WAKTU SEGALANYA

37 8 0
                                    

~Saat kau lebih memilih untuk memendam apa yang kau rasa agar tidak merusak suasana. Di saat itu pula kau harus siap menahan rasa sakit mu sendiri~

****

Sepertinya suasana hati Frendika sedang sangat baik, cowok ini sudah lebih dahulu memesan tiket nonton untuk nya dan juga Naya.

"Sayang kita lihat film Romance ya, kamu suka kan?". Ujar Frendika.

"Iya sukalah apalagi bareng kamu, udah lama juga kita ga nonton. Kok kamu baik banget hari ini". Tanya Naya di atas eskalator yang sebentar lagi menghubungkannya dengan pintu Outlet Cinema XXI.

"Lagi rindu aja. Lagian terserah gue la gue kan pacar lo bebas mau ajak lo kapan aja dan kemana aja, lo ga rindu?".

"Jauh dari kata rindu malah, lo sekarang sibuk banget kaya nya". Ujar kanaya lebih tau, mereka menunggu film yang akan di tayangkan sebentar lagi.

"Walaupun gue sibuk, gue tetap maksain meet up sama prioritas gue. Gue janji ga bakal ninggalin lo Naya, gue sayang sama lo". Frendika menggandeng tangan mungil Naya dengan respec, merasa bersalah atas apa yang sudah di lakukannya diam-diam dibelakang Naya.

Bangku-bangku di Cinema XXI sudah tersusun rapi di tempatnya, Fren dan Moza menduduki kursi bioskop bersama dengan dua buah Caramel Bucket Popcorn dan dua buah Coke 32OZ. Film dimulai scane penuh emosi pun ikut menaungi hati Kanaya, Pacar yang memilih pergi demi orang lain seakan menandakan reall live padanya.

"Jahat banget cowonya ya". Ujar kanaya tak menoleh pada Fren, menelan satu  persatu popcron yang hampir habis di tempatnya. "Lagian cewenya udah gak menarik lagi, makannya cowonya selingkuh". Jawab Frendika.

"Ya ga bisa gitu dong". Kanaya mengubah posisi duduknya memutar kepalanya ke sebelah kanan menghadap Fren.

"Ga semua cowok kaya gitu, tapi tenang aja aku termasuk yang kaya gitu ehehe". Cengiran tak berdosa tampak pada cowok ini, Kanaya dengan gumush mencubit perut Fren yang menahan tawanya. "Ih apansi kamu, gatau ah males".

Dua jam berlalu, film selesai. Fren menggandeng tangan Kanaya tidak mau lepas mirip seperti akan menyebrangi jalananan yang ramai.

"Kamu nggak malu dilihatin orang. Ntar dari belakang di teriakin lo bucinnn... gitu". Ujar Kanaya.

"Biarin, aku teriakin balik. Iri bilang bos". Menjawab dengan santuy nya tidak membuat Frendika menoleh ke arah orang-orang di sekeliling yang memperhatikan, mereka lebih memilih melanjutkan langkahnya keluar dan pergi ke Holiday Runner.

Dari kejauhan tampak lampu berwarna-warni memenuhi lapangan yang terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin mengunjunginya. Tersedia wahana dari yang clasicc hingga yang extrim, sepertinya Fren memilih untuk bermain ketangkasan. Karna Naya menginginkan salah satu hadiah mungil dari permainan ini.

"123, yahhh... ". Setelah bermain dua sampai tiga kali, sepertinya masih tidak terlihat detik-detik kemenangan akan diraih oleh Fren. Jam alaram elektronik berwarna kuning juga nampaknya tidak di takdirkan menjadi milik Kanaya.

Kanaya menarik tangan Fren, mengajaknya pergi meninggalkan permainan yang penuh ketidak pastian mencari permainan lain yang mungkin akan lebih menguntungkan . "Sayang kita kesana aja yuk, aku mau beli harum manis".

"Mas saya beli aja jam nya, berapa?". Tanya Frendika mengeluarkan dompet dari saku celana miliknya. "Aduh mohon maaf mas, ini tidak dijual". Ujar penjual pemain ketangkasan memberika instruksi jam itu hanya boleh dimiliki oleh pemenang dalam permainan.

"Buat pacar saya". Meletakkan 3 lembar uang seratusan di meja permainan. "Masih kurang?". Tanya Fren ketus.

"Yaudah ini buat mbaknya". Penjual permainan ketangkasan memberikan jam berwarna kuning cerah kepada Naya.
"Kembaliannya mas?". "Udah ambil aja". Penjual permainan ketangkasan menggelengkan kepalanya, salut masih ada anak muda yang rela melakukan apapun demi orang terkasih.

Kedinginan malam mulai terasa orang-orang sudah banyak berhamburan entah itu pulang atau melanjutkan perjalanan, setelah membeli harum manis. Dijalan Fren berpapasan dengan seseorang, kepalanya berputar 90°. Tanpa perasaan curiga Naya ikut melihat ke arah sumber yang tak jelas itu. "Kamu ngelihatin apa?".

"Sayang". Panggil Naya.

"Sayangggg....". Teriakan Kanaya memudarkan pandangan Frendika, cukup keras hampir membuat gendang telinganya pecah. "I-i-itu". Jawab Fren ragu-ragu.

"Itu apa, kamu lihatin siapa?". Ujar Kanaya. "Nggak itu tadi mirip Micko".

"Oh... tapi dia kan lagi sakit, massa keluyuran tengah malam gini". Fren lupa Micko libur ngampus karna sakit kepala tiga hari yang lalu. "Ehm iya itu maksud gue, ntar coba gue tanya ke dia".

"Yauda yuk". Lanjutnya.

"Yuk".

Tanpa menaruh rasa curiga karna di selimuti rasa bahagia, Naya lupa bahwa mungkin telah terjadi sesuatu tadi yang tidak di sadarinya. Pergi bersama Frendika selesai, cewek ini sudah mengganti pakaiannya piyama pendek biru muda dengan rambut tergerai bebas menampakkan senyum ceria bersiap sebelum bermimpi.

Frendika(dm): " Good Sleep my mine".

Kanaya(dm): "my prince's sweet  
                         dreams".

"Seperti jam di setiap detikannya
Seperti jantung di setiap detakannya
Dan seperti aku di tiap-tiap perasaanku
Yang mustahil bisa merubah implus dan nurani seseorang agar tetap mencintai ku seutuh nya dan membiarkan aku hidup dengan cintaku di hatinya.
Ketika kau mencintai seseorang, seberapa lama bahagia atau bahkan bertengkar malah membuat perasaan mu semangkin besar untuknya
Maka kau juga harus rela suatu saat perasaanmu di tiadakan paksa di hatinya.
Entah karna rasa bosan atau memilih mencintai orang lain".

~KANAYA ZAHFIRA SAID~

Oke 'Readers' setianya FRENNAYA, aku bakal Update kembali ya setelah Chapt ini😍
Semoga suka:)

###Btw siapa ya yang ada di Holiday Runner, ganggu orang lagi bucin aja wkwk###

#Jangan lupa Vote nd Comen💕

FRENNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang