.
.
.
.
.
Pagi itu sinar mentari telah memasuki celah gorden kamar yang bernuansa tenang karena kamar itu bercatkan warna abu muda serta ada beberapa bagian dengan cat putih, tapi kamar itu lebih di dominasi oleh cat hitam dan abu muda.Sosok yang tadinya masih tertidur itu kini perlahan terbangun karena suara berisik alarmnya. Dan suara yang sudah biasa didengarnya kini harus dia dengar dan membuat moodnya memburuk.
"Jiee, kenapa kau membebaskan anak nakal itu memilih apa yang dia inginkan?" Marah seorang wanita tapi masih dengan nada yang tenang.
"Seulgi, dia bukan anak nakal, aku membebaskannya karena aku ingin melihatnya tumbuh sebagai anak yang bahagia," bantah sang kepala keluaga.
"Membiarkannya bahagia dan jauh dari perusahaan? Itukah yang kau inginkan?" Tanya sosok yang selama ini dipanggil eomma dengan menaikan suarnya.
"Cukup! Kita berdua tau Yeosang tak menyukai hal berbau bisnis, tapi kenapa kau selalu memaksanya?!" Cukup kini kesabaran Jinyoung telah habis menghadapi sosok dihadapannya.
"Dan kenapa kau selalu membelanya?" Tanya Seulgi dengan suara lirih dan berurai air mata.
Yeosang sudah muak dengan keadaan ini. Dia berjalan ke arah kamar mandi lalu membersihkan badannya, setelah selesai lalu menyiapkan barang barangnya untuk pergi ke kampus. Setelah selesai Yeosang langsung turun ke bawah untuk berpamitan.
"Aku berangkat," pamit Yeosang tanpa menoleh pada orang tuanya. Jinyoung yang menyadari kehadiran Yeosang langsung menusulnya ke pintu utama.
"Maafkan Appa, Yeo," lirih Jinyoung sambil memeluk erat Yeosang dan hanya dibalas gelengan oleh Yeosang.
"Bukan salah Appa, aku berangkat Appa, mungkin malam ini aku tak akan pulang aku akan menginap di tempat Wooyoung atau Yunho," pamit Yeosang setelah melepaskan pelukan Jinyoung, dan diangguki serta dibalas senyuman, kemudian Yeosang naik ke motornya.
"Hati hati Yeo, jangan ngebut," pesan Jinyoung yang diangguki Yeosang. Walau tau pesan Appanya, Yeosang tetap menjalankan motornya dengan kecepatan yang tinggi.
'Sepertinya lebih baik aku hari ini berjalan jalan untuk menenangkan pikiranku, oh, dan sepertinya saat pindah aku melihat toko bunga, dan sepertinya aku mengenal siapa pemiliknya' batin Jinyoung sambil kembali ke dalam tanpa mempedulikan Seulgi yang uring uringan.
Jam telah menunjukan setengah 9 kurang 5 menit, tapi Jinyoung harus berangkat sekarang, walau Jinyoung punya perusahaan sendiri Jinyoung lebih suka bekerja sebagai karyawan yang tidak memegang kekuasaan atas perusahaan yang dimilikinya.
Oh soal pekerjaannya adalah Jinyoung menjadi sekertaris San tentu saja diperusahaan San. Sebenarnya Jinyoung memiliki anak dari pernikahan sebelumnya, waktu itu mereka sedang berlibur dan mengalami kecelakaan entah kenapa tapi hanya Jinyoung yang selamat, anaknya saat itu berusia 8 tahun dan berada di rumah pamannya.
Sekarang Jinyoung berada di kantor San tepat sebelum San datang. Jinyoung hanya melihat Mingi dan beberapa karyawan lainnya. Oh, Jinyoung juga melihat seseorang di sebelah Mingi sepertinya Jinyoung mengenalnya.
"Jongho-ya," panggil Jinyoung sebelum memasuki ruangan dan orang yang dipanggil menghampirinya dan tersenyum.
"Paman, apa kabar bagaimana Yeosang Hyung, aku sangat merindukan kalian," balas Jongho sambil memeluk Jinyoung lalu melepasnya sebelum Mingi mengamuk.
"Yeo baik saja, hanya seperti biasa hari ini aku dan Seulgi bertengkar dan sepertinya malam ini Yeo tidak akan pulang ke rumah," Jinyoung menjelaskan kejadian yang terjadi pagi tadi. "Kalau begitu aku masuk dulu," pamit Jinyoung dibalas anggukan dan senyuman manis Jongho, sangat manis membuat siapa saja meleleh karenanya. Tapi mana berani mereka mendekati Jongho kalau di sebelahnya sudah ada Mingi, jika mereka membuat Mingi mengamuk maka akan panjang urusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COME TO DADDY • SANSANG
AcakApa jadinya jika seorang Kang Yeosang seorang yang membenci semua hal yang berbau bisnis justru malah jatuh hati kepada seorang pembisnis kelas atas yang merupakan seorang CEO 'Aduh ini jantung gua kenapa lagi?'-KYS 'Sungguh menggemaskan'-CS Bahasa...