Akhir Musim Panas Yang Membingungkan.

2 0 0
                                    



Cho Corporation atau yang sering disebut Cho Corp. adalah salah satu perusahaan besar yang juga ikut andil dalam kemajuan perekonomian Korea. Perusahaan tersebut memiliki gedung yang menjulang tinggi ke langit dengan 17 lantai di dalamnya, menjadi salah satu bangunan dengan interior terbaik. Bagian lobi terdapat taman buatan dengan ukuran mini dan kafeteria yang terletak tidak jauh dari pintu masuk, menambah kesan sederhana dan mewah pada gedung yang berdominan warna putih itu.

“Kau sudah menghubungi Song Timjang?” tanya pria kekar berjas hitam yang hanya dibalas anggukan kecil oleh pria dengan rahang tegas berkemeja putih di hadapannya.

“Jaesun Hyeong, bagaimana pendapatmu tentang Song Timjang?” tanya Hyun setelah meletakkan map cokelat ke atas meja.

“Sebagai seorang gadis atau pebisnis?” Jaesun berbalik tanya.

Cho Hyun menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudian menggerakkan kakinya untuk membuat kursi putarnya bergerak. “Keduanya,” jawab Hyun.

“Dia sangat kompeten juga bertanggung jawab dalam hal pekerjaan, dan untuk melihatnya sebagai seorang gadis ...,” Jaesun melipat tangan di depan dada mengetuk pelan dagunya, mencoba untuk mempermainkan Hyun yang mulai terlihat menaikkan alisnya, “tidak buruk.”

“Bukankah dia terlihat berbeda dari gadis kebanyakan?” tanya Hyun dengan mata berbinar, menengadahkan wajahnya ke langit-langit, seakan gambaran Song Yiekyung ada di atas sana.

“Bukankah itu yang membuatmu tidak bisa melupakannya?”

Cho Hyun kembali memberikan anggukan kecil untuk pertanyaan yang dilontarkan Jaesun.  “Jadi, apa kau bisa membantuku, Hwang Jaesun Siljangnim ?”

“Bukankah dulu kau melarangku untuk melakukan hal yang tidak berguna seperti ini?” tanya Jaesun yang lebih terdengar seperti sindiran bagi Hyun.

“Hwang Jaesun Siljangnim?”

Jaesun mendengkus mendapati ekspresi tajam Hyun. “Kau harus membayarku lebih untuk itu!” ucap Jaesun sebelum meninggalkan ruangan Hyun, membuat pria itu tersenyum penuh kemenangan.


***

Langit biru dengan sedikit awan diikuti udara yang mulai terasa dingin dan kering. Pohon gingko dan pohon maple berubah warna daunnya menjadi merah dan kuning di seluruh Korea. Dedaunan pun mulai berjatuhan menandakan jika musim panas tahun ini akan segera bearkhir, walaupun demikian kita masih bisa merasakan panasnya udara musim panas di siang hari.
Termasuk “panasnya” ruangan Yiekyung akibat sebuah kesalahan perpindahan jadwal acara amal tahunan yang dilakukan oleh salah satu staf SJ Group.

Jusonghamnida, (Maaf,)” ucap seorang pegawai lain sambil menundukkan kepala.

“Keluarlah!” Yiekyung hanya bisa menggigit bibir sambil menunjukkan arah ke pintu keluar.

Eottokhedeungoya? (Apa yang akan kau lakukan?)” tanya Hyerim.
Song Yiekyung memijat pelan pelipisnya, jemari kanannya mengetuk dengan irama pelan meja kerja yang saat ini tengah ditempatinya. “Apa yang harus kulakukan?”  ucapnya pelan dengan memainkan kursi putar.

“Bukankah hotel itu bagian dari Cho Corp? Bagaimana jika kita meminta bantuan mereka?”

Song Yiekyung menghentikan perputaran gerak kursinya, ide yang baru saja dilontarkan Hyerim tidak ada salahnya untuk dipertimbangkan. Namun, bagaimana caranya meminta bantuan dari pihak Cho Corp?

“Akan kupikikan,” ucap Yiekyung kembali memainkan kursi putarnya.

“Tidak ada waktu untuk berpikir, Song Yiekyung Timjangnim. Kita tidak punya banyak waktu!” ucap Hyerim putus asa setelah melihat wajah tanpa ekspresi yang ditunjukkan oleh Song Yiekyung.


***


Song Yiekyung memainkan pelan jemarinya, bola mata cokelat miliknya seakan terlihat begitu khawatir. Sudah dua puluh menit ia duduk di sofa berwarna abu-abu di dalam ruangan direktur utama Cho Corporation, tetapi si pemilik ruangan belum muncul juga sehingga kegelisahannya semakin bertambah.

“Apa alasan kedatanganmu mengenai Hotel K, Song Yiekyung Timjangnim?” tebak Hyun langsung mengambil posisi duduk di hadapan Song Yiekyung sesaat setelah dia memasuki ruangannya.

Song Yiekyung menggigit pelan bibir merahnya untuk tidak mengumpat pada Hyun karena tebakan yang Hyun ucapkan adalah benar. “Apa kau stalker?”

Cho Hyun menaikkan sebelah sudut bibirnya untuk menanggapi tuduhan yang diberikan Song Yiekyung. Ia melipat kedua tangan di depan dada dan mengubah posisi duduk tegapnya menjadi santai sambil menyilangkan kaki. “Akan kuusahakan mengosongkan aula di tanggal itu,” ucap Hyun.

“Benarkah?” tanya Yiekyung ragu.

“Dengan satu syarat.”

Song Yiekyung memutar malas bola matanya, seharusnya dia tahu jika Hyun tidak akan membantunya dengan cuma-cuma. “Berkencan denganmu? Baiklah.”

Bibir Hyun kembali membentuk senyum kemenangan. “Bagaimana jika aku menginginkan hal lain?” tanya Hyun diiringi seringai kecil.

“K-katakan!” ucap Yiekyung masih berusaha memasang ekspresi datar, walaupun tidak dipungkiri jika gadis itu merasa was-was mengenai syarat yang akan Hyun ajukan.

“Akan kuberitahu nanti.”

Ne?”


***


Yeoksi, Song Timjang jjang! (Song Timjang memang yang terbaik!)”

Song Yiekyung hanya memutar malas bola matanya untuk pujian yang dilontarkan Hyerim. “Kau sudah memastikan tidak ada masalah lain, bukan?” tanya Yiekyung.

“Tentu saja, ah, tetapi aku belum melihat Cho Hyun Hwijangnim? Apa dia tidak datang?” Hyerim mengedarkan pandangannya mencari sosok Hyun yang merupakan penyelamat untuk kesuksesan acara yang tengah berlangsung.

Acara pelelangan yang diadakan untuk amal memang berlangsung setiap tahun pada akhir musim panas untuk menyambut musim gugur, beberapa orang yang berkecimpung dalam dunia bisnis sudah tidak asing lagi dengan acara lelang tersebut.  Walaupun sempat terjadi masalah karena acara berlangsung lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya dan kelalaian salah satu staf SJ Group yang tidak mengonfirmasi ulang tentang perubahan jadwal dan tempat lelang, kenyataannya tetap tidak membuat acara tahunan itu tampak kacau atau monoton. Sebaliknya, acara itu berlangsung tanpa hambatan.

“Kurasa acara tahun ini adalah yang terbaik.”

Song Yiekyung terperanjat dan bergidik ngeri saat suara berat terdengar begitu jelas di telinganya. Jika saja tangan kekar Hyun tidak menahan tubuhnya, mungkin saat ini Song Yiekyung sudah berakhir dengan mencium lantai.

“Mencariku?” tanya Hyun penuh percaya diri.

“Aku hanya mencari udara segar saja,” jawab Yiekyung sedikit merapikan penampilan untuk mengurangi rasa canggung. Sebenarnya ia keluar dari aula untuk memastikan kedatangan Hyun setelah mendapat pertanyaan dari Hyerim.

Bibir Cho Hyun membentuk garis lengkung saat matanya mendapati guratan merah pada pipi Song Yiekyung. Entah kenapa rasa percaya dirinya naik sekian persen karena tindakannya sudah mampu membuat Song Yiekyung merona.

“Sudah memikirkan syaratnya?” tanya Yiekyung menoleh pada Hyun yang tengah menatap hamparan langit.

Tanpa sadar bibir merah Yiekyung tertarik membentuk senyum simpul melihat wajah tampan Hyun yang semakin memesona saat mendapat cahaya dari sinar bulan. Setelan jas dan kemeja putih yang sangat pas di tubuh kekarnya membuat Hyun terlihat bak pangeran dalam negeri dongeng.

“Menikmati pemandangan?”

Song Yiekyung tersentak, dengan cepat mengalihkan pandangan ke arah lain untuk menghindari tatapan Hyun. Menutup paksa kedua matanya, bahkan umpatan kasar hampir saja terlontar untuk dirinya sendiri karena sudah bersikap seperti orang bodoh memandangi wajah Hyun dengan ekspresi yang selama ini dianggap menjijikkan oleh gadis itu sendiri.

“Aku harus pergi,” ucap Hyun dengan helaan napas.

“Kenapa? Acara utama belum dimulai.”

Cho Hyun tersenyum simpul. “Aku takut akan hilang kendali melihat penampilanmu malam ini,” ucap Hyun mengusap lembut pipi Song Yiekyung seakan bermaksud untuk menghapuskan guratan kecewa dari wajah Yiekyung.

Pergerakan lembut jemari Hyun justru semakin membuat pipi Song Yiekyung merona, terlebih kalimat yang dilontarkan Hyun terdengar begitu putus asa di telinganya. Otaknya kembali berputar, apakah Cho Hyun di hadapannya adalah Cho Hyun yang sama seperti cerita orang lain? Atau memang pria tampan itu memiliki kepribadian lain yang cenderung lebih mesum dan bertolak belakang dengan cerita orang-orang.

“Cho Hyun.”

“Hm?”

“Mengenai ucapanmu tempo hari.“ Yiekyung merasa ragu untuk kembali melanjutkan kalimatnya. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Cho Hyun kembali tersenyum, tangannya bergerak menyentuh kedua pundak Song Yiekyung dan menatap dalam pada mata gadis itu. “Cobalah mengingatnya!”  ucap Hyun.

Sebuah tanda tanya besar kembali menghampiri otak Song Yiekyung, bagaimana mungkin dia sama sekali tidak mengingat pertemuan pertamanya dengan Hyun? Apa Song Yiekyung benar-benar penderita alzhaimer? Atau Cho Hyun hanya sedang mempermainkannya saja.

“Aku pergi,” ucap Hyun. Tangannya bergerak mengusap lembut kepala Yiekyung sebelum benar-benar melangkah pergi.

Song Yiekyung membuang napas berat, bola matanya masih tertuju pada punggung Hyun yang mulai menghilang dari pandangan mata.



“Aku harap kau mengingatnya, Song Yiekyung,” lirih Hyun.


 “Aku harap kau mengingatnya, Song Yiekyung,” lirih Hyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hot SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang