HAPPY BRITHDAY NAYA(SEMU)

41 10 0
                                    


Suasana rumah sangat sunyi, sama seperti malam-malam sebelumnya. Naya sedang membaca buku di tempatnya dengan kaki lurus di tempat tidurnya, punggungnya bersender di atas tempat tidur yang empuk. Cewek itu sudah berganti pakaian menggunakan piyama biru panjang yang ada di lemari nya tadi.

"Naya!!!".

"Happy brithday Kanaya Zahfira Said!, bisa-bisa nya lo ulang tahun pakai piyama". Ucapan itu meluncur dari seorang teman perempuan yang baru saja masuk ke kamarnya dan duduk di sebelah Naya.

"Mangkin tua aja nih!". Bytha menyuarakan kata-kata nya dan duduk di depan keduanya dengan muka senewen. Cewek itu menyodorkan kue dihiasi lilin yang ada di tangannya. Naya kerap kali begitu ketika ulang tahun yang merayakan pasti sahabat-sahabat dan teman-temannya bukan orang terkasih yang ada di benaknya. Naya senang dia tersenyum dan tertawa bahagia tapi matanya terus berbicara menginginkan orang terkasih datang.

"Makasih banyak ya". Setelah selesai meniup lilin angka seventeen yang tertancap di kue ulang tahun itu, Aira mendekati Naya denga sela 5cm saja.

"Sehat selalu ya Nay, tetap jadi wanita tegar yang selalu tersenyum". Diva memeluk sahabat nya yang sudah seperti saudara kandung baginya. "Gue bangga punya temen kaya lo".

"Tetap jadi sebaik lo ya Nay, bukan seburuk mereka. Wishnya dong!". Aira menyatukan kedua telapak tangannya.

Setelah selesai, Kanaya memotong kecil bagian-bagian kue ulang tahunnya yang akan dinikmati bersama teman-temannya.

"Makasih banyak ya Ra, Div. Jadi ngerepotin lo berdua di setiap tahun gue milad". Menyodorkan sepiring kecil dengan serpihan kue di atasnya. "Dimakan keliatannya enak".

"Yaelah!, lebay amat lo Saed. Mending kita gausah kenal dari dulu kalau ulang tahun lo aja kita ga bisa kasih yang terbaik". Aira membalas perkataan naya tanpa nada canggung. "Kita bestie Nay". Aira mengelus punggung Naya pelan tanda persahabatan.

"Nay kita itu sahabatan, mau kaya gimana pun lo itu sahabat gue sama Aira jadi jangan maksa kita supaya ga ngerepotin. Lo sepesial Naya kita saling melengkapi di sini, lo ga sendiri". Diva memeluk Kanaya rindu akan momen-momen bareng sahabatnya terbayar disini.

"Lo berdua emang terbaik".

"Ngomong-ngomong, si Frendika ga kasih lo suprise gitu atau ucapan apa kek". Diva bertanya, perlahan tapi pasti kue yang dimakannya akan habis dua suapan lagi.

"Gue gatau dia kemana Div, tadi sore sih sama gue habis dia anterin gue pulang gak ada kabar". Kanaya terlihat sesekali membuka handphone nya namun tak kunjung ada notif dari Frendika. "Yah... mungkin dia sibuk".

"Lo yakin dia sibuk, curiga dikit ngapa Nay kasia gue lia Lo sabar mulu". Aira memberikan ide cemerlang.

"Uda ah, kita ambil foto funy ya uda lama gue ga post di ig". Naya mengambil instax camera nya yang tersusun di dalam laci.

"123, cekrekkk". Melihat hasil fotonya dan "oke ntar gue tag kalian".

Tak terasa jika sudah berkumpul dengan the geng jam menunjukan pukul 01.40 WIB. Aira dan Diva segera hempas dari kediaman Naya melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Bye Naya!". Aira membuka kaca mobilnya melambaikan tangan dari arah dalam ke luar.

"Byee!". Naya membalas lambaian tangan Aira dan Diva.

Seseorang mengejutkan nya dari belakang, membuatnya sontak berbalik arah dan menemukan bi Asih yang berdiri tepat di hadapannya membawa 1 pack donat dengan lilin yang tertancap menampakkan tulisan
(Love Naya). "Selamat ulang tahun anakku sayang". Bi Asih mencium kening Naya.

"Terimakasih bi Asih, Naya sayang bi Asih. Jangan tinggalin Naya ya bi." Naya memeluk bi Asih Air mata tak tertahankan membasahi baju wanita paruh baya itu.

"Di tiup lilinnya, terus minta wish yang terbaik buat Naya ya nak". Bi Asih membelai rambut hitam pekat wanita 19 tahun ini.

"Bi Asih itu bukan bibi Naya, tapi mama Naya karna dari lahir pun Naya diurus sama bi Asih. Di hari yang menurut Naya bahagia aja mama sama papa gak ada, Frenndika juga gak ada kabar". Kanaya menghapus air matanya dengan tangan balik telapak tangan kanannya. "Cuman bi Asih Aira sama Diva yang sayang Naya".

"Nak, mungkin Tn Abidin dan Ny Masaripa udah nyiapin suprise buat Naya tapi mereka disibukkan dengan pekerjaan mendadak makannya mereka ga sempat kerumah". Bi Asih berusaha menenangkan gadis mungil yang ketika menangis mata dan hidungnya memerah.

"Den Frendika tadi nelfon bibi nanyain kamu, jangan sedih-sedih anak cantik gaboleh nangis". Bi Asih berhasil membuat Kanaya senyum kembali walaupun hati meronta ingin menangis sekencang-kencangnya.

"Mau bagaimanapun juga, Tn Abidin dan Ny Masaripa itu orang tua non Kanaya cari uang juga buat bahagiain non Kanaya". Bi Asih memperbaiki nama kedua orang tua gadis ini yang sudah hampir saja rusak dimatanya. Di hari berbahagia bahkan ucapan lewat messengg pun tidak didapati apalagi mendapatkan ucapan hangat, pelukan, serta ciuman dari mereka, sangat di sayangkan orang kedua yang dianggap penting dalam hidupnya pun juga turut menghilang entah kemana.

Aku gadis yang sedari kecil sudah dipaksa untuk bahagia dan diminta mengerti akan rasa sakit, aku gadis 19 tahun yang sejak usiaku hitungan bulan pun sudah harus memikul hari-hariku sendiri.
Inilah gadis yang memiliki kehidupan semu bertahun-tahun lamanya, aku dijadikan kuat oleh rasa sakitku.

~ Kanaya Zahfira Said ~

Chapt 3
Lanjut ke Chapt 4 ya readers.
Semoga suka👌

FRENNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang