part 4

5 2 0
                                    

"Aw sssh." Desis seseorang yang sedang memegangi kepalanya yang berdenyut sakit.

Siapa lagi kalau bukan stara. Pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa jam lalu, yang mengakibatkan dirinya seperti ini.

*Flashback on

"Lemah lo!" Cibir stara yang saat ini tengah mengobati lebam di wajah taksa.

Stara sendiri sebenarnya ogah mengobati lelaki tengil di depannya saat ini namun mengingat dirinya lah penyebab taksa menjadi seperti ini.

Maka dirinya memutuskan untuk mengobati luka lebam di wajah taksa sebagai permintaan maaf sekaligus balas budi.

"Astaga stara mata kamu nggak katarak kan? Aku sendirian berjuang di sana ngelawan si lima brengsek itu buat ngelindungin kamu." Cerocos taksa panjang lebar, dan seketika lupa dengan rasa perih di area wajahnya.

"Ck, lebay." Kata stara sambil menekan kuat kuat lebam di wajah taksa.

"Aduh sakit! Pelan-pelan napa."

"Udah selesai, gue mau pulang." Pamit stara setelah selesai merapikan semua peralatan yang digunakannya.

"Gue anter ayo!" Ajak taksa yang sudah berdiri dari tempatnya.

Saat ini mereka tengah berada di depan sebuah ruko kecil, setelah sebelumnya stara pamit untuk membeli kapas dan alkohol untuk taksa.

"Nggak usah, gue bisa sendiri." Tolak stara cepat, dan langsung berbalik.

Namun pergelangan tangannya langsung di cekal oleh taksa.

"Udah sore, kendaraan jarang lewat sini. Kalo lo mau di gangguin preman di-

"Iya-iya gue ikut lo. Ayo buruan." Potong stara dan berjalan cepat mendahului taksa menuju motor sport hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka.

Jika bukan karena menghawatirkan sesuatu, stara tidak akan mau mengiyakan ajakan taksa.

Taksa berlari kecil menyusul stara dengan senyum tipis di wajahnya.

"Pake helm dulu biar aman." Ujar taksa sembari memberikan helm hitam miliknya ke arah stara.

"Helmnya kan cuma satu, buat lo aja. Gue juga kan di belakang." Tolak stara.

"Keselamatan lo tuh lebih penting."

Tak mau berdebat lebih panjang lagi, stara pun langsung mengambil helm yang berada di genggaman taksa dan segera memakainya.

Saat keduanya sudah naik di atas motor, stara bingung mengapa taksa belum juga menjalankan motornya.

"Kenapa? Bensin habis?" Tanya stara bingung.

"Bukan itu." Jawab taksa yang sedang menggaruk kepalanya.

"Trus kenapa?"

"Pegangannya mana?"

Stara memutar bola mata malas. "Modus." Cibir stara.

"Lo ngebut, gue turun." Sambung stara lagi dan hanya memegang ujung kemeja taksa.

Taksa yang awalnya berfikir bahwa stara akan memeluknya layaknya di film yang sering ia tonton, nyatanya salah.

Ekspektasinya bahkan sangat jauh dari realita yang ada.

Ternyata memang benar yang menyakitkan itu bukan realita, namun ekpektasi yang terlalu tinggi lah penyebabnya.

"Gapapa deh nggak di peluk, yang penting pulang bareng." Gumam taksa pelan.

hey staraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang