Dering Ketujuh ☎ Ruang Berbeda Mungkin Warna yang Tercerah

18 5 0
                                    

(Dering Ketujuh)
Ruang Berbeda Mungkin Warna yang Tercerah

"Kalau kamu ragu buat lanjut, tapi juga gak yakin untuk lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau kamu ragu buat lanjut, tapi juga gak yakin untuk lanjut. Mungkin pilihan yang terakhir bisa jadi yang terbaik bagi kita berdua," ungkap Raynan. Setelah dari tadi tak menyimpulkan lengkung spektrum di antara kedua danau, Raynan menampakkan senyumnya.

Aku menunggu kata selanjutnya yang akan Raynan katakan. Pilihan terakhir. Untuk pilihan sebelumnya, jujur aku tak mungkin menjawabnya dengan hanya waktu yang sangat singkat, kurang dari 5 menit.

Hubungan tidak selucu itu dijadikan lelucon dan dilakukan tanpa pemikiran yang matang. Tak menolak lupa juga, bahwa faktanya ada rasa berbeda yang kurasakan kepada Raynan dari pertama kali aku dan dia berpacaran. Tidak ada lagi detak jantung yang berdetak kencang, yang sekarang sama sekali tak melebihi cepat ketika mendapat telepon mendadak dari Raka karena ditagih hasil wawancara ketua ekstrakulikuler.

"Kita jalani kehidupan kita masing-masing untuk sementara?" papar Raynan.

Aku membatu sejenak. Haruskah jeda menjadi jalan yang terbaik untuk hubunganku dan Raynan? Jika iya, apa makna yang sebenarnya dari sebuah frasa 'berpisah sementara'?

"Kamu yakin, Ray?"

"Lau, kamu bahkan masih mau bohong disaat seperti ini," jelas Raynan. Kedua tangan cowok itu menjambak rambutnya, kelihatan sedikit frustasi.

Aku berseru, "Raynan..."

"Lau aku tahu kamu kelihatan gak berminat sama aku akhir-akhir ini. Kamu pikir, raut wajahmu yang terlalu jujur mengutarakan penolakan atas hal-hal yang aku lakuin ke kamu itu kurang jelas? Aku gak sebodoh itu sampai harga diriku jadi taruhan buat selalu dekat sama kamu."

"Tunggu dulu, Raynan. Kamu juga mau seperti ini?"

Tawa kecil lolos dari mulut Raynan tanpa disadari. Aku bingung harus merespons dalam bentuk bagaimana dan seperti apa. Tiba-tiba saja pertanyaan itu yang terlintas di kepalaku.

"Memang ada ya, orang yang masih sayang sama cewek yang dipacarinya baru 2 bulan mau break? Aku kira, jika ada, mungkin dia orang gila."

"Aku punya alasan risih dan menghindar dari kamu, Ray!"

"Oh ya? Sepertinya menarik mendengarkan pembelaan seorang terdakwa cantik di sini. Ayo, bicaralah. Akan aku dengarkan dan simak apa kekuranganku di matamu." mendengarkan celetukan Raynan yang kembar dengan sebuah sindiran membuatku menahan sesak dadaku yang tak bisa dikontrol.

"Kamu posesif dan seenaknya sama aku," singkatku. Aku yang mau melanjutkan berbicara dicela oleh Raynan cepat, "Mengada-ada! Aku bahkan gak pernah ngelarang kamu buat jalan dan ngobrol sama cowok lain. Lalu yang kamu maksud posesif itu apa?!"

Raynan mulai keras berbicara. Beberapa siswa di dekat kami mulai mendengar. Aku melirik mereka yang mengintip dan menguping secara diam-diam. Mie ayamku sudah habis, jadi aku harus segera pindah dari sini.

"Raynan, ayo pindah ke tempat lain. Anak-anak mulai lihat dan dengar pembicaraan kita, aku gak enak," ajakku sambil menyentuh tangannya.

Dia setuju. Buru-buru kami berjalan ke lain tempat untuk melanjutkan perdebatan kurang kerjaan ini. Sejujurnya berbicara banyak kata tanpa makna adalah hal yang kurang aku sukai, tapi mendengar sanggahan dan sindiran Raynan buat sisi lain diriku ingin melawan.

Aku membawa Raynan di parkiran atas yang pasti sepi, tak ada siapapun. Ya, kecualu kalau ada anak yang mau ngambil barang-barang dari jok motor yang mereka parkir di lantai atas sini.

"Kamu memang gak pernah terlalu mencampuri interaksiku sama lawan jenis. Tapi kamu terlalu mengekang aku buat ngurangin fokus aku di jurnalistik dan tugas-tugas sekolah aku lainnya."

Posesif dan protektif itu sangatlah berbeda. Aku yang mengalami dan merasakannya. Dikekang atas apa yang aku sukai dan hal yang aku prioritaskan itu menjadikanku sangat tidak nyaman.

Air yang terjebak membentuk sebuah danau, tak bisa bergerak, dan berpindah tempat sesuai yang dia inginkan.

"Astaga, Lau. Aku gak habis pikir. Jurnalistik..." Raynan berkacak pinggang dan menatap langit-langit dengan mata yang terasa berat. Aku melihatnya dengan sangat jelas.

"Lagi?"

Can We Talk About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang