15*

638 70 7
                                    

Nayeon keluar dari teater bersama Jeongyeon sambil tersenyum senang. Sedangkan Jeongyeon malah sebaliknya. Wajahnya ia tekuk sepanjang film diputar hingga keluar.

"Setelah ngeliat langsung, emang bener kata orang. Ganteng bangeeeet."

"Setelah ngeliat langsung, emang bener kata orang. Lo gila." Ejek Jeongyeon yang langsung mendapat pukulan dibahunya.

Selama didalam, Jeongyeon hanya bisa geleng-geleng kepala. Nayeon yang ia kenal ternyata sangat berbeda di luar akademi.

Keadaan makin diperburuk saat tau posisi duduk mereka benar-benar disamping para pemain film. Udah deh tuh Nayeon jerit-jerit kayak cacing kepanasan. Nayeon yang jerit, kenapa Jeongyeon yang malu ya?

"Makasih banyak ya, Jeong." Ucap Nayeon tulus sambil menikmati eskrimnya. "Berkat lo, gue bisa dateng kesana."

Ditemani suasana kota pada malam minggu, setelah makan malam, mereka langsung berjalan pulang ke asrama.

"Hm."

Nayeon tertawa kecil melihat wajah kesal Jeongyeon. Lucu.

"Btw, kalo gak ikut gue kesini emang lo mau kemana?"

"Ck, lo sama Momo tuh bisa gak sih makan lebih bersih dikit?" Bukannya menjawab pertanyaan Nayeon, Jeongyeon justru menghentikan langkahnya hanya untuk membersihkan jari Nayeon yang penuh lumeran eskrim.

"Ngerepotin tau gak."

Deg deg deg

Tubuh Nayeon langsung bereaksi saat mendapat sentuhan Jeongyeon. Belum pernah ia sedekat ini dengan Jeongyeon.

Namun sayangnya Jeongyeon merusak segalanya.

"Ihh Jeongyeon sialan! Kenapa ngelapnya ke baju gue sih!"

Bener-bener emang Si Jeongyeon.

Gagal deh kayak di drama-drama romantis. Bubar guys, pembaca kecewa.

Jeongyeon malah tertawa keras setelah puas menjahili gadis bergigi kelinci itu. "Gue gak punya tisu, Nay."

"Bodo!"

Nayeon menghentakkan kakinya sebelum berjalan meninggalkan Jeongyeon.

"Eh belum selesai gue bersihinnya!" Teriaknya seraya mengejar Nayeon.

"Apaan sih?! Lepasin! Ngeselin tau-"

Deg deg deg

Kalimat Nayeon tertahan di kerongkongan saat mengetahui jarinya sudah berada di mulut pria dihadapannya. Aksi itu sukses membangunkan kupu-kupu didalam perutnya.

Seperti terhipnotis, tatapan mereka saling bertemu mengunci satu sama lain. Untuk pertama kalinya ia melihat Jeongyeon bukan sebagai rival. Melainkan sebagai orang dengan pribadi yang hangat.

"Gak tau. Gue cuma mikir rencana jalan sama lo doang soalnya." Jeongyeon menjawab pertanyaan Nayeon yang tertunda dengan lembut.

Hiya hiya hiya.

Jeongyeon yang pertama kali memutus kontak mata mereka. "Gue beli tisu dulu bentar."

"Pasti muka gue merah banget kayak orang bodoh." Nayeon langsung merutuki dirinya sesaat setelah Jeongyeon masuk minimarket terdekat.

Sejak kejadian itu, mereka menjadi lebih dekat. Jika sebelumnya Jeongyeon sangat jarang pergi ke tempat bagian perempuan, kini menjadi sering. Dulu ia akan datang jika diperlukan atau memang ada perlu dengan Momo saja.

"Hiii senyum-senyum sendiri. Diapain aja lo sama tuh Dilan?" Jihyo datang membuyarkan lamunan Nayeon.

"Hah? G-gak diapa-apain kok." Jawab Nayeon gagap. Sejak tadi ia menggigit jari tempat bekas lelehan eskrim.

Mission Impossible: Protect the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang