"Receh? Sorry, sini punyanya rupiah"-Chenle Holkay (di iya-in ajah yah gaess :v)
Berisi apa aja yang bahas tentang nct dream.
Sorry gue ga pinter lawak, mungkin banyakan nge-gosip :v
Manfaat work gak bermanfaat ini:
-buat seneng-seneng
-tempat gue...
Keringat mengucur dari keningmu. Entah sudah berapa kali kamu mondar-mandir di depan pintu operasi sambil menggigiti jari. Perasaanmu sedang tidak tenang. Harap-harap cemas menunggu seseorang sambil sesekali mengelus perutmu yang mulai membesar.
"Y/n, kau harus istirahat," ujar Mama kamu sambil mengelus pundakmu.
"Aku tidak bisa istirahat, Ma. Aku, aku tidak bisa." kamu memijit kening.
Mama menuntunmu duduk di kursi lalu menyodorkan sebotol air mineral. "Mama tahu kau sedang risau. Tapi apakah kau tidak kasihan dengan bayimu? Setidaknya, minumlah dulu."
Kamu menerima botol minum. Jujur saja, kamu sangat haus. Tapi kerisauanmu jauh lebih besar daripada rasa haus itu.
Kejadian yang menimpa calon ayah dari anak di kandunganmu--Renjun--membuatmu seketika lemas saat pertama kali mengetahuinya. Kamu sempat tak sadarkan diri beberapa menit.
Tepat saat kamu selesai memasak untuk makan malam, kamu mendapat telepon dari kantor polisi. Mereka bilang kalau Renjun menjadi korban tabrak lari. Dan itu membuatnya mengalami gegar otak, sehingga ia harus menjalani operasi malam ini juga. Belum lagi luka-luka di sekujur tubuhnya.
Kamu terisak saat teringat senyum Renjun sebelum ia berangkat kerja pagi tadi. Saat itu ia masih sehat bugar dengan senyum candu nya. Kamu merasa sangat tertekan.
"Sudahlah, jangan terlalu ditangisi. Dokter pasti berusaha yang terbaik untuk suamimu," ujar Mama lembut.
Mama mengeluarkan kotak makan dari tasnya. "Makanlah, kau belum makan malam ini. Setelah itu bergegaslah tidur. Kau tidak boleh kelelahan."
Kamu menggeleng lemah. Melihat itu, Mama menggenggam tanganmu yang basah karena keringat dingin. "Jangan egois, bayimu juga membutuhkanmu."
Kamu sempat berpikir. Bagaimana bisa kamu setega ini dengan anak sendiri? Jika di dalam kandungan saja kamu masih tidak memperhatikannya, bagaimana saat ia lahir kelak?
Kamu mengumpat diri sendiri. "Calon ibu macam apa aku ini?" gumammu bersamaan dengan air mata yang mengalir.
"Sudah jangan menangis. Mama tidak bermaksud begitu padamu," ujar Mama merasa bersalah.