WAKTU YANG SALAH

36 9 0
                                    


Meskipun berhati lembut dan memiliki sabar diluar batas, Kanaya jugalah manusia yang bisa merasakan sakit dan  menangis saat beradu dengan pikirannya sendiri. Menunggu sesuatu yang tidak pasti akan di dapatkannya pagi ini memang bisa dibilang sudah menjadi salah satu kebiasaannya.

Menuruni anak tangga satu per satu mempertemukannya pada harapan yang hampir lenyap, senyuman kecil tampak mengembang dengan cepatnya. "Mama". Mendekati wanita berkepala tiga itu di tempatnya.

"Selamat ulang tahun putri kecil". Masaripa memeluk gadis yang mematung di hadapannya ini. "Sayang mama minta maaf banget sama kamu, kemarin mama lagi sibuk-sibuk nya jadi ga sempet pulang buat kamu". Raut wajahnya seperti menyesali waktu yang tidak dapat diputar kembali.

"Oh iya, mama beliin mobil baru loh buat kamu. Entar kamu chek sendiri ya sayang". Mengepalkan tangan kanan Kanaya yang sudah terisi kunci dengan pita merah di atasnya.

"Sesuai janji mama di hari ulang tahun aku, kita pergi liburan kan ma?". Kanaya melontarkan pertanyaan singkat membuat Masaripa bingung akan pertanyaan anaknya ini. Proyek yang harus di selesaikannya hanya menyisahkan waktu yang sangat sedikit tidak cukup kalau di habiskan berpergian dengan cuma-cuma.

"Ehmmm... Mama ada meeting sama klien hari ini, kamu bisa pergi sama Aira dan Diva. Mama pergi ya sayang. Da!". Wanita super sibuk ini hanya meninggalkan satu kecupan di dahi sebelum pergi.

Kanaya menerima pil pahit yang harus di telan langsung dari mama nya, di mata mereka harta lebih penting dari pada dirinya. Kanaya meletakkan kunci mobil yg baru saja berpindah alih menjadi miliknya ke sofa, melempar tanpa melihat seperti tidak membutuhkannya. "Cihhh... menjijikkan".

Kanaya menghela nafas berat membiarkan tubuhnya berjalan sesuai arah yang diinginkan, melewati pintu dan  bersiap untuk ngampus pagi ini.

"Ciyeee... yang dapat suprise dari doi nya!".

Tubuh Kanaya tersentak, suara itu mengejutkan nya. Kanaya membalikkan badannya, mendapatkan Aira dan Diva yang telah berdiri di belakang nya dengan tatapan penasaran.

"Apansi Hehe". Cengir Naya tak berdosa.

"Lo pasti di cium sama Frendika?". Lanjut Diva menyindir.

"Gue ketiduran". Ucap Naya santai.

"Ya Allah lo ketiduran?, serius!". Membenarkan posisi duduknya Aira menghadap Kanaya. Penasaran, ingin mendengar kronologis kejadian kemarin malam.

"Panikan bangke!". Kanaya mencondongkan badannya ke tumpuan Aira. "Waktu dia kasih gua suprise ya seneng lah, siapa orangnya yang di kasih kejutan sama pacar sendiri gak seneng. Tapi gue curiga Frendika langsung pergi gitu aja karna dapat panggilan dari nomor ga dikenal".

"Apa jangan-jangan ada yang lagi dia sembunyiin dari lo Nay?". Pertanyaan Diva membuat Kanaya semangkin yakin akan kecurigaannya.

"Lo tau sesuatu Va?, tentang apa yang di sembunyikan Frendika dari gue atau ilang-ilangannya dia selama ini?". Kanaya semangkin dibuat penasaran tapi hatinya seakan lebih memilih cara halus untuk menyilidiki kebohongan Frendika.

"Nih minum dulu". Aira menawarkan Es yang dibelinya tadi di depan pagar kampus. "Biar gak tegang".

"Makasih, Aira baik banget".

"Pas gue kasih minuman doang baiknya?, terus selama ini gue jahat gitu?". menaikkan alis kirinya dengan wajah datar sudah menjadi kebiasaan buruk Aira.

"Lumayan". Koridor kampus dibatasi langsung dengan gedung-gedung tinggi yang menjulang ke langit,  Kanaya membiarkan wajahnya di hempas angin sepoi-sepoi perlahan.

"Gue ngerasa Frendika itu udah banyak berubah belakangan ini". Ketusnya.

"Gue ngerasa dia kaya nyembunyiin sesuatu dari gue, mulai dari cara dia ilang-ilangan sampe dia pergi gitu aja ninggalin gue. Cuman karna telfon yang menurut gue yah sebelumnya dia selalu prioritasin gue lebih dari apapun". Kanaya berbalik arah menghadap kedua sahabatnya Aira dan Diva.

"Gimana kalau lo selidiki dia pelan-pelan Nay, sampe lo nemuin bukti yang pas". Ide dengan waktu yang cukup singkat membuat kanaya meng iyakan tanpa berfikir panjang. Karna yang terpenting baginya sekarang adalah bukti yang kuat sehingga cewek ini mengetahui apa sebenarnya yang coba Fren sembunyikan dari nya.

Toko perhiasan.

Kanaya baru saja ingin masuk ke dalam tokoh buku, ingin membeli novel untuk  menemani nya tidur malam ini. Tapi kembali memundurkan langkah sambil mendongakkan kepalanya ke tokoh sebelah yaitu tokoh perhiasan, cewek ini memundurkan langkahnya karna melihat kemiripan pada seseorang yang tidak asing. Kanaya melanjutkan langkahnya memasuki toko perhiasan Naya sangat yakin kalau itu memang Fren.

Naya dikejutkan dengan tangan yang mendarat di pundaknya secara tiba-tiba.

"Nay, kamu ngapain disini?". Naya berbalik badan dan menemukan Frendika tepat di depannya.

"Ehmmm... a- a- aku mau beli buku". Jawaban Kanaya tampak terbata-bata.

"Bukannya tokoh buku disebelah sana". Frendika mendaratkan jari telunjuknya ke arah famflet toko buku yang tidak jauh dari mereka berdiri.

"Iya tadi aku mampir sebentar, kamu ngapain disini?".

"Beliin novel kesukaan kamu". Kotak berwarna biru muda sukses mendarat di tangan Kanaya. "Kamu boleh buka dan lihat isinya, yauda yuk aku anterin kamu pulang".

"Makasih banyak. Aku suka. Yauda yuk".

"Hampir kehilangan semuanya". Batin dalam hati seketika ikut menyuarakan apa yang dilakukan cowok itu barusan.

Benih-benih rasa penasaran mulai tumbuh di qalbu Kanaya, dengan melihatnya lalu menghilang. Kanaya takut rasa curiga nya selama ini menjadi kenyataan. Mungkin waktu yang salah, tidak mempertemukan Kanaya dengan kebenaran secepat itu.

Hai... 'riders' mangkin gumush ya sama Fren, nampaknya berbohong uda jadi salah satu hal yang sepeleh. Hm kasian Naya gatau apa-apa, berusaha nyari tau tapi lagi-lagi keduluan sama Fren.

Jangan lupa vote ya:)
Kita lihat apa yang bakal dilakuin Fren ya 'teman'. Ingat woi karma tidak semanis kurma 😄

FRENNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang