THE THIRD PERSON

47 9 0
                                    


"Masih kangen?". Tanya Frendika pada Feby setelah seharian berkeliling dan menghabiskan waktu jalan-jalan berdua. Perempuan itu kembali ke pelukannya keduanya duduk di dalam mobil Fren, suasana ramai karna disekitar mereka banyak sekali orang-orang yang membeli jajanan di kaki lima.

"Masih". Feby membalasnya dengan wajah super calm.

"Besok-besok kalau lo kangen sama gue jangan telfonin gue kaya tadi ya, gue pasti temuin lo kok".

"Kenapa?". Feby langsung saja bertanya, dari nadanya Feby sendiri seolah-olah marah padahal bukan haknya bertanya seperti itu kepada Fren.

"Kasian lo nya, capek ntar nungguin gue. Tanpa lo telfon juga gue bakalan dateng, gue gapernah bohong kalau gue janji pasti gue tepatin.

"Lo takut banget ya sama si Naya Naya itu?". Tanya Feby, cewek itu membenahi rambutnya yang berantakan.

"Takutlah, gue takut bikin dia sakit hati. Orang dari tamat SMA gue sama dia pacaran, berlanjut di kuliah dan akhirnya pacaran terus sampe sekarang. Dia gaberubah masih sama kaya yang dulu gue kenal, gue yang banyak berubah. Lo tau kan sifatnya Naya?".

Sejak Frendika bercerita padanya, Feby yakin mungkin ada banyak kenangan yang telah terjadi antara Naya dan Frendika dulu. Yang tidak mungkin bisa Feby hapuskan dari hati Fren, yang jelas suatu saat nanti Feby akan membuat Fren lupa sampai Sejauh itu.

"Terus lo sekarang gada niatan buat ninggalin dia demi gue?".

Frendika menggeleng. "Nggaklah, kan gue udah bilang gue gaakan bisa lupain Naya".

Feby menoleh pada Fren. Seharusnya dia sadar betul akan posisinya sebagai orang ketiga, namun cewek itu juga tidak akan membiarkan cintanya hilang dengan begitu mudah dan pergi darinya. Tapi tetap saja Naya itu pacar dan Feby itu orang ketiga, dari nama saja sudah beda. Seharusnya Feby tidak menginjak harga dirinya seperti menjadi parasit di dalam hubungan orang lain.

"Kenapa lo masih sama gue? Lo kan tau gue kaya gimana, kalau gur ngehancurin hubungan lo sama Naya gimana?".

"Selagi Lo ga bikin Naya celaka, gue tetap suka sama lo".

"Terus kenapa lo gak pilih aja antara gue atau Naya?". Tanya Feby membuat Frendika menghela nafas berat tidak tau harus menjawab apa. Bingung lebih tepatnya karna wanita yang ia suka bertanya seperti itu.

"Bingung". Jawabnya ragu-ragu.

Feby tertawa, heran. "Gimana bisa lo bingung? Lo cinta sama Gue tapi gamau ngelepasin Naya. Lo lucu banget jadi orang".

Pertanyaan Feby membuat Frendika bingung dan enggan menatap wajahnya. Laki-laki itu memilih menatap ke arah depan, ada jalan yang sedang dijalani di gelapnya malam. Sangat terasa dingin padahal sudah ada banyak gerombolan manusia di pinggir-pinggir jalan. "Kalau tau gini jadinya mending gak usah gue tanyain ke lo tadi".

"Lagi. Apa yang lo mau dengerin dari gue?".

"Ehmmm...". Feby memikirkan apa yang mau dikatakannya lagi pada Frendika.

"Udah gausah nanya lagi, lo cukup tau gue sayang sama lo. Gausah tau tentang hidup Naya, jangan dekat-dekat dia juga".

"Loh kenapa?".

Fren malah tak menjawab. Membuat Feby penasaran, Fren mengantar Feby pulang kerumahnya. Frendika lalu membuka kaca mobilnya menoleh ke depan memperhatikan cewek itu yang sedang memasuki halaman rumahnya.
"Buruan masuk rumah". "Da!".

"I-iya-iya. Da!".

Cowok berkaos putih polos dan celana hitam itu lalu hilang mungkin sudah pergi dan kembali ke jalan untuk pulang kerumah nya yang ada di kawasan Jakarta Selatan. Jaksel adalah kediaman seorang Frendika Azward.

Chapt 5
Lanjut ke Chapt 6 ya 'gays'.
See you😍

FRENNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang