6. Istana Bawah Danau

173 22 4
                                    

Jum'at, 19 Juni 2020
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
Aku nangis dengerin lagu di mulmed😭
.
.
.

     AKU TIDAK AKAN bisa mengatakan aku tidak mau atau kata-kata memberontak lainnya. Wajah ke empat siren itu sangat sangar. Mungkin jika aku membangkang, bisa-bisa badanku sudah diserahkan secara suka rela untuk makanan ikan Arapaima.

     Seharusnya aku berjalan di belakang mereka berempat atau di tengah-tengah mereka. Tapi ini tidak. Aku berjalan (lebih tepatnya berenang) lebih dahulu ketimbang mereka. Mungkin mereka berjaga jaga jika aku memutar balikan arah lalu kabur secara tiba-tiba.

     Saat kami lewat pun seluruh hewan danau langsung sembunyi. Rasanya aku ingin berteriak kepada mereka kalian saja takut apalagi aku!

     Tapi aku hanya bisa membatin itu semua dalam hati. Berusaha semaksimal mungkin tidak terkesan seperti akan memberontak. Jika iya mungkin asumsiku tentang menjadi santapan Arapaima akan menjadi kenyataan.

     Jujur, aku lelah. Lelah secara hafiah lho ya. Ekorku sangat pegal karena sudah berenang cukup jauh. Tanganku juga tak kalah pegal karena membantu mendorong tubuhku untuk maju.

     Ya... aku memang bisa berenang, tapi sungguh berenang dengan ekor tidak semudah yang kalian bayangkan. Berkali kali aku harus menyeimbangkan tubuhku agar tidak terbawa arus air. Dan sering kali aku menggerakkan ekorku tetapi bukannya berenang maju, malahan berenang mundur.

     Kalau aku seperti itunya tadi tidak masalah karena aku sendirian. Tidak akan ada yang melihat. Tapi jika di belakangku terdapat empat prajurit siren, aku malu jika harus seperti itu.

     Tak lama berselang, dari sini aku dapat melihat banyak sekali bangunan-bangunan bawah danau yang sangat indah. Benar-benar menyerupai kota manusia.

     Banyak siren jantan dan betina yang mondar-mandir entah melakukan apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Banyak siren jantan dan betina yang mondar-mandir entah melakukan apa. Ekor mereka sangat cantik. Ada yang biru muda campur hijau, ada yang pink campur ungu, dan ada juga yang berwarna putih. Sedangkan ekorku? Membosankan.

     Kota ini sangat hidup. Banyak sekali bangunan-bangunan besar seperti mal di sini. Mungkin para siren juga berbelanja kebutuhan hidup.

     Terdapat juga bangunan-bangunan yang lebih kecil menyerupai bentuk rumah, tapi lebih modern. Ku duga jika itu adalah tempat tinggal siren.

     Saat kami berlima lewat, semua siren memberhentikan kegiatannya. Saling bertatap tatap lalu berdiri tegap ke arah kami. Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku.

The Man in AquariumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang