tapi entah kenapa kalangan atas lebih diprioritaskan di banding kalangan biasa. 'Dunia benar-benar kejam' pikirnya.

Edward menuruti perkataan ibunya dan hanya terdiam ketika ibunya menyodorkan makanan kepadanya. Edward kehilangan selera makannya ketika mendengar perkataan ayahnya barusan. Edward hanya menatap makanan itu tanpa ada niatan memakannya.

"Makanlah sayang, ada apa?apa kamu tidak suka dengan menu sarapannya?" Suara ibunya membuyarkan lamunan Edward.

"Tidak,aku suka bu." Ucap Edward lalu mengambil alat makannya dan mulai memakan sarapannya dengan enggan.

"Aku berangkat dulu Hillary." Arthur yang sudah selesai sarapan pamit sambil memakai jasnya dan mencium pucuk kepala istrinya.

"Hati-hati sayang." kata Hillary.

EDWARD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang