Prolog

102 13 4
                                    

(Prolog)

"KAMU mau jadi pacarku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KAMU mau jadi pacarku?"

Lau memainkan ujung kukunya mendengar pertanyaan yang baru saja Raynan katakan padanya. Cowok berkulit sawo matang tersebut mengalihkan tautan tangan Lau dari cangkir kopi, menggenggamnya erat—berharap cewek di depannya menerima ajakan untuk menjadi sepasang kekasih.

Pikiran Lau masih menimang tentang dia dan Raynan jika menjadi pasangan. Dirinya sibuk mengurusi proyek majalah tahunan sekolah yang harus diselesaikan dalam waktu 84 hari ke depan, sedangkan yang Lau tahu, Klub futsal sekolah yang diikuti Raynan juga akan mengikuti pertandingan bulan depan.

Lau punya perasaan yang sama dengan Raynan, ia tidak bisa menampik fakta tersebut. Tapi di lain sisi, dirinya masih ingin bergelut dengan tugas-tugasnya di divisi jurnalis dan mengambil peran besar dalam proyek tahunan majalah sekolah.

"Raynan, sebelumnya aku minta maaf. Tapi sepertinya aku gak akan bisa menjalin hubungan dalam waktu dekat. Akhir-akhir ini aku sibuk banget sama kegiatan di jurnalistik, bagi waktu sama belajar saja sulitnya minta ampun, gimana kalau harus pacaran," ungkap Lau pelan.

Mungkin berpacaran seperti teman-temannya yang lain akan menyenangkan, namun Lau punya hal lain yang harus diprioritakskan daripada sekedar hubungan yang mungkin gak akan bertahan lama.

Dan Lau rasa menolak untuk kebaikannya dan Raynan bukanlah sebuah dosa. Ia masih ingin mencapai target bahagianya, juga masih ingin memandangi Raynan yang serius latihan di tepi lapangan tanpa harus ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Bukannya pasangan itu ada untuk saling mendukung? Aku mau kamu jadi pacarku bukan untuk sekedar main-main gak jelas. Kita saling memberi semangat, dan menghapus lelah. Itu yang aku harapkan."

Penuturan Raynan barusan membuat keputusan yang diambil Lau goyah. Sekejap ia berpikir, apakah betul pacaran akan seindah itu?

"Lau, percaya sama aku. Kita akan raih mimpi kita bersama-sama. Aku mau terus ngelindungin kamu, aku mau selalu dukung kamu," terdapat jeda sebentar, "Lau, ayo berpacaran!"

Lau menghela nafas. "Aku benci mengubah keputusan yang sudah dibuat. Tapi kamu berhasil membuatku bimbang." Lau memberi penjelasan. "Dan ya, aku mau jadi pacar kamu," lirihnya.

Itu kenangan 2 bulan yang lalu. Di mana Raynan masih mengucapkan segala dukungan pada kegiatanku. Di mana Raynan masih menunjukkan perhatian (yang belum melampaui batas wajar) kepadaku. Di mana Raynan masih belum seposesif sekarang kepada semua laki-laki yang ada di sekitarku.

Dia berubah. Menjadi sebuah partisi dari mimpi-mimpi yang seharusnya sudah terbang tinggi.

Can We Talk About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang