Kisah pertemuan sekaligus percintaan antara Hyerin dan Jungkook dimulai sejak mereka di hukum. Cobaan didalam hubungan mereka perlahan datang satu per satu, akankah mereka bisa melaluinya bersama?
Kepo ya? Yuk dibaca jangan lupa vote yak💫
•start :...
Mata Hyerin masih tertuju dengan kasur yang hanya ada satu saja, sontak Hyerin langsung menatap ke arah Jungkook dan membuatnya sedikit bingung.
"Apa kau menyuruhku untuk tidur di sofa lagi?" tanya Jungkook sembari menunjuk sebuah sofa yang tak jauh dari kasur.
"Tidak keberatan kan?" jawab Hyerin.
"Aku tidak mau!" Keluh Jungkook.
"Tidak mungkin kita tidur bersama? apa kau gila!"
"Memang kau tidak mau tidur bersamaku?" goda Jungkook.
"Bagaimana kalau kau melakukan sesuatu kepadaku?"
"Tingal beri batas selesai kan?" jawabnya sesimple itu.
"Kalau kau melewatinya bagaimana?"
"Kalau kau tidak mau, kau saja yang tidur di sofa!"
"Baiklah, awas saja kau melewati batasnya" cibir Hyerin.
Setelah deal dengan memberi batas satu sama lain, akhirnya Hyerin langsung melangkahkan kakinya keluar menuju balkon untuk menikmati suasana dan pemandangan yang sangat cantik sekali. Bahkan semua pemandangan ini bisa dilihat jelas walaupun hanya didalam kamar, karena kamar mereka tepat menghadap ke arah pantai. Tanpa Hyerin sadari, sebuah tangan yang penuh dengan urat menonjol melingkar di tubuhnya.
"Jungkook, apa denganmu?"
"Apa kau belum terbiasa ?"
"Iya"
"Kalau begitu bagaimana kalau sebelum ke pantai, kita makan dulu?" tawar Hyerin.
"Kau lapar?" Tanya Jungkook.
"Iya"
Tak berselang lama, mereka langsung pergi ke Starbucks yang tak jauh dari tempat mereka bermalam untuk menikmati hari libur.
"Kau pesan apa?"
"Donat saja"
"Oke"
Setelah selesai menunggu makanan yang mereka pesan sampai, Hyerin mengambil foto Jungkook yang sedang sibuk dengan kertas di tangannya itu. Entah apa isinya tapi Jungkook terlihat seperti sedang menghafal sebuah rumus matematika.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jungkook, apa kau serius kepadaku?"
"Tentu, kalau aku tidak serius aku sudah memutuskan kau"
