1. Waka Kesurupan!

26 4 8
                                    

<<SEO P.O.V>>
Akhir-akhir ini Waka sangat berisik. Tiba-tiba saja dia bilang menyukaiku. Lalu dia mengulang-ulangnya terus.

"Seo senpai," Waka memanggilku dari balik pintu gudang olahraga. "Aku menyukaimu."

Tadinya aku mau membantunya mengambil bola basket, tapi kata-katanya itu membuatku lari.

Kemudian saat berlatih di lapangan basket. Dia juga mengatakan hal yang sama. "Senpai, aku menyukaimu." Dia pun membuatku keseleo.

Ya ampun, apa-apaan bocah itu?!!

Suatu siang di kelas, di atas kursiku, aku terdiam dan berpikir.

"Yuzuki, kenapa?" tanya Sakura Chiyo, teman sekelasku sekaligus bucinnya Nozaki.

"Sakura," kataku. "Aku kepikiran Waka terus."

"Eh?" Sakura pun bergegas duduk di kursi depan mejaku. Wajahnya memerah. "Hirotaka Wakamatsu kelas satu?"

Aku mengangguk.

"Apa dia yang dulu memberimu hadiah sarung tangan?" Sakura kelihatan bersemangat.

Aku juga mengangguk.

"Memangnya ada apa lagi, Yuzuki?"

Kugaruk kepalaku. "Entahlah. Dia bertingkah tidak seperti biasanya. Kayaknya dia lagi sering kesurupan."

"Ehhh???"

"Dia membuatku takut tau," kataku.

"Memang kesurupan gimana?" tanyanya.

"Waka terus-terusan bilang kalau dia menyukaiku," jawabku.

Di hadapanku Sakura membekap mulutnya sendiri. Wajahnya semakin memerah seperti tomat. Matanya berkaca-kaca.

"K-kau kenapa?" tanyaku takut kalau-kalau setan yang merasuki Wakamatsu sekarang pindah merasuki sahabatku.

Sorenya selesai latihan basket dan hanya tinggal kami berdua di halaman sekolah...

"Waka," panggilku pada bocah berambut ungu itu.

"Ya, senpai.." senyumnya.

Kau tau apa? Saat dia menjawabku, sesuatu yang berbunga-bunga bermunculan di sekitarnya. Aura itu semakin membuatku ketakutan. Walaupun begitu, aku tidak boleh menampakan kelemahanku di depannya. Aku ini senpainya. Aku harus menyelamatkannya!

"Hei. Aku tau kau bukan Waka," kutunjuk hidungnya dengan jari telunjukku. "Enyahlah kau, setan! Atau aku akan menyeretmu ke dukun!"

"Eh... S-senpai," sosok Waka di depanku mulai terbata-bata.

"Ah, tunggu dulu!" kurogoh tasku dan kulemparkan serangan bawang putih padanya. "Kembalilah Waka!" seruku.

"Aw! Senpai!" sosok Waka nampak kesakitan. "Aw! Aw!" Dia pun berusaha lari dariku.

"Hahaha!! Rasakan kau setan! Enyahlah dari tubuh bocah malang ini! Ahahaha!!" kukejar sosok yang kesakitan itu sampai ke luar sekolah.

"Hosh.. hosh... " kulemparkan bawang putih yang tersisa di tasku.

"Ack!!" tembakan kali ini pun tepat sasaran.

"Waka.. hosh.. sadarlah!"

"Hosh... Harusnya.. hosh... Seo senpai.. hosh... yang.. hosh... sadar dengan perbuatanmu sendiri! Hoeeeekk!!!" Waka yang ada di depan menepi dan muntah ke selokan.

"Hahaha!! Bagus! Tinggalkan tubuh malang ini, setan!!" kulempar bawang putih terakhirku. Tembakan itu pun tepat mengenai tengkuk Waka dan membuatnya memuntahkan lebih banyak lagi.

...

<<WAKAMATSU P.O.V>>

Seo senpai melemparkan sebotol air mineral kenpangkuanku. Cewek berandal itu pun duduk di sampingku.

"T-terimakasih.." lirihku.

Tadi itu benar-benar bencana. Seo senpai menggila tanpa alasan sambil memaki dan melempariku dengan bawang putih. Tapi aku lega karena sekarang Seo senpai sudah tenang.

"Ahh!!" suara Seo senpai. "Gila banget setan yang udah ngerasukin kamu selama ini.. larinya kenceng banget!"

"Eh?? Apa?" tanyaku. Kenapa sih sedari tadi dia menyebut setan melulu?

"Kau.." telunjuk Seo senpai menyodok-nyodok kepalaku, "...dari kapan hari kesurupan, Waka."

"Hah?!!" aku bangkit dari kursi taman.

"Kau terkejut kan? Tenang saja. Aku sudah berhasil mengusir setannya," Seo senpai memberiku sebuah kedipan yang samasekali tidak imut.

"K-kenapa senpai bisa mengira aku kesurupan?" tanyaku.

Seo senpai tidak langsung menjawab. Dia menenggak minumannya sampai habis, meremas botolnya, kemudian melemparkan tepat sasaran ke tong sampah jauh di belakang kursinya.

"Karena kau bilang kau suka padaku," katanya dan bisa kulihat pipinya bersemu merah.

"Seo senpai..." lirihku.

"Hahaha! Aku sudah tenang sekarang karena setan itu sudah keluar dari tubuhmu, Waka." Seo senpai nampak gembira.

"Hehehe," aku cuma dapat garuk-garuk kepala melihat tingkahnya yang semakin hari semakin aneh saja. Jadi dia tidak menanggapi semua pengakuanku dengan serius, ya?

"Oke. Karena kau sudah kembali, aku mau pulang." Seo senpai beranjak dari kursi.

"Eh.. Anu... Tunggu, senpai!" kataku cepat-cepat sebelum dia melangkah.

"Hm?" wajahnya bertanya-tanya.

"Sebenarnya..." aku mulai ragu untuk meneruskannya.

"Cepat, Waka. Aku tidak mau melewatkan bistik jumbo untuk makan malamku," katanya.

Baik. Akan kunyatakan lagi perasaanku padanya dengan serius.

"Seo senpai, aku beneran suka padamu."

Aku mengatakannya!

Mata Seo senpai melebar. Perlahan dirinya bergerak membuat sikap kuda-kuda.

"Ternyata kau masih di dalam tubuhnya," suara Seo senpai mendadak lebih dalam dan tajam.

"A-apa?"

"Kau mau kuseret ke dukun, hah?" Seo senpai semakin menakutkan.
"Segitu senengnya ya kau di tubuh bocah ini?"

" Ah, s-senpai.. Kau salah sangka... Aku beneran naksi-" ujarku berusaha meluruskan masalah ini sebelum Seo senpai melayangkan tinjunya ke perutku.

...

"Bertahanlah, Waka!" Seo senpai menepuk-nepuk punggungku. "Keluarkan semuanya tanpa sisa supaya dia tidak kembali ke tubuhmu."

"Hooooooeeeekkk!!!"

Aku tidak kesurupan. Yang kesurupan itu kau, Seo senpai!

<<Bersambung>>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wakamatsu Kerasukan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang