3. Kabur Secara Elite

199 31 0
                                    

Sabtu, 6 Juni 2020

.
.
.
.
Happy Reading

.
.
.

       SESEORANG MENCENGKRAM ERAT pergelangan tanganku yang berada di dalam air. Aku terkejut dan refleks langsung berdiri sembari menarik pergelangan tanganku. Tapi cengkeraman itu tak berhasil terlepas. Akhirnya aku melihat siapa yang mencengkeram pergelangan tanganku.

     Makhluk itu.
     Iya makhluk itu. Kampret kan?

     Pantas kok tangannya licin-licin gimana gitu. Dan sepertinya makhluk itu menikmati raut terkejutku. Bibirnya melengkung membentuk senyuman. Jangan salah... bukan senyum ganteng yang kalian pikirkan tapi senyum jahil.

     "Bisa lepas?" Nada suaraku setengah sinis. Makhluk itu hanya menyengir kuda lalu melepaskan pergelangan tanganku. Eeeuung... dia bisa bahasa manusia?

    "Kau mengerti bahasaku?" Makhluk itu mengerutkan keningnya. Sepertinya dia kebingungan. "Jadi benar ya....." ujar makhluk itu lirih.

     Aku terdiam di tempat setelah makhluk itu mengeluarkan suaranya. Suaranya berat, serak, basah, dan eerrgghh seksi?. Aku nobatkan jika makhluk ini mempunyai suara ter-hot sedunia. Eh tunggu... tadi makhluk itu bilang apa? 

     "Maksudmu?" Aku kembali berjongkok agar dapat lebih dekat dengan makhluk itu. Aku hanya berani melihat wajahnya. Tidak berani melihat turun ke bawahnya lagi. Barangkali mengiler kan malu-maluin. Iya ngiler karena melihat roti sobeknya.

     Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan. Ada delapan kotak. Ya ampun otakku sudah mulai konslet.

     "Puas memandangi absku nona?"

     Aku gelagapan. Ternyata begini ya rasanya terciduk pas mandangin ciptaan tuhan. Rasanya aku ingin memiliki kemampuan menghilang dan menghilang ke antartika saat ini juga.

     "Tidak usah malu. Saat pertama kali kau melihatnya juga kau sampai meneteskan air liurmu." Makhluk itu menaik turunkan kedua alisnya berniat untuk menggodaku.

     Eh tunggu dulu.

     "Memang ... sebelumnya aku pernah bertemu denganmu?" Raut jahil makhluk itu seketika berubah menjadi sendu. Tanpa kuduga ia mengambil tangan kananku lalu meletakkannya di pipinya.

     "Jadi kau benar melupakanku?" Aku mengangguk. Memang iya kan? Aku tak mengenalnya. Terdengar jika makhluk itu menghela nafas pasrah. Ia lalu mencium punggung tanganku yang tadi berada di pipinya.

     Lho... sejak kapan aku membolehkan pria menyentuhku?

     Sejak dulu aku tidak pernah membolehkan pria mana pun menyentuhku kecuali keluargaku. Setiap ada yang berani beraninya menyentuh kulitku sedikit pun pasti langsung kuberi bogeman mentah di pipinya.

     Tapi mengapa aku mengizinkan makhluk ini menyentuhku bahkan mencium punggung tanganku? Malahan... aku menginginkan lebih. Makhluk itu kembali meletakkan tangan kananku ke pipinya. "Lebih baik kau segera pergi sebelum mereka menemukanmu." Raut wajah makhluk itu sekarang berubah serius.

The Man in AquariumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang