Taruhan

3.3K 59 27
                                    

"Ah, kenapa cafe kita semakin hari semakin sepi sih, kak?" Jinyoung bersandar lelah pada dinding.

Bahu Jisung terangkat. "Aku juga tidak tau,Jinyoungie."

Jinyoung menatap bosan kearah meja pengunjung, hanya terdapat satu orang yang makan.

Beberapa menit setelah pengunjung satu-satunya pergi terdengar teriakan Jaehwan dari dalam dapur. "AKU BOSAN! AAAAAAAAAAAA!"

"Jaehwan, jangan teriak-teriak. Suaramu bikin sakit telinga," larang Sungwoon.

"Sudah, kak. Jangan marahin, Jaehwan. Kak Sungwoon kaya gak tau dia aja," bela Minhyun.

Jaehwan tertawa. Kepalanya menyembul di pintu dapur, melongok sambil cekikikan.

"Idih, bucinnya ngebelain teros!" teriak Seongwu yang berdiri di depan meja pembuat kopi.

"Bang Seongwu juga bucin Jaehwan padahal," kikik Daniel. Matanya menyipit hingga membentuk garis.

"Kayak kamu enggak aja,Niel."

"Ups." Daniel menepuk mulutnya.

Jaehwan tertawa lagi.

.

.

Daehwi yang sedang menjaga kasir mengamati keadaan cafe. Begitu sunyi. Tidak ada tanda-tanda kedatangan pelanggan. Ia beranjak dari meja kasir membawa permainan kartu uno dan memanggil rekan kerjanya yang lain.

"Kakak-kakak dan teman-teman, dari pada bosan nungguin pelanggan yang gak datang-datang mending kita main uno, gimana?"

"Wah! Ide bagus tuh, Hwi!" seru Jaehwan dengan teriakannya yang super nyaring.

"Tapi, sebelum main, mending tanda open di depan pintu ganti jadi closed aja. Biar kita bisa main tanpa diganggu. Gak papa 'kan,bang?" tanya Daehwi dengan ekspresi meminta yang sulit ditangkis.

Seongwu sebagai pemilik cafe berjiwa lemah, kalah oleh serangan Daehwi. "Iya, tidak apa-apa kok. Sesekali kita refreshing main bersama."

"Yey!" Sorak-sorai teriakan dari Jaehwan, Daehwi, dan Jihoon yang senang.

"Daniel. Ganti papan gih," perintah Seongwu.

Sementara Daniel membalik papan di depan pintu, Woojin mengocok kartu uno dan membagikannya pada ke sebelas orang dengan jumlah yang sama rata.

"Sebelum main, gimana kalau kita buat peraturan untuk yang kalah?" celetuk Guanlin.

"Setuju," sahut Sungwoon berapi-api.

"Idem," kata Jisung tersenyum simpul.

"Ngikut ajalah akumah," sahut Seongwu.

"Yang lain gimana?" Minhyun mengedarkan pandangannya.

"Okay, okay," sahut Jaehwan. Diiringi koor dari kelima orang lainnya.

Guanlin tersenyum. "Ada yang punya ide?"

Melihat yang lain terdiam sambil menerawang, Guanlin akhirnya angkat bicara. "Aku ada ide sih. Gimana kalau yang kalah harus ngikutin satu keinginan pemenang?"

"Jadi, yang kalah otomatis harus ngelakuin sepuluh keinginan, gitu?" tanya Minhyun memastikan.

"Benar sekali." Guanlin mengangguk pasti.

"Oh,oke." Minhyun ikut-ikutan mengangguk. "Yang lain gimana? Atau punya ide lain?"

Jisung mengangkat tangan. "Aku cuman mau tanya, apakah semua model permintaan diperbolehkan?"

Guanlin menimang sebentar. Kemudian menyengir, "Sepertinya akan lebih asik kalau tidak ada batasan dalam permintaannya. Ya, 'kan?"

"Yang lain gimana nih? Setuju, gak?" Minhyun mendengus. "Jangan manggut-manggut aja cem ayam sawan."

Jisung berdecih, tidak sudi dipersamakan dengan ayam sawan. "Aku sih,yes."

"Aku ngikut aja," sahut Daehwi santai berbarengan dengan Seongwu.

Setelah itu terdengar persetujuan dari yang lainnya. Ada beberapa yang berujar sambil menyeringai. Entah keinginan macam apa yang dikehendaki.

"Kalau begitu sudah diputuskan, yang kalah harus nurutin semua permintaan yang menang. Tidak ada protes maupun penolakan, ok?"tanya Woojin memastikan.

Mereka bersepuluh menyetujui serempak.

"Kalau begitu mari kita buka kartu masing-masing. Semoga kalian beruntung," kata Minhyun meraih kartu bagiannya.

"Loh mana nih, kok gak naroh satu kartu di tengah sih,Jin?" tanya Jihoon.

"Ehehehe, lupa," sahut Woojin cengengesan.

.

.

"Hore! Aku bebas dari hukuman!" teriak Sungwoon seraya menghempaskan kartu terakhir miliknya ke atas meja.

Tiga orang yang tersisa berseru sedih. Woojin mendengus, bibir Jaehwan berkedut-kedut, wajah Jinyoung semakin kelam.

"Aku sih berharap Jaehwan yang kalah," celetuk Daniel.

"Ih, kok jahat gitu, sih? Ngedoain aku kalah," rajuk Jaehwan sambil memajukan bibirnya. Tapi, matanya tetap fokus ke permainan.

Daniel tertawa. "Santai, Jae. Kalau gak mau kalah, ya tinggal buktiin."

"Okay. Aku buktiin," putus Jaehwan dengan ekspresi serius di wajahnya. "Aku pasti menang."

"Hoax. Jaehwan 'kan payah kalau main kartu."

Yang lain hanya geleng-geleng kepala melihat pertengkaran Daniel dan Jaehwan.

"Aku pasti menang, we!" ejek Jaehwan sambil memeletkan lidahnya pada Daniel.

"Ayo kita taruhan. Kalau kamu yang kalah, permintaan dari kami jadi dua kali per orang, gimana?"

Begitu Jaehwan menyetujui, langsung ada seringai di wajah lima orang.

'Kena kau,kak,' batin Woojin.

Tbc


Tes ombak masih banyak yang Cinta Wanna One tidak 😊😊

Wahai kalian penghuni gua rusuhlah di lapak emak yg baru ini 🤣🤣 Aergiaaa clst_jaehwan0527 min-amy

UNO Game Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang