Mulhui Penghilang Stres.

10 0 0
                                    



“Song, kau yakin bisa memakannya?” tanya Sena dengan mengerutkan dahi.

Seakan tidak berminat dengan pertanyaan yang diajukan Sena, Song Yiekyung dengan cepat menyantap mulhui di hadapannya, membuat Sena berdecak kagum atas pemandangan yang Song Yiekyung berikan. Sup mulhui memang biasa dimakan ketika musim panas, tetapi mulhui milik Song Yiekyung memiliki tingkat kepedasan tertinggi karena ia baru saja menambahkan beberapa sendok bubuk cabai ke dalam mulhui tersebut.

“Kali ini apa masalahnya?” Sena kembali mengajukan pertanyaan dan mulai mengaduk bibimbap   yang disajikan dalam hotplate.

“Kau tahu, seumur hidupku. Baru kali ini aku bertemu dengan pria seperti Cho Hyun!”

“Gosenghesso, Song Timjang. (Kau sudah bekerja keras, Song Timjang.)”
“Jika saja ini bukan proyek penting, aku benar-benar ingin mencabik tubuh pria itu!” ucap Yiekyung menggebu penuh amarah.

“Dari yang kudengar, Cho Hyun Hwijangnim adalah robot pekerja sadis. Dia sama sekali tidak menyukai, bahkan tidak akan memberikan toleransi sekecil apa pun bentuk kesalahan. Aku turut prihatin atas penderitaanmu, Song Timjang,” ucap Sena kembali memasukkan satu sendok penuh bibimbap ke dalam mulut.

“Maksudmu?”

“Salah satu teman kuliahku pernah bekerja sebagai staff sekretariat Hyun, dia hanya salah kata dalam laporan yang dibuat, tetapi Cho Hyun Hwijangnim langsung memecatnya. Tidak heran jika dia dijuluki Iblis Robot Pekerja dalam dunia bisnis.”
Song Yiekyung mengerutkan dahinya. Dia masih belum memahami maksud kalimat penjelasan yang dilontarkan Sena dan itu bukanlah topik pembicaraan yang akan diucapkan oleh Yiekyung tentang Hyun.

“Ah, apa kau juga pernah mendengarnya?” tanya Sena menghentikan aksi makan siang.

“Tentang?”

Yoon Sena mengamati keadaan sampingnya, menggerakkan tangannya sebagai isyarat untuk Song Yiekyung lebih mendekat padanya. “Dia tidak tertarik dengan wanita,”ucap Sena.

“Apa?”

Yoon Sena menganggukkan pelan kepalanya menanggapi ekspresi terkejut Song Yiekyung. “Salah satu kenalanku pernah mengatakan, jika ada beberapa rekan bisnis Hyun yang mencoba untuk mendekatinya, tetapi pria itu justru membatalkan proyek kerja sama mereka meskipun itu proyek besar.”

“Apa!"

Song Yiekyung hanya bisa melemparkan tatapan bingung kepada Sena, penjelasan yang dibicarakan Sena semakin membuat kinerja otaknya tak beraturan. Hyun yang Sena bicarakan sangatlah berbeda dengan Cho Hyun yang saat ini menjadi rekan bisnisnya. Apa pria itu memiliki kepribadian ganda? Bagaimana mungkin penjelasan Sena sangat bertolak belakang dengan pengalaman yang dialaminya mengenai Hyun?

“Aku sarankan padamu, Song Yiekyung Timjangnim. Jangan pernah bertindak bodoh dengan memakai pakaian seksi saat meeting dengan Hyun. Karena sekalipun kau telanjang di hadapannya, pria itu tidak akan tertarik denganmu! Yang ada kau hanya akan membahayakan perusahaan jika pria itu membatalkan kerja sama kita,” terang Sena kembali menyantap bibimbap miliknya.

Song Yiekyung kembali melemparkan tatapan bingung dengan mengerutkan dahinya kepada Sena yang terlihat begitu memiliki banyak pengetahuan tentang rekan bisnis mereka.

Apa hanya Song Yiekyung yang tidak mengetahui hal itu?

Saat otak Song Yiekyung masih dalam proses mencerna kalimat penjelasan Sena, tubuhnya pun mulai bereaksi dengan mulhui yang masuk dalam saluran pencernaan, kedua tangannya digunakan untuk membekap mulut saat mulai merasakan mual. Cepat-cepat ia bangkit dari posisi duduk sebelum berlari meninggalkan meja makan siangnya.

Yoon Sena kembali berdecak melihat tingkah Song Yiekyung. “Dasar bodoh! Sudah tahu tidak bisa memakannya, masih bersikeras juga! Ck.”

Yah, Song Yiekyung memang tidak bisa memakan makanan mentah, bahkan yang berbentuk sup seperti mulhui. Mulhui adalah sup sashimi yang berisi berbagai macam hidangan laut seperti cumi-cumi, ikan laut mentah, gurita, dan lainnya. Song Yiekyung hanya akan memakannya saat dia merasa benar-benar kesal karena tteokbokki pedas tidak bisa mengurangi tingkat kestresannya, walau gadis itu harus berakhir dalam kamar mandi yang cukup lama untuk memuntahkan kembali mulhui yang dipaksa masuk ke dalam tubuhnya. Namun, setelah itu Yiekyung akan merasa lebih baik, seakan dia berhasil mengeluarkan segala bentuk kejengkelan yang tengah dialaminya sekarang ini. Yah, begitulah pemikiran aneh yang tidak masuk akal berada dalam otak seorang ketua tim seperti Yiekyung.


***

Puncak musim panas memang selalu terjadi pada bulan Agustus, dengan suhu sekitar 23 hingga 26 derajat celcius benar-benar terasa pengap dan sangat tidak nyaman. Ada banyak orang yang lebih memilih untuk mendaki gunung untuk menghindari teriknya matahari pada musim panas, karena saat itu wilayah pegunungan tertutup oleh tanaman hijau. Selain pengunungan, orang-orang juga banyak mengunjungi pantai atau daerah lembab lainnya, salah satunya Provinsi Taean, terletak di sisi barat Seoul. Taean terkenal dengan bunga-bunga indah musim panas, Festival Bunga Lili pun selalu diadakan setiap tahunnya untuk merayakan pergantian musim tersebut.

“Jadi, apa tujuan Anda meminta bertemu di sini, Cho Hyun Hwijangnim?” tanya Yiekyung seraya melipat kedua tangan di depan dada.
Song Yiekyung memicingkan matanya kepada Hyun yang justru tengah melemparkan senyum ramah, otaknya mulai mencurigai Hyun jika pria itu mencoba kembali untuk mempermainkannya.

Mempermainkan Song Yiekyung dengan melontarkan omong kosong.

Cho Hyun terlihat mengambil napas. Ia mengedarkan pandangannya pada hamparan bunga Lili yang begitu indah menghiasi penglihatannya kemudian memasukkan tangan ke dalam saku celana panjangnya. “Jangan salahkan aku jika kerja sama kita kugunakan untuk memeras waktumu. Salahmu sendiri yang selalu menolak ajakan kencanku, Song Yiekyung Timjangnim,” ucap Hyun.

“Apa dia sudah lebih baik?” tanya Yiekyung mengalihkan topik dengan menunjuk bagian bawah Hyun menggunakan isyarat mata.

Cho Hyun terkekeh ringan mendapati ekspresi Song Yiekyung yang seakan-akan sudah muak dengan ucapannya. Pria itu melipat tangan di depan dada dan sedikit mencodongkan tubuh kekarnya pada Song Yiekyung. “Mau memastikannya?” tanya Hyun dengan senyum misterius.

Song Yiekyung mendelik mendapati senyum Hyun yang terkesan mesum menurutnya, kaki kanannya sudah mengambil ancang-ancang untuk kembali memberikan sapaan kasar pada tubuh Hyun. Namun, sikap siap sedianya harus berakhir langsung ke garis finis saat tangan kekar Hyun dengan cepat menarik kedua tangannya, membuat tubuh Yiekyung merasakan kembali sentuhan dada bidang Hyun yang berotot.

“Aku peringatkan, jangan memancingku untuk semakin bersikap kurang ajar padamu, Nona. Aku sudah cukup menahan diriku untuk tidak menarikmu ke dalam kamar hotel saat ini.”

Song Yiekyung melebarkan bola matanya. Kalimat peringatan yang lebih terdengar seperti ancaman itu mampu membuat tubuhnya membeku seketika. Dia bahkan mengutuk dirinya sendiri karena sudah terpesona dengan wajah tampan Hyun saat ini. Bagaimana tidak? Jarak keduanya saat ini terbilang cukup intim dan Yiekyung bisa dengan sangat jelas melihat ketampanan Hyun yang lebih menyerupai seorang pangeran.

“B-bisa kau lepas? Banyak yang memperhatikan kita,” ucap Yiekyung pelan setelah mata cokelatnya mendapati beberapa pasang mata tengah tertuju dengan adegan yang tengah dilakukan dirinya dan Hyun.

Cho Hyun menarik kedua sudut bibirnya sambil menyipitkan mata, tangannya perlahan mendorong pelan tubuh Song Yiekyung untuk menjauh. Namun, tidak benar-benar menjauh karena detik berikutnya Hyun kembali meraih tangan Song Yiekyung dan menariknya meninggalkan tempat yang mulai dipadati orang-orang itu.

***

Moggobwa! (Makanlah!)” titah Hyun yang membuat alis Song Yiekyung berkerut menatap curiga. “Ck, tenang saja! Aku tidak memasukkan obat perangsang di dalam sana,” ucap Hyun seakan mengerti maksud dari ekspresi Yiekyung.

Dengan sedikit ragu Song Yiekyung mulai menggerakkan tangannya untuk mengambil satu sendok penuh patbingsoo di hadapannya, kemudian  memasukkan bingsoo ke dalam mulut. Saat ini mereka—Song Yiekyung dan Cho Hyun—berada di salah satu restoran Patbingsoo, hidangan pencuci mulut yang sangat populer di Korea. Bukan hanya karena menyediakan berbagai varian rasa yang lezat, tetapi patbingsoo sendiri memang selalu dicari saat musim panas berlangsung.

“Aiigoo.” Hyun menggerakkan jemarinya untuk mengusap krim yang menempel pada area sudut bibir Yiekyung. “Wae solleso? (Apa hatimu bergetar?)” tanya Hyun saat pandangan mereka bertemu.

Cho Hyun kembali melipat tangan di depan dada, menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi kayu yang didudukinya. “Kau tidak sedang berpikir aku akan bereaksi menggunakan adegan Kim Joo Woon dalam ‘Secret Garden’, bukan?”
Wah, oega eomne jinjja! (Wah, aku benar-benar tidak bisa berkata apa pun!)” Song Yiekyung meletakkan kasar sendok di tangannya ke atas meja, mengikuti tindakan Hyun—bersandar pada punggung kursi  dan melipat tangan di depan dada. “Bisa kita mulai membahas pekerjaan, Cho Hyun Hwijangnim?” tanya Yiekyung penuh penekanan.

“Aku sudah katakan, jika aku mengajakmu kemari untuk berkencan. Bukan bekerja!” tegas Hyun.

“Cih, itu sangat aneh untuk ukuran robot pekerja seperti Anda,” hardik Yiekyung.

Sudut bibir Hyun terangkat sebelah. “Apa kau mulai menyelidikiku?”

“Hampir semua orang mengetahuinya!”

“Tetapi, kenapa aku merasa kau baru mengetahuinya? Bahkan saat pertemuan ketiga kita di Pohang, bukankah kau masih—“

“Tunggu!” Song Yiekyung mengangkat jemarinya ke depan untuk memotong kalimat Hyun. “Bukankah itu pertemuan kedua kita?” tanya Yiekyung kembali melemparkan tatapan bingung.

“Mau kuberi sebuah rahasia?” tanya Hyun, semakin membuat Song Yiekyung mengerutkan dahi. “Sebenarnya, itu yang keempat,” ucap Hyun diiringi senyum simpul.

Song Yiekyung kembali harus memutar otak dengan paksa untuk mengingat pertemuan pertamanya dengan Hyun, sialnya Yiekyung kembali gagal untuk mengingat. Dalam memori Yiekyung tidak ada ingatan apa pun yang menampilkan wajah, bahkan nama Hyun selain di Buyeo dan Pohang.

Cho Hyun terkekeh ringan mendapati ekspresi Song Yiekyung yang terlihat sedikit kesal karena tidak berhasil mengingat memori pertemuan mereka, tangan kekarnya bergerak mengacak pelan rambut cokelat Song Yiekyung.

“Aigoo, Kwiyopta! (Wah, imutnya!)”

“Lepaskan!” Song Yiekyung menepis pelan tangan Hyun dari kepalanya, kembali melemparkan tatapan kesal yang dibalas kekehan oleh Hyun.

Hot SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang