part 12

2.8K 333 10
                                        

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Tiga hari berlalu...

Sosok lelaki yang berada di kamar loteng kediaman Nam kini terbangun dengan sendirinya. Terbangun karena cacing - cacing di perutnya sedang berdemo pada dirinya. Karena protes tidak diberi makan sama sekali. Sedari semalam ia tidak di beri makan oleh sang pemilik rumah. Anak itu hanya akan sering memberinya makan sehari satu kali dan itu tidak cukup baginya.

Soobin meringkuk dalam posisi duduk di kasur. Memeluk kedua kakinya yang tertekuk sampai dada dan meletakkan dagunya di atas salah satu lututnya. Ia lapar tapi mau tidak mau dirinya harus menahannya. Padahal Soobin memiliki maag. Jika dibiarkan lambungnya akan menjadi parah.

Retina matanya menelusuri kamar loteng yang sudah beberapa bulan ini menjadi tempat dirinya di sekap. Lumayan bagus. Karena tempat ini begitu rapi dan memang banyak kain putih yang menutupi perabotan lengkap di sini. Hanya kasur ini yang anehnya di beri sprei bagus.

Ceklek

Kepalanya menoleh ketika terdengar suara pintu terbuka, menampakkan sosok seorang wanita cantik berusia 24 tahun yang ternyata membawa roti dan susu almond kesukaan Soobin. Ia merubah duduknya menjadi bersila.

Kening Soobin sedikit mengerut. Memandang lekat pada wajah Wanita itu. Bagaimana Wanita itu bisa tahu jika dirinya menyukai roti dan susu almond?

Wanita itu tersenyum. Bak cenayang ia menjawab, "Jangan merasa aneh jika aku mengetahui kesukaanmu," seraya meletakkan roti dan susu itu di nakas sebelah kasur Soobin dan mendudukkan dirinya di sisi kasur. Menghadap Soobin tentunya. "Kau tahu? Kau ini anak yang sangat manis Soobin. Tapi nasibmu sangat tidak beruntung. Kau tidak mengetahui apa - apa dan yang pasti bertanya - tanya kenapa dirimu di culik. Aku tahu itu,"

Perkataannya terjeda sejenak. Ia menghela nafas kasar. "Eonni membiarkanmu di sini dan aku yang harus mengurus dirimu. Memangnya aku pengasuhmu? Seenaknya dia meninggalkan dirimu di sini bersamaku! Ck! Menyebalkan!" gerutunya kesal.


Wanita bermarga Nam itu hanya terdiam mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan kedua tangan terlipat di depan perutnya. Jika tahu begini, lebih baik ia melepas Anak tidak bersalah ini dan di kembalikan pada Ibunya. Tapi ia masih sayang nyawa. Takut Kakak yang bukan Kakak kandungnya itu membunuh dirinya.

Sedangkan Soobin hanya menatap lekat Wanita di hadapannya. Lidahnya seakan kelu hanya untuk sekedar mengucapkan sepatah kata padanya. Bibir pucatnya juga hanya terkatup erat. Bingung harus bersikap apa dihadapan Wanita ini.

Helaan nafas terdengar di keheningan keduanya. "Sebenarnya aku bukan Adik kandung Nana Eonni. Dia sudah memberikanku rumah sebesar ini hanya untukku. Tidak seharusnya dia meninggalkanku sendirian di sini. Apalagi bersamamu. Aku tidak sanggup mengurus orang yang bukan menjadi tanggung jawabku selama dua bulan ini. Dia yang menculikmu tapi aku yang mengurusmu. Aneh bukan?"

Wanita itu tertawa hambar kemudian dan menunduk dalam menahan air mata yang kapan saja bisa keluar. "Apa sebaiknya aku mengembalikanmu pada keluargamu saja? Aku sudah menyerah untuk mengurus bayi besar sepertimu." gumamnya yang sayangnya terdengar sampai ke telinga Soobin.

Remaja lelaki di depannya tersenyum miring dan terkekeh kecil. "Ya. Kembalikan aku pada keluargaku sekarang juga!" tegas Soobin namun ketus.

Kepala Wanita itu terangkat. Menatap tak percaya pada sosok Soobin yang menatapnya dingin. "Apakah kau tidak ingin menemaniku sampai Nana Eonni berhasil mendapatkan har--"

The Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang