Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!# Happy Reading #
🌸🌸🌸
Tiga Bulan telah berlalu.
Saudara kembar Seokjin sudah tak lagi di rawat di Rumah sakit. Luka jahitnya pun sudah kering. Kini ia telah terlihat sehat dan segar bugar. Tidak seperti ia pernah memiliki penyakit Jantung bawaan.
Pagi ini Seokjun tengah menikmati udara segar di Taman belakang. Tak menyangka ia akan sesehat ini setelah apa yang telah ia alami selama ini. Beruntung tubuhnya menerima Jantung baru tersebut. Semua berkat Seokjin yang mencarikan Jantung sehat untuk dirinya. Bukan mengorbankan diri seperti yang dulu orang tuanya inginkan.
Namun ia masih kepikiran tentang perkataan Seokjin yang entah maksudnya. Dua hari sebelum ia dipulangkan, Seokjin memang datang menemuinya di rumah sakit kala itu. Sayangnya, Seokjin hanya mengucapkan sesuatu yang membuatnya dilanda kebingunan.
Katanya, "Aku datang kemari hanya ingin berpamitan. Ada urusan yang harus aku selesaikan dan kalian jangan mencariku untuk sementara waktu. Aku pergi selama 2 bulan, entah aku akan pulang cepat atau tidak. Kalian tunggu saja tanpa harus menggangguku."
Seokjun menghela napas berat. Dadanya sedikit tercekat kala mengingat perkataan saudara kembarnya yang tidak ia mengerti. Lantas mendongak. Manik matanya mengamati langit biru di atas sana. Sangat cerah.
Kemudian mata itu terpejam. Rambut bergoyang seirama dengan angin yang berhembus. Sebuah senyum tipis terpancar di bibir Seokjun. Berusaha untuk menahan kesedihan yang menyerang relung hatinya. Tanpa ijin air mata jatuh membasahi pipinya begitu saja. Mengalir dari pipi sampai dagu.
Sebuah usapan di kepala mengejutkan Seokjun. Ia membuka matanya. Netranya menangkap sosok Ibu yang tersenyum hangat padanya.
"Kau kenapa, sayang?" tanya sang Ibu lembut.
Kembali ia menatap langit. "Aku merindukan Seokjin. Kira - kira apa yang sedang dia lakukan saat ini? Jujur, aku sangat sedih karena tidak bisa melihatnya setiap hari. Meski dia memintaku untuk tidak mencarinya," sahut Seokjun lirih.
Usapan itu masih Seokjun rasakan. Mata itu kembali terpejam. Nyonya Kim tersenyum miris melihat Putranya yang akhir - akhir ini tak nafsu makan. Setelah seminggu ia melalui kesehariannya tanpa Seokjin. Pikirannya selalu merindukan sosok saudara kembarnya itu.
"Seokjin pasti baik - baik saja. Dia pergi tidak sendirian. Ada Jonghyun dan keenam sahabatnya yang menemani Seokjin di sana. Keokjeongma," ujar Nyonya Kim lembut.
Kedua belah mata terbuka. Menerawang jauh ke langit biru. "Bagaimana caranya agar aku tidak mengkhawatirkan anak itu? Seokjin tidak boleh terluka, apalagi dia hanya memiliki satu Ginjal. Aku tidak ingin anak nakal itu drop, Eomma." isak Seokjun.
Nyonya Kim memeluk kepala sang Putra dengan terus mengucap kalimat penenang. Putranya ini menangis setelah mengucap kalimat yang menyakitkan itu. Seokjun membalas pelukan sang Ibu. Isak tangisnya begitu menyakitkan hati terdalam seorang Ibu. Mana ada seorang Ibu yang kuat dan tega melihat kesedihan Anaknya? Tidak ada. Mereka hanya ingin Anak - anaknya bahagia.
Sebuah tetesan air mata jatuh di lengannya sendiri. Nyonya Kim benar - benar tidak kuat dengan kepedihan yang dirasakan oleh Seokjun. Hati seorang saudara kembar merasa kosong. Seokjun sudah terbiasa ke mana - mana berdua dan tidak terpisahkan. Meski Seokjun yang selalu mengikuti Seokjin ke manapun saudaranya itu pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins ✓
Fanfiction[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melindungi Kim Seokjun dan Ibunya dari kejahatan yang dilakukan oleh sang Paman Kim. Adik kembar Ayahnya. Meski di belakang sang Paman Kim terdapa...