Gadis Asing Pembawa Ide Brilian.

4 0 0
                                    



Seoul, Musim Panas 2017

Musim panas kembali mengalami peningkatan suhu mencapai 40,5 derajat celcius. Sejauh ini semenanjung Korea dikelilingi suhu udara yang begitu tinggi, bahkan perkiraan cuaca mengatakan, bahwa hujan tidak akan turun dalam sepekan.

“Siapa yang bertanggung jawab untuk festival kali ini?” tanya Hyun sambil melonggarkan dasinya setelah melihat rencana festival musim panas buatannya terancam gagal.

“Seseorang yang baru saja menjabat sebagai ketua tim,” jawab Jaesun.

Cho Hyun mengerutkan dahi, mengamati dengan saksama tulisan dalam layar tablet berwarna hitam dengan ukuran 10 inci. Ekspresi takjub dengan jelas ditunjukkan oleh wajah tampannya. “Dia memang pantas mendapatkan posisi itu,” ucap Hyun.

“Dari yang kudengar, Song Timjang terbaik di bidangnya. Tidak heran jika dia dipromosikan, bahkan sebelum tiga tahun bekerja,” jelas Jaesun yang dibalas anggukan setuju oleh Hyun.

“Lalu kenapa tahun lalu kau tidak langsung merekrutnya, Hwang Siljangnim?”

Jaesun sebagai sang empu pemilik nama hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan atasannya itu.

===

Itaewon merupakan salah satu daerah yang mengalami kepadatan saat musim panas berlangsung, terlebih bagi mereka yang gemar dalam berpesta. Beberapa kelab di Itaewon akan mengadakan pesta khusus.

“Ck, aku pikir kau mengajakku kemari untuk berpesta,” ujar Jaesun yang hanya dibalas ekspresi datar oleh Cho Hyun.

“Kau saja! Ada hal lebih penting yang harus kukerjakan,” ucap Hyun kembali memfokuskan pandangan pada layar tablet berukuran 10 inci tanpa berniat melayani sang asisten yang tengah mendengkus kesal.

“Dasar robot pekerja!” hardik Jaesun sebelum mengambil langkah seribu meninggalkan Hyun.

Jemari Hyun bergerak mengusap layar tabletnya beberapa kali saat merasa tidak ada ide yang bisa ia gali dari dalam otaknya. “Sial!” umpat Hyun meletakkan tablet tersebut pada meja bartender hingga berbunyi tuk cukup keras.

Cho Hyun menenggak habis anggur dalam gelas kaca di hadapannya. Ia berencana untuk menyajikan festival musim panas yang berbeda. Namun, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Perbedaan daerah destinasi musim panas menjadi salah satu penyebabnya. Dia tidak mungkin membawa orang-orang ke tempat yang berbeda dalam waktu bersamaan, bahkan jasa wisata pun tidak mungkin bisa melakukannya. “Benar-benar membuatku frustrasi!”

“Bagaimana jika menggabungkan keduanya?”

Cho Hyun menatap bingung pada sosok gadis bergaun hitam dengan rambut cokelat panjang yang entah sejak kapan sudah ada di sampingnya, matanya sedikit menyipit saat tablet putih miliknya sudah berada di tangan gadis tidak dikenal tersebut.

Song Yiekyung mengalihkan pandangannya pada sosok pria pemilik tablet yang saat ini tengah dipegangnya dengan mengulum senyum simpul. “Kau bisa mengabungkan keduanya? Bukankah itu akan menarik? Untuk orang yang sangat menyukai lumpur musim panas, tetapi tidak ingin melewatkan sebuah pesta dalam kelab.”

Cho Hyun memasang wajah tanpa ekspresi, otaknya masih mencerna pendapat tidak masuk akal yang baru saja dilontarkan gadis berbola mata cokelat di sampingnya. “Satu tempat untuk dua acara musim panas yang berbeda,” ucap Hyun membuat gadis di hadapannya kembali menaikkan kedua sudut bibirnya, tangan keduanya secara alami melakukan high five.

Tangan kekar Hyun dengan sigap menangkap tubuh Song Yiekyung yang mulai ambruk secara tiba-tiba. “Hei,” panggil Hyun sedikit mengguncangkan tubuh Yiekyung. Bibir Hyun membentuk garis lurus saat ia mulai menyadari jika gadis itu dalam kondisi mabuk.


===


Cho Hyun membaringkan pelan tubuh Song Yiekyung di atas ranjang berukuran besar. Ia memutuskan untuk membawa gadis yang sama sekali tidak dikenalnya masuk ke dalam kamar hotel. Senyum dengan salah satu sudut bibir yang terangkat sebelah kembali terukir mengingat pendapat aneh, tetapi terkesan brilian yang dilontarkan Song Yiekyung. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari jika gadis asing yang baru saja memecahkan masalahnya itu sedang dalam kondisi mabuk? Apa Hyun juga mulai mabuk sehingga tidak menyadari hal itu?

Tatapan mata Hyun berubah menjadi tajam kemudian mengulum senyum simpul sebelum meninggalkan gadis asing dalam kamar hotel miliknya.


-=-


Song Yiekyung menggeliatkan pelan tubuhnya, membuka perlahan matanya yang dirasa sangat berat. Dia sedikit merintih memegangi kepalanya yang sakit. “Omo!” pekik Yiekyung dengan sempurna melebarkan bola matanya saat mendapati jika bukan di kamarnyalah dia terbangun.

Pikiran buruknya bekerja dengan cepat, gadis itu mengintip tubuhnya sendiri yang masih dibalut selimut tebal berwarna putih. Helaan napas lega terdengar saat dirinya masih berpakaian lengkap.

“Alkohol memang musuhku!” ucap Yiekyung saat otaknya sama sekali tidak mengingat apa pun kejadian yang dialaminya malam tadi. Kakinya bergerak cepat menuruni ranjang besar yang menjadi tempatnya bermalam. Ia berjalan mengendap-endap untuk meninggalkan kamar hotel yang sama sekali tidak ia pesan.

Setelah sampai di lobi, Yiekyung berjalan dengan cepat menuju pintu ke luar hotel saat mata elangnya berhasil menangkap sebuah taksi yang baru saja menurunkan penumpang di depan pelataran hotel.

“Tolong ke Gedung SJ Group,” ucap Yiekyung setelah berhasil memasuki taksi bewarna jingga kecokelatan tersebut.

“Bodoh! Kenapa tidak bisa ingat sama sekali!” Song Yiekyung membenturkan kepalanya pada kaca jendela taksi yang saat ini tengah membawanya, berpikir jika tindakan yang sedang dilakukannya bisa membuat dirinya mengingat sedikit saja kejadian semalam. Setidaknya untuk bisa mengingat orang yang sudah membawanya dengan utuh ke hotel. Bagaimanapun dia harus berterima kasih untuk hal itu, walaupun ia tidak benar-benar yakin jika orang yang membawanya tidak melakukan apa pun padanya saat dia tak sadarkan diri.


***


“Kau bisa meminta BIN  untuk mencari tahu, bukankah akan lebih cepat?”

Hwang Jaesun berdecak mendengar perintah Hyun. “Apa gadis itu begitu cantik sampai aku harus menghubungi BIN hanya untuk mencari seorang warga sipil?” tanya Jaesun yang lebih terdengar seperti sebuah sindiran untuk Hyun.

Senggakhaebwa, (Coba pikirkan,)” ucap Hyun menautkan jemarinya. “Apa kau pernah bertemu dengan seseorang yang masih bisa berpikir jernih, bahkan mengeluarkan ide luar biasa di saat dia mabuk?” tanya Hyun dengan mata berbinar merasa takjub.

“Cih, itu karena mesin otakmu tidak bisa memikirkan cara sederhana, Cho Hyun Hwijangnim.”

“Lalu, bagaimana kau bisa menjelaskan tentang ekspresi dan sikapnya yang terlihat begitu tenang sampai aku tidak menyadari jika dia sedang mabuk?”

“Karena kau juga sudah mulai mabuk,” ucap Jaesun semakin kesal karena tingkah Hyun yang kekanakan menurutnya.

“Apa kau pernah melihatku mabuk?”

Jaesun mengentakkan kaki dan melipat tangan di depan dada. “Katakan sejujurnya, kau jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya, ‘kan?“

“Kau gila? Kenapa aku memiliki perasaan seperti itu untuk orang asing?”

Hwang Jaesun menyipitkan matanya, menatap curiga pada Hyun yang mulai menunjukkan gelagat aneh di hadapannya. Untuk pertama kalinya Jaesun melihat sikap canggung Hyun saat mereka membahas seseorang, terlebih itu adalah seorang gadis yang sama sekali tidak dikenal.

“Tetapi …,”  Hyun melemparkan tatapan tajam pada Jaesun yang masih menatap penuh selidik akan dirinya, “kenapa kau berbicara nonformal? Bukankah aku atasanmu?”

Hwang Jaesun memutar malas bola matanya, menarik pelan jas biru gelap yang dipakainya untuk sekadar merapikan penampilan yang tidak berantakan sama sekali. “Kalau begitu aku pamit undur diri, Cho Hyun Hwijangnim. Aku harus menghubungi orang kita di BIN untuk mencari keberadaan gadis yang sudah membuat atasanku sedikit menjadi manusia normal. Permisi.”

Cho Hyun kembali melemparkan tatapan tajam pada Jaesun, bibirnya sudah siap untuk memberikan umpatan kasar pada sang asisten. Jika saja Jaesun tidak cepat meninggalkan ruangan Hyun, mungkin bukan hanya umpatan yang didapatkannya melainkan lemparan gelas karena tangan pria itu sudah bersiap melayangkan gelas keramik yang ada di atas meja kerjanya.


Hyun kembali mengalihkan pandangan pada layar monitor berukuran 32 inci di hadapannya. “Dia terlihat tidak asing,” gumam Hyun. Tangan kirinya digunakan untuk menopang dagu dan jemari tangan kanan mengetuk pelan keyboard.

“Di mana aku pernah melihatnya?” Kembali Hyun bergumam mencoba mengingat sosok gadis berambut cokelat yang saat ini tertangkap CCTV hotelnya pagi tadi.

“Busan!” ucap Hyun bangkit dari posisi duduknya dengan cepat saat memori otaknya berhasil mengingat gadis yang sudah berhasil membuatnya penasaran.


Kalian percaya takdir?
Bagi sebagian orang mungkin tidak percaya, tapi yang seharusnya terjadi akan terjadi. Itulah takdir.




Hot SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang