LSIH (4) - 5. Memories from the Heart 💚

6.8K 601 115
                                    

 
"Aku tidak takut doaku ditolak.
Tapi aku takut bila tidak diberi hidayah untuk berdoa"

~ Umar bin Khattab ~

    "Mm...Maaf..." akhirnya keluar juga perkataan tersebut dari bibir Husna.

     Dokter lelaki yang kelihatan masih muda itu pun hanya tersenyum dan mengangguk. Sudah biasa terjadi tabrak menabrak di IGD. Karena suasana crowded dan ruangan yang tak terlalu besar serta kepanikan membuat beberapa yang ada di tempat tersebut bertabrakan.

      Ia pun buru-buru melewati lelaki berjas putih yang Husna tebak pastilah dokter jaga yang hendak memeriksa Fira.

Hufjht...

      Husna sejenak menghirup udara segar di pelataran IGD rumah sakit. Husna mengucek mata yang diakuinya sudah sangat lelah dan mengantuk. Bahkan dari dua mata beningnya sudah keluar air karena berusaha kuat menahan kantuk. Mungkin karena itu pula yang membuat dia seperti berhalusinasi, salah mengidentifikasi lelaki yang tadi ditabraknya. Bodohnya ia seperti tersihir memandang lelaki berjas dokter  yang ditabraknya tadi. Ia seperti melihat sosok yang lain dengan jas dokter yang sama.

Astaghfirullah Ya Rabb....kenapa aku jadi halu begini, tak mungkin juga ia ada di kota Malang.... gumam Husna merutuki kehaluannya sendiri.

      Telah hampir setengah tahun lamanya Husna berusaha keras mengusir pikiran tentang Nizam. Segala kesibukan telah ia jalani. Meski bukan semata ingin mengisi waktunya dengan amalan bermanfaat plus berpahala, lebih jauh lagi ia memang ingin segera mengusir bayangan Nizam dari pikirannya. 

     Sampai detik ini pun Husna belum pernah mendapatkan kabar secuil pun tentang Nizam. Belum dapat atau memang ia sendiri yang tak mau tahu tentang kabar lelaki itu. Bisa saja ia bertanya pada kakaknya setelah tahu fakta bahwa Nizam ternyata adalah sahabat dekat Taqi sejak sekolah menengah atas.  Tapi peluang itu tak digunakan Husna. Kala berangkat menuju Malang, hanya ada satu tekad yang ingin ia raih, tekun kuliah dan lulus terbaik di jenjang S2 nya. Tentu saja Husna harus lebih serius, karena ia menempuh jalur beasiswa untuk mendaptkan gelar magisternya.

Ya Ra.bb....ampuni aku...kenapa tadi seperti melihat dia....kembali Husna merutuki lamunannya tentang Nizam. Pastilah Nizam kini mungkin sudah berbahagia, menikah atau apa, Husna mencoba tak menganggap penting.

      "Mbak...gimana Fira?" Teguran Jihan membuyarkan lamunan Husna tentang Nizam.

      Husna memandang Jihan sedikit bengong.

     "Ah iya Fira...yuk Han kita lihat lagi. Mbak tadi pingin muntah berada di sana" jawab Husna sambil menarik tangan adik Kanaya tersebut untuk ikut masuk.

💕💕

       Menempatkan Ar Rahman sebagai satu-satunya sandaran serta tujuan seringkali terdemgar sebagai tausiyah indah menyejukkan. Lillahita'alla. Satu kata sederhana sarat tanggungjawab.

     Menyingkirkan segala sesuatu yang bisa menggelincirkan tiap amalan yang diakukan selain hanya pada Lillah. Mencoret segala godaan yang sering menyusup tanpa terasa hendak membuat sebuah amalan menjadi sia-sia.

     Begitu banyak orang yang telah kehilangan pahala amalannya namun tidak ia sadari. Mengekspose amalan ibadah yang semestinya tak perlu juga terus menerus di kabarkan.

Love Story in Hospital 4 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang