7. Perpustakaan

113 17 0
                                    

Selasa, 23 Juni 2020
.
.
.
Happy Reading
.
.
.

     AKU MENGIKUTI DEYRA yang berenang ke ruangannya untuk mengambilkanku kerang untuk menutup tubuh bagian atasku. Saat sampai di kamarnya, Deyra langsung membuka lemari berwarna emas yang terletak di salah satu sudut ruangan.

     Di dalam lemari terdapat banyak sekali pasang kerang dengan berbagai warna. Ada juga beberapa ekor palsu yang menggantung di langit-langit lemari. “Pilihlah.”

     Aku memilih sepasang kerang yang berwarna silver agar sama seperti warna ekorku. “Apa Kakak tidak ingin mengganti warna ekor?” tanya Deyra sambil memakai ekor palsu berwarna merah sama seperti rambutnya.

     Aku menggeleng pelan. Walaupun ekorku termasuk membosankan tapi sepertinya ini ekor langka. Sedari tadi aku belum melihat seekor siren pun yang memiliki warna ekor yang sama denganku.

     Aku melepaskan kaosku di bantu oleh Deyra lalu memakai kerang yang tadi aku pilih. Setelah selesai, kami keluar dari kamar dan menyusuri lorong bangunan istana.

     Banyak sekali simpangan jalan yang kami lalui. Aku pasti akan kesasar jika menelusuri bangunan istana ini sendiri. Tapi tidak dengan Deyra. Ia tampak biasa saja dan berbelok dengan lihai setiap ada persimpangan jalan. Deyra pasti sudah hafal tiap sudut istana dengan baik.

     Tapi yang membuatku bingung, di setiap sudut istana terdapat bekas dekorasi besar-besaran seakan mereka baru saja merayakan sebuah pesta. “Dey, mengapa banyak sekali dekorasi seperti itu,” tanyaku ke Deyra yang jadi melihat ke arah salah satu dekorasi di samping kanannya.

     “ssstt... akan sulit menjelaskannya. Jadi mending kita cari saja ingatan Kak Reyna.”

     Selang lima menit berenang, akhirnya aku sampai di depan pintu berwarna coklat yang sangat besar. Terdapat ukiran-ukiran seperti selur-selur tanaman yang membentuk lingkaran.

     Deyra menyuruh prajurit yang berdiri di kanan dan kiri pintu untuk membukakan pintu agar mereka dapat masuk. Mereka mendorong pintu coklat itu dengan sedikit kesusahan. Sepertinya pintu itu tampak sangat berat.

     Saat pintu sudah terbuka sempurna kami langsung berenang masuk ke dalam perpustakaan. Terdengar bunyi pintu yang di tutup sesaat setelah kami sudah masuk ke dalam.

     “Kakak duduk di situ saja. Biar Dey yang cari bukunya.” Aku menurut. Aku duduk di salah satu kursi yang ada di ruang perpustakaan ini. Mataku menelusuri tiap sudut ruang perpustakaan dengan seksama.

     Sama seperti perpustakaan pada umumnya, ada banyak sekali buku-buku tebal yang tersusun rapi di rak. Yang aku heran, buku itu tidak hancur karena terkena air. Ruangan ini luasnya sama seperti lapangan bola dengan rak-rak buku di setiap sisi ruangan.

     Saking asyik memandangi tiap sudut ruangan, aku tak menyadari jika Deyra sudah duduk di hadapanku dengan buku tebal bersampul coklat di tangannya. Aku baru sadar akan kehadirannya saat ia meletakan buku itu di meja yang terletak di hadapanku.

     “Sesuai judulnya ‘Benda perubah bentuk siren’ aku yakin jika kalung mutiara Kakak akan ada penjelasannya di buku ini,” ujar Deyra sambil membolak balikan halaman.

     “Jadi ada banyak benda yang dapat mengubah wujud siren?” ujarku sambil ikut mengamati buku yang di bawa oleh Deyra.

     “Iya, tapi siren hanya bisa berubah wujud menjadi manusia dan ikan cupang,” terang Deyra.

     “Ikan cupang?” tanyaku bingung.

     Deyra mengangguk, “siren berubah wujud menjadi ikan cupang saat ada misi untuk memata matai sesuatu atau mengikuti sesuatu. Itu pun harus diberi izin oleh pihak kerajaan.”

     “Nah ketemu!” Mendengar ucapan Deyra aku jadi memajukan tubuhku untuk melihat lebih jelas apa yang tertulis di dalam buku. Memang bukan tulisan latin, tetapi aku dapat mengerti. Mungkin karena kemampuan alami siren.

     Di halaman buku itu terdapat gambar mutiara putih yang sama persis dengan punyaku. Aku melepas kalung mutiara yang kulilitkan di tangan kiriku lalu meletakkannya di samping gambar itu. “Sama persis,” ujar Deyra.

     Aku mengangguk setuju. “Jadi, mari kita lihat apa yang tertulis di buku ini.” Aku dan Deyra membaca dengan seksama.

     Pertama-tama buku itu membahas tentang asal usul mutiara yang tergantung di kalungku. Ternyata mutiaranya berasal dari kerang suci yang terdapat jauh di bawah Danau Cyrus. Lebih tepatnya kerang itu terkubur di tanah.

     Lalu buku itu membahas tentang kegunaan mutiara tersebut. Fungsi utama mutiara itu adalah untuk mengubah wujud siren menjadi manusia. Tapi bukan hanya itu, mutiara ini juga memiliki kekuatan ajaib seperti membuat kita menghilang dan memungkinkan kita untuk berteleportasi.

     Tapi, saat kita menggunakan kekuatan tersebut (selain untuk mengubah wujud), si pengguna akan kehilangan ingatannya tentang dunia siren.

     Aku dan Deyra terdiam. Sepertinya kami tahu apa yang membuat ingatanku hilang. Pasti aku habis menggunakan kekuatan dari mutiara ini. Terdengar Deyra menghela nafas, “andai Kak Arthur di sini, ia pasti lebih paham tentang hal-hal semacam ini,” keluhnya.

     “Entahlah. Menurut perkiraanku, aku saat itu sedang dalam bahaya makanya aku menggunakan kekuatan mutiara ini. Buktinya Arthur sekarang ditahan.” Aku kembali memungut kalung mutiaraku lalu mengalungkan di pergelangan tanganku.

     Alis Deyra tampak mengerut, “mengapa dipasang di tangan?” tanyanya yang melihatku menggunakan kalung itu di tangan.

     “Bukannya jika aku memakainya di leher aku akan langsung berubah menjadi manusia?”

     Deyra tampak menggeleng pelan sambil terkekeh, “tidak. Kakak harus mengucapkan mantra terlebih dahulu. Barulah mutiara itu akan mengubah Kakak menjadi manusia.”

     “Eh? Tapi tadi aku hanya tinggal melepasnya langsung berubah menjadi siren lho. Aku tidak membaca mantra apa-apa,” ujarku.

     “Kalau berubah menjadi siren kembali memang tidak memerlukan mantra. Tapi untuk menjadi manusia memerlukan mantra agar mutiaranya bekerja.” Deyra melepas kalung mutiara yang menggantung di tanganku lalu memakaikannya di leherku.

     Ia tampak tersenyum puas, “nah Kak Reyna kalau menggunakan perhiasan sangat cantik. Aku tak sabar menunggu Kakak untuk menjadi ratu siren dan mengenakan mahkota di kepala Kakak.”

     “Apa kau tak ingin menjadi ratu?”

     “Tidak.” Deyra menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Menjadi ratu butuh tanggung jawab yang besar. Ratu akan ikut membantu raja untuk melindungi rakyatnya. Sedangkan menjadi putri? Dapat menikmati fasilitas istana, diperlakukan dengan baik, dan tak perlu repot-repot mengurus tetek bengek kerajaan. Enak kan?”

     Deyra mendongak ke atas dengan mata terpejam membayangkan hal-hal yang barusan ia sebutkan. Benar juga ya. Aku jadi ikut mengangguk paham.

     Aku kembali membaca buku tebal itu. Mencari barangkali terdapat cara agar aku dapat menemukan ingatanku kembali. Dan ketemu!

     Melihat wajahku yang berubah menjadi sumringah membuat Deyra jadi ikut-ikutan melihat apa yang aku baca.

     Di situ tertulis, saat pengguna menggunakan kekuatan ajaib, ingatan si pengguna tentang dunia siren  akan tersegel di dalam kerang tempat mutiara itu tumbuh.

     Aku dan Deyra saling bertatap mata. Pemikiran kami sama yaitu: ingatanku berada di dalam kerang tempat di mana mutiara ini diambil.

     Aku terlebih dahulu memutuskan kontak mata. “Akan sangat sulit mencarinya.”  Aku hampir saja merasa putus asa jika Deyra tidak langsung memelukku dari samping.

     “Kita akan mencarinya sama-sama. Pasti akan ketemu. Jika Kakak merasa putus asa, ingatlah Kak Arthur. Di sana ia sedang menunggu Kakak untuk memecahkan masalah ini. Baru deh kita bisa menolongnya.”

     Ah, mengapa aku selalu melupakan Arthur? Seketika aku mengutuk diriku sendiri karena teringat apa yang aku lakukan saat di Magical Wondersea kemarin. Memalukan! Apalagi jika mengingat jika Arthur adalah calon raja siren. Dah lah males.

     Kira-kira rakyat siren bagaimana ya jika memiliki raja yang jahilnya minta ditampar? Ya walaupun aku tak menyangkal jika Arthur memiliki kekuatan yang sangat kuat dan ukuran tubuh yang maha besar, tapi tetap saja sifatnya yang annoying tidak bisa di hilangkan.

     “Jadi, kapan kita akan mencarinya?” tanyaku saat Deyra sudah melepaskan pelukannya. “Lebih cepat lebih baik. Ayo kita siap-siap.”

     Deyra berenang mengembalikan buku tersebut lalu kembali lagi ke arahku. “Sekalian kita menjalankan suatu misi rahasia.” Aku lumayan tertarik dengan apa yang Deyra ucapkan barusan. “Apa itu?”

     “Kakak tidak lupa kan saat aku bilang jika pembunuh raja dan ratu terdahulu adalah orang istana?” Aku mengangguk. “Pasti alasan mereka melakukan ini adalah untuk mengambil alih kerajaan.”

     “Bukannya jika kita pergi dan membiarkan istana kosong merupakan hal yang mengerikan?” tanyaku.

     Deyra menggeleng, “kita bisa mengetahui siapa yang paling semangat untuk mengatur sistem kerajaan saat kita pergi. Dan lagi...”

     Deyra tampak menjeda ucapannya sejenak, “aku merasa jika di tangkapnya Kak Arthur ada sangkut pautnya dengan orang yang membunuh raja dan ratu.”

     Aku terdiam. Badanku tiba-tiba menegang. Ucapan Deyra bisa jadi benar. “Aku akan umumkan jika kita akan pergi selama beberapa hari. Dan kita lihat, siapa yang akan mengambil alih kerajaan.”

***

     Kini aku dan Deyra sedang berdiri di depan seluruh penghuni istana. Melihat tatapan mereka yang seakan kagum dan merendah kepadaku, aku menjadi yakin jika aku memang sudah pernah kemari dan sesuai perkataan Deyra, aku akan menjadi ratu siren.

     Aku selalu tertawa pelan jika mengingat hal itu. Aku? Akan, menjadi ratu siren? HAHAHA.

     Coba pikirkan saja deh, kamu yang terbangun di rumah sakit dengan potongan ingatan yang hilang, lalu bertemu makhluk mitologi di tempat wisata, menjadi buronan sekota, mendapati ternyata dirimu bukanlah manusia melainkan siren, dan ternyata lagi kau akan menjadi ratu siren. Seperti mimpi saja.

     Di barisan depan terdapat menteri-menteri siren yang ku duga adalah menteri sejak masa raja dan ratu terdahulu karena jika dilihat lihat... mereka sudah cukup tua.

     Di belakang menteri, berbaris rapi penasihat kerajaan dan juga perangkat kerajaan lainnya yang aku sendiri tidak hafal. Di barisan paling akhir, terdapat beribu ribu prajurit siren berbaris dengan rapi.

     Seketika aku dilanda grogi. Berdiri berdua dengan Deyra di hadapan seluruh penghuni istana bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi tatapan mereka yang tajam seakan siap untuk mencincangku jika aku melakukan kesalahan sedikit pun.

     Deyra mulai membuka suara, “Aku yakin jika kalian sudah mengetahui jika putri Reyna mengalami hilang ingatan.” Yang tidak aku ketahui, mereka memanggilku putri. Padahal kan aku hanya matenya Arthur.

     “Kami akan pergi meninggalkan istana untuk beberapa hari ke depan. Jadi diharapkan kalian menjalankan sistem kerajaan dengan baik selagi kami pergi.”

     Aku mengikuti rencana Deyra untuk memandangi satu persatu siren yang berada di sini. Terutama yang barisan depan. Tapi tidak ada yang aneh.

     “Sampai sini saja pemberitahuanku. Apa ada pertanyaan?”

     Terlihat salah satu siren di barisan menteri mengangkat tangan. Aku jadi menatap menyelidik ke arahnya. Tapi tetap tidak mengendurkan pengamatanku ke arah siren lain. Barangkali jika ini hanyalah pengalih perhatian.

     “Silahkan.”

     “Bagaimana dengan masalah keluhan yang masuk dari penduduk siren? Bukannya biasanya Pangeran Arthur atau Putri Deyra yang mengatasinya?”

     Pertanyaan yang cukup masuk akal. Setiap hari pihak kerajaan mengizinkan penduduk siren untuk menuliskan keluh kesahnya kepada pihak kerajaan. Dan memang hanya penerus kerajaan yang boleh membalas atau mengatasinya.

     “Memangnya ada yang mau mengajukan diri untuk menangani keluh kesah penduduk?” Aku tahu Deyra hanya memancing mereka untuk melihat siapa yang paling antusias untuk melakukan hal itu.

     Tapi tidak ada. Deyra tampak mengangguk angguk, “tidak ada kan? Jadi taruh saja di kotak surat. Nanti saat aku kembali aku akan membacanya,” putus Deyra. “Ada pertanyaan lagi?”

     Hening. Tidak ada siren yang ingin mengajukan pertanyaan lagi. “Baiklah jika tidak ada, kami pergi dulu.” Aku dan Deyra langsung turun dari podium (aslinya bukan podium, tapi aku tak tahu namanya).

    Aku mengikuti Deyra yang berjalan ke arah kamarnya untuk mengambil keperluan kami selama nanti di perjalanan. Kata Deyra, terdapat kawasan di Danau Cyrus sebagai tempat berkumpulnya kerang suci. Mungkin kerang tempat diambilnya kalung mutiaraku terdapat di sana.

     Tempatnya cukup jauh dari sini. Dan menurut pendapatnya lagi, nanti mutiara yang ada di kalungku akan memberikan tanda-tanda jika sudah mendekati kerang tempat di mana ia diambil.

     Itu hanya perkiraan dari Deyra, sedangkan di buku tadi tidak tertulis sama sekali. Tapi aku berharap jika perkataan Deyra memang benar.
  
       Kami mengemas beberapa barang yang mungkin akan kami butuh kan seperti rumput laut untuk makan, busur dan panahan lalu tak lupa kalung mutiaraku. Walaupun aku dan Deyra adalah anggota kerajaan, tetap saja ada beberapa makhluk di Danau Cyrus yang tak tunduk kepada kami.

     “Sudah.” Kini aku menenteng sebuah wadah makanan kecil untuk menyimpan rumput laut dan busur dan anak panah yang terselempang di punggungku. Deyra juga sama sepertiku. Ia membawa kalung berbandul batu safir berwarna biru yang kegunaannya sama seperti mutiaraku. Barangkali jika mereka membutuhkan bantuan dadakan.

     “Apa Kakak melihat siren yang mencurigakan?” tanya Deyra sembari menyusun anak panah di wadahnya. “Tidak. Tapi mungkin kita bisa meminta tolong salah satu siren istana untuk mengamati perilaku mereka selama kita pergi,” usulku.

     Deyra tampak ragu, “kita tak tahu mana yang kawan dan mana yang lawan.” Yang diucapkan Deyra memang benar. Tapi tak mungkin jika kita hanya seperti ini terus. “Menurutku, yang ikut bersekutu untuk membunuh raja dan ratu terdahulu adalah siren yang hidup pada masa mereka.”

     Deyra mulai paham ke mana arah pembicaraanku, “jadi maksud Kakak kita bisa menganggap jika siren muda tidak ikut membela mereka?”

     “Tidak juga. Tapi mungkin beberapa iya. Dan sepertinya aku tahu siapa yang bisa kita percaya untuk tugas mata-mata ini.” Aku tersenyum miring. “Siapa?” Deyra juga ikut-ikut tersenyum miring sepertiku.

     “Sellin.”

.
.
.
.
TBC

.
.
.
.

~^~AsylaChrystal~^~

The Man in AquariumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang