#eps 2-kehilangan kasih sayang ayah

45 6 1
                                    

Suatu ketika dimana ayah kecewa padaku. Karena kondisiku yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, menjadi anak yang berbeda dimata ayah.

"mengapa Gaby terlahir cacat seperti itu?!" ayah menunjukkan jari telunjuk ke arahku.

Bunda menenangkan ayah yang tak mengontrol emosi didepanku.
"Sudah ayah sudah.." bunda terisak.

"Mengapa anak yang kita bangga-banggakan malah cacat seperti ini!?" bentak ayah.

Bunda menangis tersedu-sedu, sembari menutup wajahnya dengan tangan.
"Yang sabar ayah.. Tuhan yang menakdirkan ia seperti itu. Ini cobaan untuk kita yah, yang sabar..."

Disitu, aku tidak mengerti mengapa mereka bersikap seperti itu. Aku tidak paham.

Kini tergambar sosok ayah dimataku sungguh mengerikan..wajah yang memerah, mata yang membentuk bulat melingkar. Sekarang sedang memandangiku dibalik pintu kamar. Itu bukan ayah, itu bukan ayah...
Aku takut bunda...

5 tahun kemudian.......

Bunda sangat sedih melihat nasib anaknya, sepertiku yang tak seperti anak-anak pada umumnya, aku.. tidak bisa mendengar..aku berbeda...

---


Hari ini, hari pertamaku masuk sekolah SD. Kini aku berumur 7 tahun, bunda yang selalu mengantarku ke sekolah.

Bunda memberikanku notes kecil agar aku bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan baik.

"pakai ini ya nak, kalau kamu ingin mengucapkan sesuatu kepada temanmu, tulis disini. Mengerti nak?" kata bunda sambil mengusap kepalaku.

Pagi hari, saat hendak ingin pergi untuk mengantarkan aku sekolah, bunda pamit kepada ayah yang sedang membaca koran di teras atas rumah.

"yah, bunda antar Gaby ke sekolah dulu.." ujar bunda sambil menyodorkan tangannya ke arah ayah untuk pamit.

"terserah, bukan urusanku dia bukan anakku, itu hanya anakmu.. Aku tidak punya anak cacat sepertinya" sahut ayah dengan tatapan tak peduli.

Seketika hatiku hancur berkeping-keping mendengar ucapan ayah yang barusan saja ia lontarkan didepan bunda. Aku mendengarnya dari balik pintu.
Air mataku langsung menetes,aku tak berdaya. Tubuhku melemas akibat ucapan ayah.

"Ayah sungguh keterlaluan!" sahut bunda sembari mengajakku keluar rumah.

BRRMMM....
Saat dimobil, bunda berbicara kepadaku tentang rencana ingin mendaftarkanku di sekolah umum.

"nak, bunda mau kamu sekolah di sekolah umum, kamu bersedia?"

"b-e b-e s-e d d-i a u-n d a" aku menjawab dengan nada terbata-bata.

Tapi apa mungkin, Dengan kondisiku yang seperti ini aku bisa masuk sekolah umum.

Akhirnya, saat tiba disekolah.. Bunda meminta kepada kepala sekolah agar aku diterima disekolah itu. Namun aku ditolak karena harusnya anak cacat sepertiku harus sekolah di sekolah luar biasa (SLB).

Bunda memohon, sangat memohon.
"tolong pak, beri kesempatan anak saya sekolah di sini." dengan mata berkaca-kaca.

"maaf bu, tapi maaf putri ibu tidak kami terima." jawab kepala sekolah.

Akhirnya, bunda membawaku ke SLB agar aku dibimbing sesuai kemampuanku disana.

Selama 6 tahun aku belajar dan diajari bagaimana caranya berkomunikasi yang baik, bagaimana caraku untuk mengisyaratkan kata-kata yang dengan bahasa isyarat.

10 tahun berlalu...

Kini, aku sudah dewasa, usiaku sudah 17 tahun. Dan bunda menyekolahkanku di SMA umum. Kepala sekolah menyetujui aku masuk kesana karena kemampuan aku berfikir, aku termasuk anak yang cerdas dibanding yang lainnnya.

Aku pikir aku bahagia disana sama seperti aku di sd dan smp dulu.
Namun, realitanya berbeda..sungguh jauh berbeda.

Disana aku dibully oleh teman-temanku, mereka menyakitiku, mengejekku. Aku tersiksa.

Aku Gadis yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang