17

617 80 8
                                    

"Saya pembunuhnya."

Semua terdiam tak terkecuali Daniel yang berada di ruang pengawas.

Memori itu kembali muncul di benak Jeongyeon. Ketika ia bertemu JYP di rumah sakit. Pria itu seperti malaikat penolong baginya. Saat itu.

"Yoo Jeongyeon..?"

Jeongyeon yang tertunduk lemas di lorong tunggu pasien mengangkat kepalanya. Sejak tadi ia menunggu keadaan neneknya yang tidak kunjung membaik dengan mata sembab.

Ia juga berpikir bagaimana cara agar ia bisa membayar biaya pengobatan neneknya.

"Anda mengenal saya?"

"Benar kamu ternyata. Aku sudah mendengar banyak hal tentang kamu salah satunya adalah kamu anak paling berprestasi di akademi kepolisian."

Jeongyeon semakin bingung. Ia kemudian melihat keadaan sekitar. Sepi. Hanya ada dia dan JYP.

"Ikut dan bekerjalah denganku. Aku akan menjamin kehidupanmu dan juga nenekmu."

Jeongyeon tentu tidak serta merta mau menerima tawaran itu. Justru yang ada ia berpikir untuk menolaknya.

"Kalo kamu gak mau juga gak papa." JYP menatap nenek Jeongyeon yang terbaring lemah dengan bantuan banyak alat medis dari luar kamar.

"Tapi pikirkanlah keadaan nenekmu. Apakah tidak miris melihatnya yang seharusnya sudah dioperasi namun tidak bisa karena terhalang biaya?"

Jeongyeon mengikuti arah pandang JYP. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain. Neneknya adalah keluarga satu-satunya yang ia punya sekarang. Ia tidak mau kehilangan itu.

Jeongyeon pun... menerimanya.

Ia keluar dari kepolisian atas perintah dari JYP dan memulai pengabdiannya.

"Mereka ada di tempat kejadian waktu saat transaksi senjata kita." Jackson menyerahkan foto sepasang suami istri pada JYP. "Sepertinya mereka dari aparat pemerintah, kita perlu hati-hati, sir. Mereka bisa jadi serangga pengganggu di bisnis kita."

Jeongyeon yang saat itu juga berada disana, melihat foto itu. Foto yang sama dengan foto yang ditunjukkan oleh Nayeon padanya.

"Jeong, kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan? Singkirkan semua serangga yang mengganggu sarang lebah."

Jika dari awal ia tahu ia harus membunuh orang yang seharusnya menjadi mertuanya, tentu ia tidak akan menerima tawaran itu.

Namun Jeongyeon hanya bisa menyesalinya. Ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah memaafkan dirinya lagi.


.

.


.

"Karena itu, gak ada yang bisa aku lakuin selain menghilang sejauh mungkin dari kamu, Nay." Untuk pertama kalinya gaya bicara Jeongyeon pada Nayeon berubah.

"Melihat diriku yang sudah tertangkap basah sekarang, tidak ada alasan lagi untuk menutupinya. Toh orang yang aku perjuangkan sudah tidak ada."

Mission Impossible: Protect the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang