Dering Pertama ☎ Laurina Batari Dhatu

50 9 0
                                    

(Dering Pertama)
Laurina Batari Dhatu

(Dering Pertama)Laurina Batari Dhatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15 panggilan tak terjawab dari Ray.

Lau berdecak kecil saat iris matanya menatap kalimat tersebut berselancar di deret notifikasi ponselnya. Cewek dengan nametag bertuliskan Laurina Batari Dhatu itu menampilkan wajah kesalnya, mengetahui Ray masih bersikap seenaknya sendiri sejak beberapa minggu belakangan.

Rapat dengan anak-anak divisinya yang dilaksanakan pada istirahat kedua baru saja usai beberapa menit yang lalu. Lau duduk di kursi yang berada di depan ruang jurnalistik dan berniat mengecek isi ponselnya karena dia bosan.

Lau: Ada apa?

Setelah menulis dua kata tersebut, Lau mematikan data seluler ponselnya yang jika kalau dibiarkan terus-menerus menyala akan menyedot paket internetnya karena masuk chat dari aplikasi whatsapp.

Cewek berambut seleher itu menuju kantin. Perutnya lapar karena tadi ia mengoceh banyak hal tentang masalah majalah sekolah yang harus selesai dalam 23 hari ke depan. Pihak sekolah mendorong ekstrakulikuler jurnalistik harus menyelesaikan sesuai deadline guna menaikkan cetak secepatnya dikarenakan tahun ajaran baru juga hampir tiba.

Pilihan Lau kali ini jatuh pada nasi ayam dengan sambal bajak dan juga sebuah teh berkemasan botol. Kursi yang tersisa hanya ada di bagian paling pojok, tanpa pikir panjang Lau mendudukkan dirinya di sana.

Lau akan memasukkan suapan pertama kalau saja seorang cowok tiba-tiba datang ke arahnya. Menengadahkan wajah, Lau mengurungkan nasi dan ayam yang sudah mau landing ke mulutnya.

"Kenapa gak angkat panggilan aku?" tanya Raynan dengan wajah merah membara. Nada bicaranya juga lebih tinggi, terdapat sesuatu yang ditahan.

Lau meletakkan sendoknya. "Oh, maaf. Aku baru selesai rapat tadi. Gak sempat bukan handphone," katanya.

"Kenapa memangnya?" Lau mencari jawaban.

"Aku sudah nyari ke kelas XI-IPA 2, kamu gak ada. Ke kantin, gak ketemu. Tanya ke teman-teman sekelasmu. Aku khawatir sama kamu. Rencananya aku mau ngajak makan bareng di kantin."

"I'm very busy lately. Sorry, Ray," tutur Lau.

Lau tidak sepenuhnya berbohong dalam mengucapkan maafnya pada Raynan. Ia memang sedang sibuk, walau itu bukan alasan utamanya untuk tidak bertemu Raynan. Entahlah, rasanya kebosanan membuat Lau jadi sedikit malas jika melihat perhatian yang berlebihan dilakukan Raynan kepadanya. Saat hanya berdua, Raynan hampir terus-terusan memegang tangannya ke manapun Lau berada. Dan hal itu membuat Lau sedikit risih.

Bukannya Lau tak senang, but she felt a little bit uncomfortable.

"Ya sudah, aku temani kamu makan di sini ya?" Lau menganggukkan kepala untuk menyahuti Raynan.

Hanya ada cerita-cerita Raynan tentang serunya latihan futsal kemarin sore, rencana Raynan untuk mengajak Lau kencan di malam minggu, dan banyak hal lain yang menemani makan siang Lau.

Sesekali cewek dengan tinggi 165 cm itu mengangguk dan berkata 'iya' pada akhir kalimat yang dilontarkan Raynan.

"Besok lusa kita jalan ya?" tanya Raynan. Lau yang sudah menghabiskan makanannya menjawab, "Kayaknya gak bisa, Ray. Aku ada kumpul lagi sama anak-anak jurnalis. Deadline majalah sekolah kurang dari sebulan."

"Kamu gak bisa izin satu kali saja?" Lau menggeleng pelan. "Ray, please ngertiin aku kali ini aja. Setiap minggu kita jalan satu sampai dua kali. Lusa aku benar-benar ada kegiatan penting."

"Kamu kenapa sih? Aku merasa kamu selalu menghindar dan lari saat aku mau ketemu. Kamu pacar aku, masa jalan satu kali aja nolak. Kamu lebih mentingin jurnalistik daripada aku. Sebenarnya pasangan kamu itu aku atau jurnalistik?" cecar Raynan dengan nada lebih tinggi.

Setelah mengucapkan hal itu, Raynan berdiri dan berjalan meninggalkan meja dengan Lau yang menampakkan wajah kecewa, lelah, dan bersalah. Kenapa Raynan semakin seperti ini?

Lau sedang menyelesaikan tanggung jawabnya. Raynan pernah berkata kalau dia akan mendukung segala sesuatu yang dilakukan Lau.

But, it's just like a click bait.

Kenapa menjalin hubungan bisa serumit ini? Lau ingin menikmati masa SMA dengan penuh tawa dan senyum bahagia, bukan menghadirkan luka kecewa yang membuatnya hampa.

Rasanya pundak Lau sudah tak kuat menahan beban lagi. Rakus mengambil dua pilihan tanpa memutuskan satu yang penting nyatanya tak semuadah yang dipikirkan Lau.

Raynan dan jurnalistik bukanlah magnet berbeda kubu yang bisa mudah untuk disatukan. Lau harusnya sadar itu dari awal.

Sekarang saatnya memilih. Lau tidak boleh salah memberi keputusan masa depannya.

Lau mengembalikan piring dan gelas pada kantin nomor 2 dan 8. Kemudian menuju ke kelas untuk mengoreksi interview yang dilakukan anak-anak divisinya tentang semua ekstrakulikuler di SMA Nuansa Nusantara.

Memastikan tidak ada kesalahan dalam jumlah besar maupun kecil adalah tugasnya. 10 ekstrakulikuler harus dicek satu persatu hingga Lau merasa semuanya sudah benar.

Dan rasanya, Lau harus melupakan sejenak kekecewaannya pada Raynan untuk menaikkan mood-nya dalam mengerjakan pekerjaannya.

Raynan bukan segalanya, Lau membuka mata hatinya tentang hal itu.

Raynan bukan segalanya, Lau membuka mata hatinya tentang hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laurina Batari Dhatu

Perempuan dengan wajah anggun layaknya bidadari dan mempunyai keanggunan mengalahkan ratu

Can We Talk About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang