LSIH (4)- 10. Because of Taste 💚

6.3K 531 66
                                    

      "Tidak diterima ucapan tanpa perbuatan, tidak akan lurus (benar) ucapan dan perbuatan tanpa niat, dan tidak lurus (benar) ucapan, perbuatan dan niat, kecuali dengan mengikuti Sunnah Rasulullah"

~ Imam Sufyan Ats-Tsaury ~

       Katanya menikah itu adalah ibadah. Menikah itu memberi ketenangan. Al Khaliq akan menambahkan rezeki pada insan yang mau mengikatkan diri pada ikatan suci pernikahan.

     Semua tentu saja ingin menikah hanya sekali seumur hidup. Tentu dengan orang yang memang ia sayangi dan sebaliknya, juga menyayanginya. Karena jika sejak awal menikah hanya karena terpaksa dari satu pihak, maka yang ada hanyalah lelah dan jalan di tempat. Sulit tercapai sakinah, mawaddah dan rahmah. Karena sejatimya ketiga hal tersebut tercapai karena adanya saling ridlo, menyayangi dan saling menyempurnakan.

      Menurut Imam Qurthubi dalam tafsirnya, rasa sakinah atau ketentraman dalam rumah tangga yang dirasakan suami istri terlahir dari mawaddah , rasa cinta kasih yang terlahir dari sifat lahiriyah dan rahmah, kasih sayang yang bersifat batiniah dari sang suami. Karena itulah Rasulullah dalam sunnahnya menganjurkan untuk melihat calon istri atau nadzar, agar timbul rasa kecenderungan yang menumbuhkan benih cinta dan sayang. Agar tak menyesal di kemudian hari.

     "Sudah siap Ais?"tanya umi Namira ketika menantunya itu sudah berdiri dengan penampilan rapi di ruang tengah.

    "Sudah mik...berangkat sekarang?"

    "Iya yuk...."ucap umi Namira sambil memandang Aisyah dari atas sampai bawah.

    "Kenapa umik? Ada yang salah?" Aisyah nampak kikuk dipandang seperti itu oleh ibu mertuanya.

   Umi Namira tersenyum simpul.

    "Cantik sekali anak umi..." puji Umi Namira melihat penampilan istri putranya itu.

    "Ih umik...Aisyah kira, Ais salah kostum...ayuk mik berangkat" Aisyah menggamit lengan ibu mertuanya itu.

    Setelah hampir setengah tahun menjadi menantu dan tinggal di rumah keluarga ustadz Jauhar, Aisyah memang sudah seperti anak kesayangan buat umi Namira dan ustadz Jauhar. Apalagi putri mereka sendiri, Husna sedang menuntut ilmu di kota lain. Sehingga kehadiran Aisyah yang kebetulan sekali seumuran dengan Husna seolah sebagai pengganti. Sebaliknya, Aisyah pun merasakan kasih sayang yang melimpah dari kedua mertuanya. Seolah mereka pengganti papa dan mamanya di Malang. Memang sang Rabb akan selalu menghadirkan sosok yang akan selalu bisa mewakili kasih sayang, meski bukan dari orangtua sendiri. Bukankah memang salah satu fungsi menikah adalah semakin memperbanyak kasih sayang, saudara dan kekerabatan dalam naungan rahmah Allah. Jika dulu hanya memiliki sepasang orangtua, kini memiliki dua pasang. Indah bukan.

     "Sudah dipasang seatbelt nya mik?"Aisyah menoleh ke arah umi Namira.

    Umi Namira hanya tersenyum dan mengacungkan ibu jari pertanda sudah siap dengan seatbelt terpasang sempurna.

    Sejurus kemudian Aisyah pun menjalankan CRV putih milik mertuanya itu. Sabtu pagi menuju siang ini ia akan menemani umi Namira untuk mengisi tausiyah atas undangan sebuah komunitas perempuan.  Jamaah Penyejuk Hati Suami, begitu nama komunitasnya. Aisyah sempat tertawa geli demi mendengar nama komunitas yang mengundang ibu mertuanya itu. Ia berharap bertemu para wanita yang benar-benar bisa membuat suaminya sejuk.

Love Story in Hospital 4 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang