Festival Lotus

33 4 2
                                    

Seoul, Musim panas 2018


Beberapa orang terlihat berkumpul di Gungnami, kolam terbesar buatan manusia yang ada di Korea. Kolam itu merupakan tempat diselenggarakannya Festival Lotus Buyeo Seodong, sebuah festival yang selalu diadakan pada setiap musim panas dan menjadi salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu karena akan ada pertunjukan tentang kisah cinta antara Pangeran Seodong dan Putri Seonhwa. Selain itu, ada juga kegiatan lain seperti melukis wajah, minum teh lotus, dan membuat sabun lotus.

Namun, tampaknya musim panas kali ini tidak begitu menarik untuk gadis dengan rambut panjang berwarna cokelat. Saat beberapa orang rumahnya sudah bersiap untuk berangkat menuju Buyeo, gadis itu masih membungkus diri dengan selimut tebal seakan tidak berminat bergabung dengan kegiatan yang biasa dilakukan setiap tahun.

“Dasar gadis pemalas! Bagaimana mungkin kau bisa tidur lelap dengan selimut di musim panas seperti ini? Ck.” Wanita paruh baya itu menggerakkan pelan kepalanya. Ia masih belum percaya jika gadis yang sedang tertidur itu adalah putri kandungnya sendiri. “Ya, Song Yiekyung. Cepat bangun!”

Mendengar namanya disebut tidak membuat Yiekyung membuka mata, yang dilakukannya hanya menggeliat dan kembali menarik selimut berwarna biru untuk menutupi seluruh tubuhnya.

“Ya!” bentak sang ibu.

“Ah, Eomma. Biarkan aku tidur sebentar lagi!” ucap Yiekyung yang menyerupai teriakan.

“Cepat bangun sebelum aku melemparkan kuah sayur pada wajahmu itu!”

Song Yiekyung mengibaskan dengan kasar selimutnya, menatap kesal sang ibu yang juga tengah melemparkan tatapan serupa untuknya. Ia mulai bergerak menuruni ranjang yang terbuat dari kayu, berjalan menuju kamar mandi dengan mengentakkan kaki.

Gadis itu memang selalu pulang ke rumah orang tuanya saat mendapatkan liburan. Terlebih, ini adalah liburan musim panas. Waktu yang cukup panjang untuk menenangkan pikiran dari pekerjaan kantor. Namun, sayangnya Yiekyung tidak benar-benar bisa menikmati liburan dengan baik karena sang ibu justru memaksanya untuk menjadi sopir pribadi keluarga.

Song Yiekyung menyesal pulang ke rumah karena harus kembali kehilangan waktu untuk berada dalam alam damai lebih lama.

Setelah selesai berbenah diri, Song Yiekyung segera menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah keluarga Song.

“Kenapa tidak naik bus saja? Bukankah begitu setiap tahun?” tanya Yiekyung masih dengan nada kesal.

“Karena kami sudah biasa menggunakan bus setiap tahun jadi kami bosan. Lagi pula, kenapa selalu menghabiskan liburanmu di atas tempat tidur? Apa kau sedang berlatih untuk mati?” Song Eun Soo memberikan komentarnya. Gadis bergaun merah itu sibuk memperbaiki riasan wajahnya yang masih terlihat baik-baik saja.

Song Yiekyung mendengkus, melemparkan tatapan tajam kepada Eun Soo yang duduk di sampingnya. Bibir merahnya mulai mengeluarkan sumpah serapah seraya menjalankan mobil Hyundai Genesis miliknya.

Nyonya Song yang berada di jok belakang bersama kedua saudarinya hanya bisa menggelengkan kepala melihat perdebatan puteri mereka. Keduanya memang selalu berdebat hanya karena masalah sepele. Hampir semua keluarga tahu, Yiekyung dan Eun Soo tidak akan mengalah satu sama lain jika keduanya mulai berbicara. Para ibu lebih memilih diam daripada tensi darah mereka naik hanya karena berusaha melerai kedua gadis keras kepala yang duduk di depan mereka.


***

Siang itu banyak warga lokal maupun turis menghias wajah mereka dengan berbagai warna setelah mengikuti kegiatan melukis wajah, juga diiringi tawa riang dalam proses pembuatan sabun lotus. Puncak acara memang terjadi pada malam hari, ketika pertunjukan kisah cinta Pangeran Seodong dan Putri Seonhwa berlangsung dengan dihiasi cahaya lampu LED seakan untuk menambah kesan romantis. Hal tersebut membuat semua orang terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan selagi menunggu pertunjukan.

“Apa hanya aku yang tidak tertarik?” Song Yiekyung melipat kedua tangan di depan dada, bola mata cokelatnya masih mengamati orang-orang yang tengah berlalu-lalang. Bibir merahnya  tertarik membentuk senyum simpul mendapati ekspresi penuh semangat dari setiap orang yang melintas.

Song Yiekyung mengerutkan alis, ekspresi bingung menghiasi wajah cantiknya saat sebuah tangan mengulurkan botol kaleng berisi jus jeruk dingin kepadanya. Otaknya masih berpikir apakah dia mengenali pria beralis tebal itu atau tidak, karena Song Yikeyung masuk dalam kategori buruk untuk mengenali wajah orang.

“Terima kasih,” ucap Yiekyung sedikit menundukkan kepala setelah menerima botol kaleng tersebut.

Pria jangkung itu mengulum senyum simpul, kemudian ia memosisikan duduk di samping Song Yiekyung. “Cho Hyun,” ucap sang pria menahan kekehan melihat ekspresi kebingungan Yiekyung.

“Namaku Cho Hyun,” ucap sang pria memperjelas pengenalan dirinya.

“Ah.” Song Yiekyung mengangguk pelan, mengerti akan maksud pria berkulit putih susu di sampingnya.

“Kau terlihat menyukai perkumpulan orang, tetapi kenapa justru duduk di sini?” tanya Hyun untuk kembali membuka percakapan mereka.

“Menyukai tidak harus bergabung dengan mereka, bukan?” ucap Song Yiekyung masih dengan ekspresi datar.

Cho Hyun kembali terkekeh ringan mendapati ekspresi datar dari gadis di sampingnya. Apa wajah tampanku sama sekali tidak berguna di hadapannya? batin Hyun bertanya.
Gadis itu seakan tidak berminat menatapnya saat mereka saling berbicara, walau sebenarnya Hyun yang lebih banyak bersuara sedangkan Yiekyung hanya menjawab pertanyaan sekenanya.

“Yakin tidak ingin bergabung dengan mereka?” tanya Hyun memastikan.
Song Yiekyung hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan pria di sampingnya, sedikit aneh karena Song Yiekyung tidak pergi atau sekadar mengacuhkan orang yang menurutnya asing.

Sudut bibir Hyun terangkat sebelah, kemudian ia kembali melemparkan pandangan kepada Song Yiekyung yang masih menatap  pemandangan di hadapannya. “Kurasa ini tidak akan berhasil,” ucap Hyun diiringi helaan napas.

Song Yiekyung menoleh dengan dahi berkerut, senyum simpul Hyun membuatnya kembali menaikkan sebelah alisnya. Wajah Yiekyung sedikit terangkat untuk mengikuti gerakan Hyun yang mulai beranjak dari posisi duduknya.

“Timing-ku tidak tepat saat ini. Sampai jumpa lain kali, Song Yiekyung Timjangnim,” ucap Hyun masih melemparkan senyum simpul dan berlalu meninggalkan Song Yiekyung.

Yiekyung melemparkan tatapan penuh selidik yang mengiringi kepergian Hyun. Ia memutar kembali memori dalam otaknya untuk memastikan bahwa pria yang baru saja menjadi lawan bicaranya adalah salah satu orang yang sempat terlupakan dari ingatan.

“Song Yiekyung!”

Lamunan Yiekyung tiba-tiba terpecah saat  sebuah suara yang menyerupai teriakan terdengar. Ia melemparkan tatapan sebal kepada gadis bergaun merah yang sudah berada di sampingnya.

“Kau melamun?” tanya Eun Soo mengambil alih kaleng jus bersoda yang terlihat diabaikan oleh sang pemilik. “Segar,” ucapnya setelah menenggak habis isi dalam botol kaleng.

Song Yiekyung berdecak bukan karena kagum, melainkan tidak percaya jika gadis yang baru saja bersikap tidak anggun dengan meminum jus soda dalam sekali teguk adalah saudaranya. Bola mata cokelatnya berputar malas ketika mendapati cengiran Eun Soo yang menurutnya sangat menjijikkan.

“Ada yang sedang kau pikirkan?”

“Tidak ada,” jawab Yiekyung dengan bibir membentuk garis lurus yang menjadi ciri khasnya.

“Song Yiekyung.”

“Hm?”

“Mau pindah tempat? Aku ingin bermain air.”

“Aku sedang tidak berminat dengan air,” balas Yiekyung, mengabaikan perkataan Eun Soo yang lebih terdengar seperti rengekan bocah di telinganya.

“Dasar membosankan!” cibir Eun Soo dengan mengentakkan kaki.

“Kau lupa di mana kita berada saat ini, Song Eun Soo-ssi? Jika ingin bermain air, kau hanya perlu masuk ke dalam sana!” Song Yiekyung menggerakkan wajahnya sebagai tanda untuk menunjuk ke genangan air Kolam Gungnami.

“Dwaetda, Dwaeso! Naega micheoso, neorang iyaginikka. (Sudahlah, sudah. Aku memang gila karena berbicara denganmu.)” Song Eun Soo berkali-kali menggelengkan kepala, merasa takjub dengan pemikiran Song Yiekyung.

Jika saja gadis berbola mata cokelat itu bukan saudaranya, mungkin Eun Soo sudah melemparkan Yiekyung ke dalam kolam untuk membuat gadis itu bisa berpikir sedikit lebih normal. Song Yiekyung selalu memiliki cara untuk memenangkan adu debat dengan kalimat yang selalu dianggap abnormal oleh sebagian orang, membuat Eun Soo merasa jijik sekaligus takjub untuk beberapa alasan.

Hot SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang