"Mau pesan apa?"
"Hmm.."
"Pasti yang manis?"
"Hehe, iya. Hot coklat saja deh"Malam itu cafe yang sedang kita singgahi sedang tak begitu ramai pengunjung. Hanya beberapa kursi yang terisi, suasanapun sepi, alunan lagu melow yang kini memenuhi seisi ruangannya.
"Kenapa pesan yang manis terus?"
"Suka minuman yang manis"
"Padahal kamu sudah manis", begitu ucapnya.
"Aku manis karena aku suka yang manis-manis", balasku asal. Dia tertawa kecil dengan gigi ginsulnya. Dia tidak tau saja, siapa yang sekarang paling manis disini, bisa gila aku.Alunan musim melow semakin menggema, semakin larut pengunjung cafe semakin tak nampak lagi. Beberapa pengunjung yang duduk di sudut cafe mulai beranjak meninggalkan ruangan bergaya minimalist ini. Semakin berkurang populasi manusia di ruangan ini, semakin jelas terdengar siapa saja yang bersuara. Sambil menunggu minuman yang kita pesan datang, aku dan dia hanya terdiam, saling menyelami pemikiran masing-masing, saling berdialog dengan diri sendiri, terkadang terbersit pikian untuk apa kita saling berhadapan jika hanya berdialog dengan diri sendiri. Tapi, seiring waktu aku mengerti jeda waktu yang kita gunakan untuk berdialog dengan diri sendiri, seperti waktu untuk berancang-ancang, memilih dan memilah topik apa yang selanjutnya bisa kita bahas, atau mungkin sebatas jeda waktu untuk merasakan euphoria kebersamaan kita tanpa saling bersuara.
"Kamu gak penasaran dengan masa lalu ku?"
"Masa lalu tentang apa? Kan aku sudah tau asal muasal kamu darimana"
"Tentang mantan-mantan ku, mungkin?"
"Hmm, aku pernah mendengar seseorang bercerita, ceritanya terlalu panjang untuk aku ceritakan. Tapi, diakhir cerita dia bilang 'tidak perlu mencari tau masa lalu orang lain, jangan bertanya sampai dia menceritakannya sendiri. Gak adil kalo kita menilai seseorang karena masa lalunya', gitu"
"Jadi?"
"Iya, setelah aku telaah, ternyata apa yang dia bilang betul juga. Untuk apa mengorek yang sudah dikubur, membuka peti yang sudah di kunci dan ditinggalkan, membuka sesuatu yg seharusnya tak perlu lagi di buka. Buat ku, mengetahui semua mantan-mantan mu, atau perempuan yang pernah kamu sayangi di masa lalu hanya akan membuatku tak percaya diri, membanding2kan diri dgn mereka, lalu insecure dan overthinking. Lagi pula, hal itu juga yang akan jadi pendorong munculnya curiga. Aku gamau itu terjadi. Aku hanya ingin percaya. Terkadang tidak mengetahui apapun akan lebih baik daripada mengetahuinya."
"Seandainya aku tidak akan pernah menceritakan masa lalu ku, gimana Lan?"
"Bintang ku, yang penting itu saat ini dan masa depan. Aku tidak akan memaksa kamu untuk bercerita masa lalu mu. Aku percaya kalo kamu serius, kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama seperti di masa lalu. Kamu gak akan berharap masa lalu terulang lagi, kamu hanya menjadikan masalalu sebagai perpustakaan pengalaman hidup mu. Tidak di ceritakan tapi jadi acuan untuk kamu yg lebih baik di masa ini dan selanjutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
cerpenku
RandomKumpulan cerpen yang random, Suka silahkan baca, tidak suka silahkan abaikan. Semoga bisa jadi penawar rindu untuk aku di masa depan :)