1. Rumah Sakit

235 31 1
                                    

Jum'at, 29 Mei 2020
.
.
.
Happy Reading
.
.
.

     SIAPA YANG TADI bilang 'tidur dapat mengurangi rasa sakit di kepalaku' huh? siapa??!! Siapa??!! Aku sendiri kan? Tapi nyatanya? Saat aku bangun dari tidurku rasanya masih sama. Hanya saja badanku terasa lebih segar. Aku juga masih belum bisa mengingat apa yang terjadi di rumah kakek. Mungkin jawaban mengapa aku bisa disini ada di sana.

     Cekrek

     Aku lantas menengokkan kepalaku ke arah pintu. Dokter yang sama seperti tadi siang masuk di ikuti oleh dua suster di belakangnya. Wait... jadi ini sudah malam ya. Aku baru sadar. Lama sekali aku tidurnya.

     Dokter itu pertama-tama memeriksa tekanan darahku. Lalu menempelkan ujung stetoskopnya ke arah perutku. “Apakah ada bagian yang sakit selain di kepala?” tanyanya. “Tidak ada,” jawabku singkat.

     Nyatanya memang tidak ada. Hanya bagian kepala saja yang rasanya aneh. Bagian tubuh lain normal-normal saja.

     “Nona Reyna saya tidak tahu ada masalah apa dengan kepala Anda. Kami sudah pernah menscan rongga kepala Anda tetapi tidak menemukan kesalahan apa-apa.” Dokter itu menjelaskan kepadaku hasil scan rongga kepalaku secara rinci. Aku tidak terlalu paham. Jadi hanya mengangguk saja.

     “Jika tidak ada masalah lagi besok pagi kau sudah bisa pulang. Tapi jangan terlalu banyak beraktivitas,” ujar dokter tersebut.

     Aku mengangguk mendengar saran dokter. Dokter itu keluar dari ruanganku di ikuti oleh kedua suster tadi. Tapi sebelum pintu tertutup sempurna pintunya kembali terbuka menampakkan dua sosok perempuan. Yang satu berambutnya hitam panjang dan satunya lagi berwarna pirang panjang. Jangan lupa bergelombang seperti ombak. Beda sekali dengan rambutku yang berwarna coklat lurus.

     Perempuan yang berambut pirang yang kuingat namanya Rysta berlari tergesa gesa ke arahku. “Ya ampun Reyna..! Kau tahu aku hampir pingsan mendengar kabar jika kau masuk rumah sakit,” ujarnya yang bagiku sangat berlebihan.

     Perempuan satunya yang berambut hitam bernama Karen menaruh buah-buahan di atas nakas lalu berjalan menghampiriku sambil berujar, “iya. Aku langsung kesini setelah mendengar kabar itu.”

     Mereka berdua adalah teman sekolahku dulu. Sahabat lebih tepatnya. “Aku tidak apa-apa,” ujarku sambil tersenyum menenangkan mereka. Kentara sekali jika mereka panik setengah mati.

     “Besok aku sudah boleh pulang. Barangkali kalian ingin menjemputku,” godaku. “Pasti!” jawab mereka berdua kompak. Kami menghabiskan malam kami dengan bercerita ke sana kemari.


***


     Hari ini mereka berdua benar-benar menjemputku. Saking semangatnya mereka sudah berada disini dari pukul 6 pagi. Aku berjalan ke ruangan administrasi untuk membayar tagihan rumah sakit. Setelah itu aku menyusul mereka yang sudah menunggu di parkiran.

     “Liburan masih lama. Bagaimana jika kita menginap di selatan kota Eyirus?” usul Karen saat aku sudah masuk mobil. Selatan Kota Eyirus memang terkenal dengan tempat wisatanya. Seperti Kota Malang di Indonesia. Hanya saja Selatan Kota Eyirus bukan pegunungan.

     "Aku setuju. Tapi bagaimana dengan Reyna? Dia baru sembuh,” ujar Rysta.

     “Aku tak apa. Aku ikut kalian.” Aku memang butuh sedikit refreshing. Kau tahu walaupun aku baru sehari sadar di rumah sakit tapi suasananya sangat suntuk. Bau obat-obatan mendominasi di ruangan tersebut.

     “Oke. Hari ini kita berkemas. Nanti sore langsung berangkat,” ujar Karen semangat.

     Haha, sepertinya ia sangat ingin kita liburan bertiga. Memang benar kami sudah lama tidak liburan bertiga. Jadi wajar jika Karen sangat semangat dan memutuskan sore ini berangkat.

***


      Kami sudah sampai di selatan Kota Eyirus. Karena kami kelelahan akhirnya kami putuskan untuk mulai berjalan jalan besok pagi. Sekarang kami sedang makan malam di restoran hotel. “Reyna bagaimana liburanmu di rumah kakekmu?”  tanya Rysta sambil menyuap Beef steak ke mulutnya.

      “Iya. Tahu-tahu sampai sini masuk rumah sakit,” timpal Karen.

     Tidak mungkin kan jika aku bilang aku lupa? Bisa-bisa mereka langsung menyuruhku untuk memeriksakan kepalaku yang padahal tidak apa-apa. “Asyik seperti biasa. Tidak ada yang terlalu spesial.” Jadilah aku menjawab ngarang. Ini mungkin lebih baik.

     “Aku sangat ingin ke Danau Cyrus. Aku lihat di Google danaunya sangat indah." Karen dengan semangat menceritakan apa yang ia lihat tentang Danau Cyrus di Google. “Tidak. Aku tidak ingin ke sana,” sanggah Rysta.

     “Kenapa?” tanyaku penasaran. Sebab sejauh ini Danau Cyrus cukup di gemari untuk dijadikan tempat wisata. Tidak ada yang bisa menolak keindahannya.

     “Aku sempat mendengar ada monster laut di dalam danau itu,” Rysta bercerita dengan suara yang dipelankan. Kentara sekali dari wajahnya jika Rysta benar-benar takut karena percaya dengan legenda tersebut.

     “Jadi monster itu ada gak Rey?” Karen jadi ikut penasaran.

     Hhmm... terakhir kali aku ke sana (tidak termasuk kemarin) adalah saat umurku 10 tahun. Sudah lama sekali. Saat itu aku dan kedua orang tuaku tengah liburan. Dan tidak ada sesuatu yang aneh mengenai danau tersebut.

     “Seperti danau biasa. Tidak ada apa-apa,” ujarku berusaha meyakinkan mereka. “Saat malam hari apa tidak ada suara-suara aneh seperti yang aku baca? Kan rumah kakekmu berada tepat di samping Danau Cyrus,” tanya Rysta. “Tidak ada. Aku tidur nyenyak.”

     "Baiklah kapan-kapan ajak kami ke sana," pinta Karen semangat. Aku hanya mengangguk. Untung saja mereka tidak bertanya lebih jauh lagi dan memilih menghabiskan makanannya. Tapi aku juga memikirkan perkataan Rysta tentang adanya monster laut di dalam danau tersebut.

     Tidak menutup kemungkinan jika monster itu benar-benar ada. Air Danau Cyrus berwarna hijau tua yang membuat kita tidak dapat melihat dasarnya. Mereka juga memperkirakan jika dalamnya bisa melebihi 1 KM.

     Lalu sekelebat bayangan tentang masa lalu menghampiriku. Dulu saat umurku 10 tahun...

*

**


     Aku terbangun dari tidurku karena tenggorokanku sangat kering. Aku segera turun dari ranjang tempatku tertidur. Terdengar bunyi decitan dari ranjangnya. Ranjang di rumah kakek memang tidak sebagus ranjang di rumahku. Tapi ini cukup nyaman untuk alas tidur.

     Aku mengayunkan kakiku menuju dapur. Menuangkan air dari ceret ke gelas lalu meminumnya hingga tandas.

    
     Ces

     Ceplok
 

      Aku menghentikan minumku. Menajamkan indra pendengaran. Itu seperti suara benda yang di lempar ke dalam air. Aku berjalan ke arah pintu belakang yang jika dibuka langsung terhubung dengan Danau Cyrus karena aku yakin jika suaranya berasal dari sana.

      Saat aku sampai di belakang, pintunya tidak di tutup dan ada kakek yang sedang melemparkan sesuatu entah apa ke dalam danau tersebut. Karena penasaran aku berjalan menghampirinya. "Kakek sedang apa?” tanyaku polos.

     Kakek menghentikan kegiatannya. Menengokkan kepalanya ke arahku lalu tersenyum, "Melemparkan daging sapi ke danau."

     "Untuk?" tanyaku. Lagi-lagi kakek tersenyum lalu mengelus rambutku dengan tangannya, "Mungkin danaunya butuh makan?" Candanya. Aku yang memang masih belum tahu apa-apa hanya tertawa mendengar candaan yang dilontarkan oleh kakek.

***


     "Reyna apa kau tidak ingin tidur?" Lamunanku terbuyar. Rysta dan Karen sudah berjalan ke arah lift meninggalkanku. Huuhh... dasar tidak setia kawan. “tunggu aku.”

      Aku segera berlari mengejar mereka berdua. “Lagian kau pakai acara melamun segala,” Rysta memencet tombol dengan angka 5. Lift pun mulai berjalan naik bersamaan denganku yang masih memikirkan apa tujuan kakek saat itu.


.
.
.

TBC

.
.
.
~^~AsylaChrystal~^~

The Man in AquariumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang