Sanji

2.9K 244 25
                                    

"Terimakasih makanannya. Ini sangat enak." Ucapku datar.

"Y/n swann begitu cantik walaupun berbicara dingin!!" Muncul hati di mata sang koki profesional yang selalu gila akan wanita cantik, Sanji.

"Hey, jangan terlalu dekat. Aku tidak suka bau asap rokok." Sanji sangat suka merokok. Saat melawan musuh, saat bersenang - senang, selalu ada sebatang tembakau menempel di bibirnya. Kecuali saat memasak. Katanya, ia takut abu rokok tersebut masuk ke makanan dan membuat aroma masakan berubah.

"Ha-ha'i, sumimasen. Aku akan matikan rokoknya." Ia pergi ke tempat sampah untuk membuang rokok yang telah ia matikan tersebut.

Ngomong - ngomong, kami sedang berada di rumahku. Sanji dan temannya sedang beristirahat dan berlatih di pulau ini. Luffy bilang kira - kira ia akan tinggal selama 2 tahun disini sebelum kembali ke laut. Kami bertemu di cafe milikku saat mereka menolongku dari para perampok. Kini yang lain sedang berlatih dan hanya tersisa aku dan Sanji yang telah memasak untuk makan malam.

"Y/n san.." Sanji tiba - tiba memanggil namaku dengan suara rendah dan tatapan serius.

"Hmm?"

"Kenapa kau memutuskan menjadi bajak laut?"

"Maa, aku juga tidak tahu. Tapi kurasa, aku bisa mendapat harta karun yang banyak jika menjadi bajak laut." Aku menjawabnya asal.

"Jangan berpura - pura, y/n chan. Kau merasa kau harus membayar utangmu atas kejadian waktu itu kan?" Sanji membalas.

"Huh? Saat aku dirampok 2 hari yang lalu?"

"Bukan. Kejadian 4 tahun lalu."

*4 tahun yang lalu

"Hahh... hahhh.. tolong... to..long aku..." aku menyeret tubuhku yang sudah tak bisa berlari lagi. Perut sebelah kiriku sudah mengeluarkan darah cukup banyak. Ya. Aku dikejar oleh beberapa anjing gunung yang salah satunya berhasil menggigit tubuhku. Aku selalu pergi ke gunung untuk berlatih memanah. Namun hari ini aku tak sengaja mengenai anjing liar dan mereka bergerombol mengejarku.

Tiba - tiba..

"Pergi kau dasar anjing bodoh! Hush! Kau mau kubunuh ha?" Sepasang kaki yang berdiri di depan mataku, memakai baju berwarna kuning sama seperti rambutnya, membawa pisau yang kupikir itu pisau dapur, dan sedang berteriak agar anjing hutan itu pergi.

"He.. heii.. pergi dar..i sini.. kau ak.. an ma..ti.." aku pun pingsan setelah mengucapkan kalimat itu.

"HAH ANJING HUTAN! " aku terlonjak kaget dan seketika arus listrik seperti menyetrum kepalaku,

NYUTT*

"AKHH... ittai.. aku.. dimana ini?" Aku melihat sekeliling. Aku berada di kasur di kamar seseorang. Aku memutuskan untuk melihat - lihat.

Tapi tidak ada apa - apa di ruangan itu. Hanya ada lemari baju dan meja belajar yang terdapat banyak buku resep saja. Aku memutuskan untuk keluar. Tapi setelah aku membuka pintu,-

"Akhhh ittaiii! Ishhh.." teriak anak itu yang sepertinya seumuran denganku.

Aku pun menghampirinya dan kaget ketika melihat paha sebelah kanannya sobek, "he..hei.. kenapa kau bisa terluka seperti itu? Ap.. apa jangan - jangan.. "

"Ah kau sudah bangun? Ini tidak apa - apa hanya luka kecil saja. Ah ya apa kau lapar? Aku sudah membuatkan makanan untukmu. Makanlah sebelum dingin. Aku akan menemanimu setelah aku membungkus lukaku." Senyum anak itu.

Aku terkejut sekaligus bingung. Bagaimana dia bisa menahan sakit dari luka separah itu? Aku memutuskan untuk membantunya.

"Hei.. kau makan saja-"

One Piece One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang